ITD Unair Teliti Potensi Tanaman Obat Anti-HIV

Faustinus Nua
12/6/2021 10:15
ITD Unair Teliti Potensi Tanaman Obat Anti-HIV
PRODUK UMKM SEKITAR CAGAR BIOSFER: Salah satu produk yang didapat sekitar cagar biosfer dari TN Lore Lindu yang bermanfaat bagi kesehatan.(ANTARA/ Basri Marzuki)

PENELITI HIV Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga tengah melakukan penelitian terhadap tumbuhan berbunga Zingiberaceae sebagai kandidat tanaman obat anti-HIV. ITD berkolaborasi dengan peneliti Farmasi Bahan Alam Jurusan Farmasi Universitas Tadulako (Untad) Palu.

Peneliti HIV-1/AIDS ITD Siti Qamariyah Khairunisa mengatakan bahwa Zingiberaceae merupakan ramuan abadi yang banyak tumbuh di daerah subtropics dan iklim tropis di Asia dan Pasifik. Tanaman itu ditemukan di daerah Taman Nasional Lore Lindu (LLNP) Sulawesi Tengah dan telah digunakan secara tradisional oleh suku Topo Baria sebagai obat-obatan, penyedap rasa makanan, dan pembungkus makanan.

"Ada tiga spesies endemik tumbuhan Zingiberaceae di Sulawesi Tengah, yaitu Alpinia eremochlamys K. Schum, Etlingera  exuosa A.D. Poulsen, dan Etlingera acanthoides A.D. Poulsen," ungkapnya dikutip dari laman Unair, Sabtu (12/6).

Dijelaskannya, tim peneliti Untad berkontribusi dalam hal ekstraksi dan karakterisasi senyawa dari Zingiberaceae. Sedangkan tim ITD Unair yang memiliki satu-satunya laboratorium di Indonesia dengan isolat virus HIV melakukan uji anti-HIV secara in-vitro. Laboratorium lTD juga memberikan dukungan sampel pasien HIV untuk dijadikan penelitian.

Lebih lanjut, dia mengatakan pada penelitian tumbuhan Zingiberaceae, ditemukan ekstrak metanol rimpang Alpinia galanga. Ekstrak itu menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat pada replikasi virus HIV gen protease (PR).

Selanjutnya, 19S-19Acetoxychavicol asetat yang diisolasi dari Alpinia galanga dilaporkan mampu memblokir transportasi pada gen Rev. Begitu juga dengan (E) -Labda-8 (17), 12-diene-15,16-dial yang diisolasi dari Alpinia zerumbet memiliki kemampuan untuk menghambat replikasi virus HIV pada gen integrase.

"Zerumbone merupakan senyawa utama dari Zingiber zerumbet dan Zingiber aromaticum yang juga dilaporkan  mampu menghambat replikasi virus HIV," tuturnya.

Peneliti ITD ini mengungkapkan bahwa kandidat anti-HIV pada tanaman obat Zingiberaceae diuji secara in-vitro di laboratorium HIV/AIDS. Pengujian ini menggunakan fasilitas laboratorium berstandart tinggi yaitu Biosafety laboratorium Level 3 (BSL3).

"Tahapannya meliputi ektraksi senyawa, karakterisasi senyawa, uji toksisitas dan uji aktivitas anti-HIV dengan menggunakan sel limfosit (sel T) dan virus HIV yang diisolasi dari pasien HIV tipe 1," jelasnya.

Berdasarkan hasil skrining anti virus yang dihasilkan, menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari rimpang E. Acanthoides dan A. Eremochlamys berpotensi menghambat replikasi virus HIV-1 pada sel MT-4 secara in-vitro. Rimpang E. Acanthoides menunjukkan aktivitas antivirus yang paling bagus dengan nilai IC50 dan tingkat toksisitas yang paling rendah, dan selektivitas indeks tertinggi diantara kandidat anti HIV lainnya.

"Adanya kandungan senyawa terpenoid seperti zerumbone, ar-turmerone, caryophyllene, dan caryophyllene oxide serta beberapa asam lemak jenuh dan tak jenuh berpotensi sebagai aktivitas antivirus," tutupnya.

Adapun, pada tahun 2019 sekitar 38 juta orang dilaporkan menderita HIV (ODHA) dan 690 ribu orang meninggal karena mengidap penyakit AIDS. Sehingga dibutuhkan penggunaan obat yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) dengan regimen dosis kompleks. Namun, dalam perjalanannya ARV memiliki efek samping jika digunakan dalam jangka waktu yang lama yaitu menimbulkan resistensi obat/ARV.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya