Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PROGRAM SIGAP (Siapkan Generasi Anak Berprestasi) Tanoto Foundation bekerja sama dengan Divisi Tumbuh Kembang,Pediatri Sosial Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo (FKUI–RSCM) menyelenggarakan rangkaian kegiatan temu
Komunitas SIGAP dan sesi belajar bersama bagi orangtua yang memiliki balita dengan tema “Kenali Keterlambatan Bicara pada Anak Usia Dini” di tiga Rumah Anak SIGAP di kawasan Jakarta Timur.
Salah satu narasumber, Prof. dr. Rini Sekartini, SpA (K), hadir memberikan edukasi kepada orang tua di Rumah Anak SIGAP TKN Duren Sawit 01 dan mengapresiasi kegiatan seperti ini karena dapat meningkatkan pengetahuan orangtua seputar hal-hal penting terkait kesehatan dan perkembangan anak usia dini.
Baca juga: Tanoto Foundation Kolaborasi dengan APC Dalam Penelitian Inovatif Perkembangan Anak Usia Dini di Asia
Terkait tema acara, dr. Rini menyampaikan bahwa keterlambatan bicara merupakan masalah yang dihadapi banyak anak usia dini di sekitar kita, namun sebagian besar orang tua tidak menyadarinya.
“Secara umum, seorang anak dianggap memiliki keterlambatan bicara jika perkembangan bicara anak secara signifikan di bawah standar untuk anak normal dengan usia yang sama," ujar dr.Rini.
Keterlambatan Miliki Dua Aspek
"Keterlambatan memiliki 2 aspek yaitu terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, bila dibandingkan dengan anak lain yang sama umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya dan ada kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan anak yang kita observasi,” jelas dr Rini.
Baca juga: Harganas Ke-30, Tanoto Foundation Raih Penghargaan BKKBN
Lebih lanjut, dr Rini menjelaskan bahwa perkembangan bicara dan bahasa anak usia dini berbeda-beda sesuai dengan usia mereka.
“Misalnya anak usia 0-4 bulan baru bisa menoleh ke sumber suara, anak usia 6 bulan sudah bisa merespon jika dipanggil, anak usia 9 bulan mulai mengerti kata-kata umum, dan selanjutnya sampai usia 3 tahun mereka biasanya sudah mampu mengerti sebagian besar yang diucapkan orang lain dan sudah bisa merespon,” ujarnya.
Beberapa Red Flags Keterlambatan Bicara
Pada kesempatan berbeda, dr Merlyn Meta Astari, M.Kes, Sp.A menyampaikan beberapa red flags atau tanda waspada keterlambatan bicara yang perlu diperhatikan orang tua pada anak juga dapat dikenali sesuai dengan usia anak.
Baca juga: Buku Stunting-Pedia Beri Referensi Penanganan Stunting Bagi Pemda
“Contohnya anak usia 0-9 bulan tidak merespon terhadap suara keras dan tidak mengenali orang-orang yang familiar. Sementara pada usia 15-24 bulan, anak tidak mampu mengikuti perintah sederhana dan tidak mengetahui cara menggunakan benda-benda umur seperti garpu atau sendok,” ujar dr Merlyn pada orang tua penerima manfaat di Rumah Anak SIGAP TKN Jatinegara 01.
Dr Merlyn mengatakan bahwa penyebab keterlambatan bicara pada anak bisa disebabkan karena berbagai hal seperti riwayat keluarga dengan keterlambatan bicara, bayi premature, berat bayi lahir rendah (BBLR), adanya infeksi saat kehamilan, dan disebabkan kurangnya stimulasi dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Berbicara Cermin Pekembangan Kognitif
“Bicara itu mencerminkan perkembangan kognitif atau kecerdasan pada anak, jadi harus di stimulasi. Disini peran keluarga, khususnya orangtua, sangat penting untuk mencegah terjadinya keterlambatan bicara.” pungkas dr Merlyn.
Soraidah, salah satu fasilitator di Rumah Anak SIGAP TKN Duren Sawit 01, menyampaikan bahwa kegiatan komunitas SIGAP dan sesi belajar bersama orangtua yang di selenggarakan oleh Tanoto Foundation ini sangat bermanfaat.
Orang tua mendapatkan banyak informasi mengenai pengasuhan dan stimulasi yang tepat untuk menghidari keterlambatan bicara pada anak.
Baca juga: Tanoto Foundation Bersama Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi Peduli Pendidikan Dasar dan Masalah Stunting
“Selain itu, pola pikir orang tua pun banyak berubah. Tadinya kebanyakan dari mereka tidak menyadari adanya masalah keterlambatan bicara pada anak, akhirnya menyadari dan langsung tergerak hatinya untuk membawa anaknya ke dokter spesialias tumbuh kembang anak baik untuk konsultasi maupun untuk terapi,” kata Soraidah.
Dalam kegiatan tersebut, Tanoto Foundation juga mengajak para orang tua untuk aktif memanfaatkan kanal website dan bergabung di Komunitas SIGAP untuk mendapatkan beragam informasi mengenai pengasuhan anak usia dini.
Para orang tua dapat pula berbagi pengalaman dan cerita dalam mengasuh anak usia dini kepada para penerima manfaat layanan Rumah Anak SIGAP lainnya di seluruh Indonesia. Beragam artikel menarik dan informatif tersebut dapat di akses di laman sigap.tanotofoundation.org.
Rumah Anak SIGAP merupakan bagian dari program Siapkan Generasi Anak Berprestasi (SIGAP) yang merupakan bentuk kemitraan antara Tanoto Foundation dengan pemerintah daerah.
Rumah Anak SIGAP didirikan dengan mengembangkan model layanan yang bertujuan membekali keluarga agar mampu memberikan pengasuhan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak usia 0-3 tahun secara menyeluruh (holistik) yang terintegrasi dengan layanan kebutuhan esensial anak lainnya. (Penulis: Nuratiah Fatmawati, Fasilitator Rumah Anak SIGAP TKN Jatinegara 01/S-4))
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Musik bisa merangsang area otak seperti lobus temporal untuk pendengaran, lobus frontal untuk emosi, cerebellum untuk koneksi motorik.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Kriteria informasi yang layak bagi anak adalah informasi yang bersifat positif, mendukung tumbuh kembang anak, serta sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Program Dokter Spesialis Keliling (Speling) yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin mampu menarik dukungan internasional.
KETUA Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto mengatakan, melatih dokter umum untuk melakukan operasi caesar pada ibu hamil bisa menjadi opsi terakhir.
Program ini membahas topik-topik penting seperti keilmuan dan teknologi medis terbaru serta strategi lanjutan untuk perawatan karies dan penyakit pulpa periapikal.
MENTERI Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sangat gandrung menarasikan bahwa negeri ini kekurangan dokter.
Menkes Budi Gunadi Sadikin setuju dengan rencana Presiden Prabowo Subianto yang disebut akan mendatangkan profesor hingga dokter spesialis dari luar negeri termasuk India untuk mengajar.
Kemenkes akan berkolaborasi dengan LPDP untuk mengadakan program beasiswa agar dapat meningkatkan jumlah dokter spesialis bedah anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved