Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEPALA BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan salah satu penyebab dari stunting pada anak yakni kurangnya pemberian ASI eksklusif pada anak. Selain itu prevalensi stunting juga dipengaruhi dari angka kemiskinan yang tinggi di suatu daerah.
"Faktor lingkungan sangat mempengaruhi dan memang kemiskinan dan budaya sangat besar pengaruhnya. Sehingga kesenjangan ini terbesar kedua, kesenjangan ini perlu dapatkan perhatian pembangunan yang merata," kata Hasto dalam acara Executive Forum oleh Media Indonesia di, Jakarta Selatan, Kamis (20/7).
Diketahui target penurunan stunting/tengkes setiap tahunnya yakni 3,8% dan target di 2023 bisa mendekati angka 17% kemudian di akhir 2024 bisa mendekati angka 14%.
Baca juga: Amman Mineral Ambil Peran untuk Turunkan Stunting di Sumbawa Barat
Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada anak menjadi faktor kenaikan stunting. Prevalensi kenaikan tengkes sangat tajam pada saat anak usia 11-24 bulan. Salah satu kasus banyak anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif antara lain karena tidak ada jarak pada usia anak.
Hasto mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak paham bahwa jarak usia antar anak sangat penting. Paling telat jarak usia anak dengan anak lainnya adalah 30-36 bulan.
Baca juga: Penurunan Stunting Belum Usai, Wapres Minta Kolaborasi Semua Elemen
"Jika tidak ada jarak antar usia anak maka anak di dalam rahim dan sedang menyusui akan tersiksa, bayi yang di dalam rahim dan bayi yang menyusui gizinya bisa tidak tercukup kan. Namun jarak usia anak jangan sampai terlalu tua atau tidak terlalu muda dan jangan terlalu banyak," ujarnya.
Selain itu, perilaku yang lainnya yang sering terjadi adalah konsumsi pangan yang bergizi pada keluarga miskin sangat rendah sekali sehinga bantuan PKH menurut Hasto perannya sangat penting terutama pemberian protein hewani.
"Pemberian protein hewani dan ASI eksklusif sangat perlu didorong serta perlu adanya makanan protein hewani dari faktor spesifik yang perlu dapat penekanan," ungkapnya.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan ada dua hal yang menyebabkan gagal tumbuh pada anak yakni karena faktor makanan atau masalah masalah gizi dan paparan infeksi berulang pada anak-anak.
Sehingga pendekatan penurunan stunting dengan cara dua pendekatan yakni secara spesifik dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang maksimal dan optimal. Sementara pendekatan secara sensitif melalui maslaah ekonomi, kebersihan, pencegahan penyakit menular dan sebagainya yang menyebabkan anak itu bisa mengalami paparan infeksi berulang.
"Kalau dia mengalami infeksi berulang maka energi metabolisme yang seharusnya digunakan untuk melakukan pertumbuhan menjadi untuk pemenuhan penyembuhan penyakit," kata Dante.
"Sehingga dua hal itu sangat penting bagaimana kita bisa mengatasi masalah stunting," tambahnya.
Stunting juga berdampak pada masalah daya saing bangsa, modal daya saing ini karena stunting bisa menurunkan kecerdasan. Anak yang stunting kemungkinan memiliki IQ 11 poin lebih rendah dibanding tidak stunting.
Selanjutnya yang perlu mendapatkan penekanan adalah konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri saat ini juga masih rendah sehingga ke depannya bisa melahirkan anak dengan stunting.
"Beberapa menjalankan evaluasi ternyata tablet yang diberikan pada remaja putri ternyata tidak diminum, ternyata disimpan dengan alasan tabletnya nggak enak, dan sebagainya," ungkapnya.
Kemudian pada ibu hamil diperlukan tablet tambah darah, dan pemberian makanan yang cukup sehingga tidak kekurangan gizi atau protein maka bayinya aka tumbuh dengan baik. Pada masa evolusi pertumbuhan pemantauan menjadi mandatory untuk deteksi dini yang lebih agresif dibandingkan sebelumnya.
Ketika anak sudah stunting maka akan sangat sulit mengembalikan ke kondisi normal. Sehingga intervensi bisa dilakukan sebelum anak itu mengalami stunting. Pemantauan pertumbuhan menjadi faktor esensial pada anak.
Intervensi sebelum stunting yakni pada saat anak mengalami kondisi underweight atau wasting sebelum anak masuk kondisi stunting dan ketika mendapatkan diagnosa lebih dini maka bisa diintervensi lebih baik agar anak tidak masuk kondisi stunting dan ini kondisi yang lebih baik sebelum anak masuk dalam kondisi stunting.
"Karena jika sudah masuk kondisi stunting maka sulit sekali dikembalikan. Penguatan intervensi harus dilakukan secara bersama bukan hanya Kemenkes dan BKKBN saja sehingga bisa kembangkan edukasi berbagai macam aksi," pungkasnya. (Iam/Z-7)
ASRP berfokus pada optimalisasi 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak usia 0–23 bulan di wilayah perkotaan dan perdesaan, salah satunya di Kota Bogor, Jawa Barat.
bila dibandingkan tahun 2024 dengan 2023 maka stunting berhasil diturunkan dari 4,8 juta menjadi 4,4 juta atau berhasil menurun 357.705 balita.
DISPARITAS prevalensi stunting antara provinsi masih sangat besar. Provinsi Bali menjadi provinsi terbaik dalam hal penurunan stunting, bahkan jauh di bawah angka nasional.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Kegiatan ini menjangkau 8 titik lokasi di Kabupaten Banyuwangi dan berkolaborasi dengan tiga Puskesmas: Genteng Kulon, Singojuruh, dan Gitik.
ANGKA prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur (Jatim) berhasil mengalahkan Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta.
Salah satu solusi yang kini banyak dikenalkan dalam upaya mengatasi stunting ialah pemanfaatan daun kelor (moringa oleifera) yang memiliki kandungan gizi tinggi seperti protein, dan vitamin A
Kabupaten Tuban berhasil menurunkan angka stunting sebesar 7,1% dari yang semula 24,9% di tahun 2022 menjadi 17,8% di tahun 2023
Pembiayaan program pembangunan di bidang pangan dan gizi harus memiliki nilai yang signifikan dan terjamin keberlanjutannya.
RPJMN menargetkan prevalensi stunting alias tengkes tinggal 14% pada 2024. Namun progres penurunan belakangan kurang signifikan, bahkan nyaris stagnan.
LPS berkolaborasi dengan Yayasan Care Peduli (YCP/Care Indonesia) mendukung pencapaian generasi emas Indonesia melalui implementasi program percepatan penurunan stunting.
DOKTER dan Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen menjelaskan masalah stunting akan terus terjadi jika tidak ada kesadaran dari semua pihak, terutama produsen dari susu formula.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved