Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
KETUA Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof Ketut Suastika mengatakan dampak influenza dapat lebih berat jika menginfeksi pasien diabetes karena bisa meningkatkan risiko rawat inap hingga 3-6 kali lipat.
"Penderita diabetes lebih rentan terkena infeksi karena mereka mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Inilah mengapa infeksi juga bisa lebih berat dibandingkan dengan mereka yang non-diabetes," kata Ketut, dikutip Selasa (30/5).
Selain meningkatkan risiko rawat inap, Ketut mengatakan pasien diabetes yang mengalami influenza berisiko masuk ICU hingga 4 kali lipat dan berisiko kematian hingga 6 kali lipat.
Baca juga: Waspada Diabetes, Ini Penyebab, Gejala, dan Cara Pengobatannya
Ketut menjelaskan, diabetes merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit-penyakit kronik seperti kardiovaskuler. Begitu juga influenza, dapat memicu serangan jantung, stroke, dan pneumonia.
"Sehingga, diabetes merupakan faktor risiko, tidak saja (membuat pasien) mudah kena influenza, tapi diabetes dan influenza akan memperberat masalah saluran napas juga penyakit-penyakit yang lain," ujar Ketut.
Lebih lanjut, akibat dampak yang lebih berat tersebut, Ketut mengatakan biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani pasien diabetes yang terinfeksi influenza tentu akan mengalami kenaikan.
Baca juga: Ini Daftar Buah dan Sayur Penurun Glukosa untuk Penderita Diabetes
"Jadi tidak saja masalah pasien menjadi sakit atau meninggal, tapi biaya yang dikeluarkan baik dari pasiennya pribadi maupun pemerintah melalui BPJS misalnya," tutur Ketut.
Untuk itu, dia menyarankan pasien diabetes melakukan vaksinasi influenza setiap tahun.
"Saya kira sangat setuju bahwa pasien diabetes ini merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap influenza dan mengalami komplikasi yang lebih berat. Maka, disarankan vaksinasi influenza," imbau Ketut.
Menurutnya, vaksin influenza pada pasien diabetes terbukti dapat menurunkan angka rawat inap dan kematian. Pasalnya, respons imun yang dihasilkan vaksin influenza pada penderita diabetes secara umum sebanding dengan orang dewasa sehat lainnya.
"Saya kira data-data sudah sangat banyak kita dapatkan saat penanganan covid-19. Jadi mereka yang diabetes ketika divaksin covid-19 tetap memberikan respons imun yang bagus, begitu juga dengan influenza. Jadi tidak usah khawatir," ujar Ketut.
Berbagai badan dan asosiasi kesehatan di dunia telah merekomendasikan vaksinasi influenza tahunan bagi pasien diabetes.
Perkeni telah mencantumkan pentingnya vaksin influenza dalam Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia pada 2021. (Ant/Z-1)
Kemenkes mengingatkan masyarakat agar siaga terhadap berbagai penyakit yang bisa muncul saat peralihan musim seperti saat ini, salah satunya demam berdarah dengue atau DBD
Banjir tengah melanda berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali Jabodetabek. Hal itu menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat, khususnya penyebaran penyakit leptospirosis.
Hipertensi, hingga kini, masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia berupaya mengeliminasi kusta karena kusta merupakan penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi.
Dalam hal cuka sari apel, asam asetat merupakan penyebab utama di balik efek samping yang mungkin muncul.
Penyakit leptospirosis kembali menarik perhatian setelah menimbulkan korban jiwa dan menginfeksi ratusan orang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sertifikasi AKL merupakan syarat resmi dari Kemenkes untuk menjamin bahwa alat kesehatan yang beredar memenuhi standar keamanan, kualitas, dan kepraktisan.
Buah naga memiliki potensi untuk membantu menurunkan kadar gula darah, terutama bagi penderita diabetes atau prediabetes.
Cuka sari apel ditemukan memperlambat laju pengosongan lambung pada orang yang hidup dengan diabetes dan gastroparesis.
terdapat beberapa pilihan beras yang dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan terhadap sumber karbohidrat.
SEBUAH studi yang diterbitkan dalam jurnal Headache pada 2025 menunjukkan bahwa obat diabetes tipe 2 dan obesitas jenis tertentu bisa mengobati migrain hingga 75 persen.
Selain harus berjuang dengan penyakitnya, penderita diabetes juga ternyata mengalami rasa kesepian yang luar biasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved