Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KONSULTAN Tumbuh Kembang Pediatri Sosial KSM Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof Rini Sekartini membeberkan sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebab autisme dan beberapa cirinya.
Rini, yang juga merupakan Dokter Spesialis Anak, mengatakan autisme disebabkan oleh kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan.
"Ada juga faktor risiko dari genetik, faktor ini memiliki peranan penting terhadap risiko kejadian autisme, bisa dari keturunan yang dekat," kata Rini pada seminar yang disiarkan secara daring, Kamis (6/4).
Baca juga: Begini Cara Melakukan Deteksi Dini Gangguan Autisme pada Anak
Selain genetik, ternyata faktor lingkungan seperti penggunaan gawai secara berlebihan, menurut Rini, dapat memicu risiko kejadian autisme.
"Faktor lain yang perlu dicermati adalah simulasi yang salah. Simulasi itu kan harusnya dua arah, ini hanya satu arah yakni dari penggunaan gawai berlebihan, ini memberikan risiko kemungkinan kejadian autisme," jelas dia.
Lebih lanjut, anak dengan autisme dapat dikenali melalui beberapa ciri yang lumayan menonjol untuk dideteksi.
Baca juga: Kado Alma untuk Dila, Buku Cerita Bergambar tentang Autisme
Meski anak dengan kondisi normal terkadang mengalami masalah serupa, keterlambatan kemampuan berbahasa dan kesulitan berkomunikasi menjadi salah satu indikasi kuat terhadap autisme.
Anak dengan spektrum autisme juga mengalami gangguan sosialisasi, yang membuatnya tidak mampu bersosialisasi dengan teman-temannya maupun orang lain.
Kemudian, perilaku yang repetitif atau perilaku yang berulang dan tanpa tujuan, merupakan ciri khas anak dengan autisme.
"Itu adalah beberapa yang ternyata tidak terjadi pada anak pada umumnya, misalnya yang sering kita lihat dia sering menjejer barang-barang. Apa pun benda yang dia lihat sama, dia akan menjejernya," imbuh Rini.
Deteksi dini, lanjut Rina, penting untuk dilakukan orangtua. Banyak ibu dan ayah yang terlambat dalam menangani anak dengan autisme sehingga kondisi semakin parah hingga anak beranjak remaja.
"Bertindak cepat, jangan menyangkal dan menganggap anak kita baik-baik saja, coba untuk move on dan segera atasi dan meminta pertolongan profesional," tambahnya.
Meskipun data anak dengan gangguan autisme di Indonesia belum pasti, namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat pertumbuhan 1,14% dapat diprediksi penderita autis di Indonesia berkisar 2,4 juta orang dengan peningkatan 500 orang per tahun. (Ant/Z-1)
Acara BAC25 akan menampilkan lima rangkaian utama, yaitu konferensi umum, workshop atau lokakarya, pelatihan untuk pendidik, pemeriksaan autisme gratis (screening), dan pameran dagang.
PELUANG kerja bagi penyandang autisme di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya orangtua mengalami kebingungan mencari pekerjaan untuk anaknya yang autisme.
POLA asuh atau gaya parenting orangtua kerap dituduh menjadi penyebab seorang anak mengalami kondisi autisme. Khususnya di era kemajuan teknologi saat ini.
Hingga saat ini penyebab kondisi autisme masih belum diketahui secara konklusif. Namun, faktor genetik disebut menjadi hal yang berperan besar meningkatkan risiko autisme.
GANGGUAN spektrum autis atau autisme adalah sebuah kondisi perkembangan perilaku anak yang memengaruhi kemampuan interaksi, komunikasi, dan sosialisasi anak.
Semakin dini autisme dideteksi, intervensi yang dilakukan dapat semakin maksimal sehingga mampu menekan gangguan dalam perkembangan anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved