Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
DETEKSI dini terhadap gangguan autisme pada anak merupakan faktor penting dalam penanganan secara medis. Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial KSM Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), menyebutkan ada sejumlah cara melakukan deteksni dini ganggung autisme.
“Deteksi dini itu krusial sekali, jangan dua tahun atau lebih baru menyadari perkembangan anak yang lamban,” kata dia pada seminar daring, dikutip dari Antara, Kamis (6/4).
Rini yang juga Dokter Spesialis Anak itu mengatakan anak dengan autisme dapat dideteksi sejak usia enam bulan dan dapat dilakukan skrining diagnosis pada usia 18 bulan.
Baca juga : Kado Alma untuk Dila, Buku Cerita Bergambar tentang Autisme
Anak usia enam bulan, menurutnya, sudah mampu untuk berinteraksi dengan orang tua, salah satunya mengenali nama panggilannya dengan baik.
“Usia enam bulan harusnya sudah bisa berinteraksi, misal apabila dia tidak merespons ketika dipanggil namanya secara terus-menerus ini bisa menjadi salah satu indikasi,” ujar Rini.
Baca juga : Hari Autisme Sedunia, Raysha Management Team Gelar Pameran Lukisan
Selain itu, kontak mata selalu menjadi indikator yang dapat diobservasi oleh orang tua. Anak dengan autisme cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain.
Beberapa indikator lain seperti progres kemampuan berbahasa dan bersosialisasi yang lamban perlu diperhatikan. Kesulitan berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan adalah ciri dari autisme.
Lebih lanjut, Rini mengatakan bila orang telah menemukan beberapa indikasi autisme pada anak, skrining dengan diagnosis lebih lanjut oleh tenaga medis profesional dapat dilakukan.
Umumnya, dokter akan mendiagnosis dengan perangkat Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised with Follow-Up (M-CHAT-R/F).
M-CHAT-R/F merupakan alat skrining tahap kedua berdasarkan laporan orang tua untuk mengevaluasi risiko autisme. Skrining ini dapat dilakukan saat anak telah berusia 18 bulan.
“Jangan menyangkal dan menganggap anak kita baik-baik saja, coba untuk move on dan segera meminta pertolongan profesional,” kata Rini.
“Deteksi dini lebih baiik kalau ada masalah, agar ada perbaikan supaya anak itu bisa mandiri di kemudian hari,” tambahnya.
Meskipun data anak dengan gangguan autisme di Indonesia belum pasti, namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat pertumbuhan 1,14 persen dapat diprediksi penderita autis di Indonesia berkisar 2,4 juta orang dengan peningkatan 500 orang per tahun. (Ant/Z-5)
Acara BAC25 akan menampilkan lima rangkaian utama, yaitu konferensi umum, workshop atau lokakarya, pelatihan untuk pendidik, pemeriksaan autisme gratis (screening), dan pameran dagang.
PELUANG kerja bagi penyandang autisme di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya orangtua mengalami kebingungan mencari pekerjaan untuk anaknya yang autisme.
POLA asuh atau gaya parenting orangtua kerap dituduh menjadi penyebab seorang anak mengalami kondisi autisme. Khususnya di era kemajuan teknologi saat ini.
Hingga saat ini penyebab kondisi autisme masih belum diketahui secara konklusif. Namun, faktor genetik disebut menjadi hal yang berperan besar meningkatkan risiko autisme.
GANGGUAN spektrum autis atau autisme adalah sebuah kondisi perkembangan perilaku anak yang memengaruhi kemampuan interaksi, komunikasi, dan sosialisasi anak.
Semakin dini autisme dideteksi, intervensi yang dilakukan dapat semakin maksimal sehingga mampu menekan gangguan dalam perkembangan anak.
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved