Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kurangnya Dokter Spesialis Sebabkan Masyarakat Lebih Pilih Pengobatan Alternatif

Atalya Puspa
05/4/2023 19:17
Kurangnya Dokter Spesialis Sebabkan Masyarakat Lebih Pilih Pengobatan Alternatif
Petugas medis memeriksa tekanan darah warga pada acara pengobatan massal gratis di Kampus STIKES Papua, Papua Barat, Sabtu (27/8/2022).(ANTARA/OLHA MULALINDA)

BANYAKNYA masyarakat yang memilih jalur pengobatan alternatif patah tulang disebabkan karena kurangnya jumlah dokter ortopedi di Indonesia. Dikatakan oleh Ketua Dewan Pakar PABOI Ferdiansyah Mahyudinm saat ini Indonesia memiliki kurang lebih 1.400 dokter spesialis ortopedi. Jumlah itu tentu tidak sebanding dengan penduduk Indonesia.

"Dengan jumlah sekian, penyebaran di daerah pun tidak merata. Hampir semua dokter berkumpul di Jakarta," kata Ferdiansyah dalam Media Briefing, Rabu (5/4).

Masalah banyaknya masyarakat yang memilih pengobatan alternatif rupanya bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di banyak negara maju. Ia menyebut bahkan 42% persen masyarakat Amerika Serikat percaya pada pengobatan alternatif. Hal serupa juga terjadi di Australia (48%), Prancis (40%), Tiongkok (50%) dan Chili (71%).

Baca juga: Rumah Sakit Jantung Jakarta Resmikan Klinik Gagal Jantung

Baca juga: Hari Ini, Pemerintah Berikan DIM RUU Kesehatan pada DPR

Selain kurangnya jumlah dokter, ada beberapa hal lainnya yang menyebabkan masyarakat lebih memilih pengobatan alternatif. Di antaranya banyaknya penyakit baru yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi modern hingga masyarakat yang rentan terkena penyakit karena genetik maupun gaya hidup.

Ia menjelaskan, dalam dunia kedokteran pengobatan alternatif masuk dalam kelompok complimentary alternative medicine (CAM). Artinya, bukan tidak mungkin pengobatan alternatif bisa berjalan efektif beriringan dengan pengobatan modern. Namun, pengoabatan alternatif harus disertai dengan standardisasi yang dapat menjamin keamanan bagi pasien.

"Di banyak negara terapi alternatif tidak diregulasi dengan baik. Untuk regulasi itu harus ada pembekalan yang terstruktur dan penelitian yang dilakukan. Jadi kaalu dijalankan, tidak menutup kemungkinan terapi alternatif bisa melengkapi terapi modern," beber dia.

Ferdiansyah mencontohkan terapi akupuntur yang sekarang sudah tercatat sebagai terapi alternatif yang terstandardisasi. Bahkan kini mulai bermunculan dokter-dokter akupuntur di Indonesia. Selain itu banyak juga ramuan herbal yang kini sudah terstandar dengan baik.

"Jadi tugas kita sekarang adalah mencari bukti secara ilmiah apakah terapi itu baik atau tidak. Yang terpenting bahwa orang yang memberikan terapi belajar secara terstruktur sesuai standar. Dengan begitu kita bisa memajukan khazanah ilmu kedokteran. Dan yang terpenting bisa melindungi masyarakat agar tidak mendapatkan efek yang lebih jelek karena terapi yang belum terstandar," beber dia.

Untuk masyarakat, ia juga mengimbau agar memilih pengobatan yang sudah terstandar guna menghindari efek samping yang malah merugikan.

"Sekarang pemerintah sudah memiliki program BPJS Kesehatan supaya masyarakat lebih mudah berobat. Dan saat ini berarti tugas kita adalah menambah jumlah dokter ortopedi dan harus bisa mendistribusikan dengan bagus ke seluruh provinsi di Indonesia," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya