KLHK Membuka Aksi Baru Proteksi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil

Mediaindonesia.com
03/5/2023 20:39
KLHK Membuka Aksi Baru Proteksi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil
KLHK menggelar pertemuan yang membahas pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/5).(Ist)

BADAN Standardisasi Instrumen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSI-KLHK) bersama The International Tropical Timber Organization (ITTO) dan mitra menyepakati untuk mulai bekerja dalam proteksi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil (GSK) dalam pertemuan di Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/5).

Kepala BSI KLHK Ary Sudijanto menjelaskan Cagar Biosfer GSK di Riau yang memiliki luas 705.000 hektare itu merupakan rumah bagi flora dan fauna penting selain menjadi penyangga kehidupan manusia.

"Ada setidaknya 492 jenis fauna dan 198 jenis flora di Cagar Biosfer GSK dengan sebagian di antaranya termasuk dalam kategori endangered apendix I berdasarkan CITES," kata Ary saat membuka pertemuan yang membahas pengelolaan Cagar Biosfer GSK di Bogor, Selasa.

Menurut Ary, di antara satwa tersebut adalah harimau sumatra, gajah sumatra, beruang madu, trenggiling, burung rangkong, dan tapir sumatra. Sementara untuk tanaman, di Cagar Biosfer GSK banyak ditemukan jenis-jenis  dipterocarpa dan juga ramin.

Kawasan itu juga menyimpan cadangan karbon yang sangat besar, yakni mencapai 44,3 juta ton setara CO2 untuk karbon di atas permukaan dan mencapai 1,71 miliar juta ton setara CO2 untuk karbon yang tersimpan di bawah permukaan gambut.

Ary mengingatkan, cadangan karbon di Cagar Biosfer GSK berperan penting dalam menjaga kestabilan iklim global dan menjadi penentu untuk pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030. "Intervensi perlu dilakukan untuk mempertahankan kawasan Cagar Biosfer GSK," tegas Ary dalam keterangan yang diterima, Rabu (3/5).

Kawasan GSK sudah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Biosfer oleh UNESCO pada 26 Mei 2009. Ancaman yang dihadapi oleh Cagar Biosfer GSK adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan perubahan habitat untuk kepentingan ekonomi lainnya.

Untuk mendukung pengelolaan Cagar Biosfer GSK, BSI KLHK melaksanakan proyek bertajuk 'Enhancing The Implementation of Landscape Management of Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosphere Reserve'. BSI KLHK mendapat dukungan dari APP Sinar Mas sebagai Colaborating Agency. Proyek dari ITTO yang merupakan organisasi kayu tropis dunia itu juga mendapat dukungan pendanaan dari Republik Korea melalui Korea Forest Service (KFS).


Baca juga: Titik Panas Paling Banyak di Dumai dan Babel


Ary menyatakan, proyek tersebut diharapkan bisa mengembangkan standar pengelolaan cagar biosfer. "Jika standar pengelolaan yang diterapkan sukses, bisa direplikasi ke tempat lain," katanya.

Dia juga mengundang semua pemangku kepentingan untuk terlibat aktif dalam proyek yang akan dilaksanakan, termasuk APP Sinar Mas, Balai KSDA Riau, hingga Dinas Kehutanan Riau. Menurut dia, kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan akan mendukung tercapainya target pengelolaan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSK.

Hwan Ok-ma, Project Manager dari proyek tersebut, menyatakan bahwa pihaknya sangat berharap proyek yang dilaksanakan akan mencapai keberhasilan dengan dukungan dari berbagai pihak.

Sementara itu, perwakilan dari KFS, Song Won-young, mengingatkan pentingnya solusi berbasis alam untuk menghadapi tantangan yang dihadapi masyarakat seperti perubahan iklim. Itu sebabnya, lanjut dia, pengelolaan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSK sangat penting.

Song juga menyebut pihaknya antusias dengan proyek yang dilaksanakan akan akan melibatkan pihak swasta (APP Sinar Mas) untuk pengelolaan gambut berkelanjutan. Dia menuturkan, pihaknya juga akan melaksanakan proyek pengelolaan gambut berkelanjutan di Hutan Lindung Londerang Jambi.

Elim Sritaba, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, menyatakan bahwa APP Sinar Mas berkomitmen mendukung pengelolaan dan perlindungan kawasan Cagar Biosfer GSK dalam upaya konservasi, pelestarian keanekaragaman hayati, dan penguatan fungsi kawasan.

Implementasi dari komitmen tersebut ialah ikut menjaga dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di sekitar area cagar biosfer bersama sama dengan para pemangku kepentingan lainnya yang ikut terlibat bersama.

Dalam konklusinya, Ary menambahkan bahwa perlu elaborasi lebih jauh terkait dengan akar persoalan penguasaan tenurial, pembentukan gugus tugas penanggung jawab setiap zona, pengembangan turisme, formulasi standar pengelolaan cagar biosfer, serta kontribusinya terhadap FoLU Net Sink, mengidentifikasi pemain-pemain kunci, ukuran-ukuran perbaikan baik baseline, targetnya, dampak intervensi proyek, serta promosi dan kampanye dalam media maupun even-even internasional. (RO/I-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya