Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
NARASI negatif terhadap konsumsi air galon berbahan polikarbonat atau galon guna ulang yang mengaitkan autisme masih muncul belakangan ini. Padahal, narasi negatif tersebut telah dibantah oleh pakar pendidikan dan pakar kesehatan. Menurut mereka, autisme tidak berhubungan dengan konsumsi air galon berbahan polikarbonat. Namun, risiko gangguan autisme dapat meningkat apabila terdapat faktor genetik dan lingkungan, semisal asap rokok, infeksi, efek samping obat-obatan, serta gaya hidup tidak sehat selama hamil.
Pakar pendidikan autisme Dr Imaculata Umiyati MSi mengatakan bahwa penyebab anak menjadi autis masih multifaktor dan membantah berita yang menguatkan autisme dengan konsumsi air galon polikarbonat. Menurutnya, selama AMDK sudah mendapatkan izin pasti aman kalau tempat atau wadahnya aman dan minuman tidak mengandung gula atau warna. "Waktu itu kita bicara tentang wadah yang berasal dari plastik, bukan isinya yang ada dalam wadah tersebut. Penyebab autisme masih multifaktor," kata Umiyati dalam keterangan tertulis, Jumat (15/4).
Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang anak, dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH menegaskan bahwa tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengonsumsi air galon guna ulang. Bernie menambahkan, penyebab pasti anak autis ini masih belum diketahui hingga kini. Yang baru diketahui ialah anak autis berhubungan dengan genetik tertentu seperti autism pada kelainan fragile X syndrome. "Ada yang mengatakan autis itu hasil kombinasi genetik dan lingkungan. Penyebab pasti sampai saat ini belum jelas. Yang pasti, yang mengatakan autis karena ibunya waktu hamil terlalu banyak meminum air galon guna ulang jelas salah. Tidak ada hubungannya itu," tambahnya.
Baca juga: Ini Faktor Penyebab dan Ciri Autisme
Pemerhati autisme Dr. dr. Y Handojo MPH dalam bukunya yang berjudul Autisme pada Anak mengatakan ada beberapa faktor diperkirakan menjadi penyebab autisme. Di antaranya ialah materi genetik yang dimiliki orangtua, ada infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), maupun obat-obatan lain.
Para ahli tidak tahu persis yang menyebabkan austi. Namun, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), autisme disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Penelitian terbaru mengonfirmasi beberapa kelainan genetik yang dapat memengaruhi seseorang terhadap autisme. Beberapa gen telah terlibat. Autisme sering kali dikaitkan dengan keterlibatan beberapa gen yang diturunkan. Autisme juga bisa menurun dalam keluarga.
Baca juga: Begini Cara Melakukan Deteksi Dini Gangguan Autisme pada Anak
Hal itu juga diperkuat Centre for Disease Control and Preventions (CDC), penyebab autism spectrum disorder (ASD) tidak hanya satu. Ada banyak faktor berbeda yang diidentifikasi dapat membuat seorang anak lebih mungkin menderita ASD, termasuk faktor lingkungan, biologis, dan genetik. (Z-2)
Acara BAC25 akan menampilkan lima rangkaian utama, yaitu konferensi umum, workshop atau lokakarya, pelatihan untuk pendidik, pemeriksaan autisme gratis (screening), dan pameran dagang.
PELUANG kerja bagi penyandang autisme di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya orangtua mengalami kebingungan mencari pekerjaan untuk anaknya yang autisme.
POLA asuh atau gaya parenting orangtua kerap dituduh menjadi penyebab seorang anak mengalami kondisi autisme. Khususnya di era kemajuan teknologi saat ini.
Hingga saat ini penyebab kondisi autisme masih belum diketahui secara konklusif. Namun, faktor genetik disebut menjadi hal yang berperan besar meningkatkan risiko autisme.
GANGGUAN spektrum autis atau autisme adalah sebuah kondisi perkembangan perilaku anak yang memengaruhi kemampuan interaksi, komunikasi, dan sosialisasi anak.
Semakin dini autisme dideteksi, intervensi yang dilakukan dapat semakin maksimal sehingga mampu menekan gangguan dalam perkembangan anak.
Kemenkes mengingatkan masyarakat agar siaga terhadap berbagai penyakit yang bisa muncul saat peralihan musim seperti saat ini, salah satunya demam berdarah dengue atau DBD
Banjir tengah melanda berbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali Jabodetabek. Hal itu menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat, khususnya penyebaran penyakit leptospirosis.
Hipertensi, hingga kini, masih menjadi penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia berupaya mengeliminasi kusta karena kusta merupakan penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi.
Dalam hal cuka sari apel, asam asetat merupakan penyebab utama di balik efek samping yang mungkin muncul.
Penyakit leptospirosis kembali menarik perhatian setelah menimbulkan korban jiwa dan menginfeksi ratusan orang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved