Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
ROKOK elektrik maupun rokok tembakau, keduanya mengandung zat kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Meski demikian, tidak sedikit orang yang masih menganggap rokok elektrik lebih sehat dibandingkan rokok tembakau. Benarkah begitu?
Sebernarnya, rokok elektrik dan rokok tembakau diketahui memiliki kandungan yang sama, yaitu nikotin. Meski terkesan lebih aman daripada rokok tembakau, rokok elektrik sebenarnya juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan merusak paru-paru.
Uap yang dihasilkan rokok elektrik dan rokok tembakau dapat menyebabkan batuk, sesak napas, dan kambuhnya gejala asma. Jika digunakan terlalu lama, rokok elektrik maupun rokok tembakau bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan serius, seperti aterosklerosis, kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
Baca juga: Waspada! Menghirup Asap Rokok Memicu Kanker Paru-Paru
Untuk lebih jelas, yuk kita telaah Kandungan rokok elektrik dan rokok tembakau.
Rokok tembakau mengandung sekitar 250 jenis zat beracun, di mana 70 di antaranya bersifat karsinogenik. Bahkan, hanya dari asapnya saja, rokok tembakau mengandung ratusan senyawa berbeda dan sebagian bersifat racun bagi tubuh, seperti karbon monoksida, tar, hidrogen sianida, dan benzena.
Baca juga: Waspada, Petani Tembakau Berisiko Keracunan Nikotin
Tidak jauh berbeda dengan rokok tembakau, rokok elektrik juga mengandung beberapa zat beracun, di antaranya:
Ada beberapa perbedaan rokok elektrik dan rokok tembakau serta efeknya bagi kesehatan, di antaranya:
Pada dasarnya, jumlah nikotin pada rokok elektrik lebih sedikit dibandingkan rokok tembakau. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan rokok elektrik berisiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular daripada rokok tembakau.
Meski demikian, dampak zat lain yang terkandung di dalam rokok elektrik bagi kesehatan masih perlu diteliti lebih lanjut sehingga belum bisa dinyatakan lebih aman daripada rokok tembakau.
Salah satu alasan mengapa rokok elektrik sempat menjadi tren adalah jenis rokok baru ini dianggap bisa menghentikan kebiasaan merokok tembakau. Padahal, hal tersebut belum tentu benar.
Beberapa penelitian sejauh ini menyebutkan sebagian perokok tembakau ada yang mulai berhenti, setelah menggunakan rokok elektrik. Namun, masih banyak juga orang yang sulit berhenti mengisap rokok tembakau, setelah menggunakan rokok elektrik.
Selain itu, ada juga riset lain yang menyebutkan efek candu rokok elektrik sama atau bahkan lebih kuat daripada rokok tembakau. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan.
Rokok elektrik diklaim dapat menghasilkan asap yang lebih aman bagi kesehatan daripada asap rokok tembakau. Padahal, klaim tersebut belum tentu benar adanya. Beberapa riset sejauh ini menyebutkan asap rokok elektrik maupun rokok tembakau sama-sama bisa berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya pada ibu hamil dan janin.
Asap rokok diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, gangguan fungsi paru-paru, dan kanker, terutama jika seseorang menghirupnya dalam jangka panjang.
Sementara itu, pada ibu hamil dan anak-anak, paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko keguguran, persalinan prematur, penyakit bawaan lahir, hingga gangguan tumbuh kembang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa rokok elektrik atau rokok tembakau sama-sama dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung.
Namun, selain penyakit tersebut, penggunaan rokok elektrik juga kini diketahui dapat menyebabkan masalah pada paru-paru yang disebut EVALI (e-cigarette or vaping product use associated lung injury). Gangguan ini dapat menimbulkan gejala berupa sesak napas, nyeri dada, batuk, pusing, dan sakit kepala.
EVALI bahkan telah menyebabkan puluhan orang meninggal dunia di Amerika Serikat dan lebih banyak terjadi pada orang yang terlalu sering menggunakan rokok elektrik.
Jadi, mana yang lebih sehat? Rokok elektrik atau rokok tembakau? Nah, dari berbagai pemaparan di atas, terlihat bahwa rokok elektrik dan rokok tembakau sama-sama berbahaya, baik dari segi kandungan maupun dampaknya bagi kesehatan.
Oleh karena itu, bila Anda belum pernah mencoba rokok elektrik atau rokok tembakau, sangat dianjurkan untuk tidak mencobanya sama sekali. Bahkan, ada studi yang menunjukkan orang yang menggunakan rokok elektrik lebih berpotensi menjadi seorang perokok tembakau.
Demi menjaga kesehatan Anda dan orang di sekitar, sebaiknya hindari rokok. Namun, jika sudah terlanjur menjadi perokok dan sulit untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan tips untuk berhenti merokok. (Z-3)
Ia juga menyoroti pentingnya partisipasi publik yang bermakna dalam proses penyusunan regulasi.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 memicu kekhawatiran serius di kalangan legislatif dan pelaku ekonomi nasional.
Sejumlah pasal dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 dinilai mengancam keberlangsungan industri dan kesejahteraan jutaan pekerja industri hasil tembakau.
Dihentikannya pembelian tembakau oleh dua perusahaan rokok kretek besar, yaitu PT Gudang Garam dan Nojorono di Temanggung, Jawa Tengah, merupakan kabut hitam perekonomian nasional.
Ia menilai aturan ini berpotensi menurunkan permintaan rokok, yang pada akhirnya berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kebijakan fiskal yang menyangkut IHT harus dirancang secara hati-hati dan presisi.
tidak ada bukti yang mendukung secara jelas bahwa produk rokok bebas asap merupakan alternatif yang lebih baik, bahkan terhadap rokok konvensional.
Produk seperti rokok elektronik atau tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.
Pelatihan ini dilaksanakan untuk menegakkan Keputusan Wali Kota Padang Nomor 560 Tahun 2024 tentang Satgas Pengawasan KTR.
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk mulai berhenti kebiasaan merokok konvensional maupun elektrik, karena rokok dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular.
Penelitian terbaru dari University College London mengungkapkan setiap batang rokok dapat mengurangi harapan hidup sekitar 20 menit.
KETUA Centre for ASEAN Autism Studies (CAAS), Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Hersinta mengungkapkan ada kelompok disabilitas yang sangat rentan terkena paparan rokok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved