Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PRAKTISI kesehatan ahli terapi okupasi Endang Widiyaningsih memaparkan bagaimana pasien strok dapat disembuhkan secara maksimal terutama dalam waktu Golden Period.
"Golden Period adalah waktu recovery saat pasien bisa menerima input lebih cepat dibandingkan pada waktu lainnya," kata Endang, dikutip Rabu (24/5).
Endang mengatakan Golden Period adalah waktu tiga sampai enam bulan pascaserangan strok terjadi. Dalam periode ini, respon tubuh dalam menerima input terapi lebih baik dibandingkan waktu lainnya.
Baca juga: Rutin Gunakan Teknologi Laser Bantu Pemulihan Stroke
Endang menganjurkan para pendamping pasien strok agar membawa pasien ke rumah sakit pada periode ini agar segera melakukan terapi secara konsisten untuk memaksimalkan potensi kesembuhan pasien strok.
"Bukan berarti yang sudah menahun tidak bisa sembuh ya, tetap bisa, tapi pada periode ini lebih maksimal," ujar praktisi yang berpraktik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono, Jakarta itu.
Endang menyebutkan kesembuhan pasien strok sangat bervariasi tergantung seberapa parah penyakit yang diderita dan seberapa konsisten terapi dilakukan oleh pasien.
Baca juga: Daftar 7 Buah Penurun Kolesterol Paling Ampuh
Adapun untuk menu terapinya, dia mengatakan setiap pasien bisa berbeda tergantung dengan hasil diagnosa yang diberikan oleh dokter, bahkan beberapa pasien strok ada yang dapat disembuhkan tanpa harus menjalani terapi.
Dia menjelaskan tahapan pertama adalah terapi yang melatih motivasi gerak pasien agar bisa melakukan lebih baik dari sebelumnya.
"Misalnya dengan gelas, targetnya adalah apakah pasien mampu memegang gelas dengan baik, kalau bisa memegang gelas namun kurang tinggi, maka diupayakan supaya bisa lebih tinggi lagi," ujarnya.
Kemudian, dia melanjutkan, tahapan kedua adalah terapi yang melatih fungsi gerak, namun belum bisa diberikan beban seperti simulasi gerakan untuk makan dan minum.
"Di sini, kita ajarkan pasien kepada pasien agar belajar memegang sendok dan mengarahkannya ke mulut, kita akan mengoreksinya apakah sudah bener atau belum," tambahnya.
Yang terakhir, lanjutnya, adalah tahapan supervisi dari pendamping karena pada tahap ini pasien sudah dapat beraktivitas sebagaimana sebelumnya dengan pengawasan keluarga.
Terapi okupasi adalah perawatan yang mempunyai tujuan untuk membantu seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, serta kognitif.
Terapi okupasi telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 571 Tahun 2008 yang berperan dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien agar dapat hidup mandiri dengan baik meskipun dengan memodifikasi alat, cara, dan lingkungannya. (Ant/Z-1)
Kemenkes mengingatkan masyarakat agar siaga terhadap berbagai penyakit yang bisa muncul saat peralihan musim seperti saat ini, salah satunya demam berdarah dengue atau DBD
Banjir tengah melanda berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali Jabodetabek. Hal itu menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat, khususnya penyebaran penyakit leptospirosis.
Hipertensi, hingga kini, masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia berupaya mengeliminasi kusta karena kusta merupakan penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi.
Dalam hal cuka sari apel, asam asetat merupakan penyebab utama di balik efek samping yang mungkin muncul.
Penyakit leptospirosis kembali menarik perhatian setelah menimbulkan korban jiwa dan menginfeksi ratusan orang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Menjaga kesehatan pembuluh darah penting untuk mencegah berbagai penyakit kardiovaskular serius seperti hipertensi, stroke, dan serangan jantung.
SESEORANG yang terserang stroke mungkin tidak menyadari bahwa dirinya terserang stroke atau mungkin mengabaikan tanda-tandanya.
STROK atau stroke merupakan suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa penurunan fungsi otak yang dapat memberat
Stroke merupakan penyakit tidak menular yang sangat berbahaya. Selain dapat mengancam nyawa, stroke sering kali meninggalkan dampak berupa kecacatan jangka panjang
Data ini menunjukkan adanya pergeseran epidemiologi stroke, yang kini lebih banyak menyerang populasi muda, berbeda dari pola tradisional yang biasanya menyasar lansia di atas 60 tahun.
dulu strok identik dengan penyakit orang tua. Namun saat ini terdapat pola pergeseran epidemiologi strok ke arah usia produktif, bahkan dapat menyerang anak dan remaja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved