Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2023 akan datang lebih cepat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Dapat kita simpulkan bahwa prakiran musim kemarau akan tiba lebih awal dibandingkan biasnaya. Curah hukan turun pada periode kemarau 2023 diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Senin (6/3).
Dwikorita membeberkan, musim kemarau umumnya berakitan dengan pergerakan angin yang bertiup dari Benua Asia menuju Benua Australia melintasi wilayah kepulauan Indonesia. Adapun, musim kemarau akan dialami lebih dulu oleh Nusa Tenggara-Bali dan sebagian Jawa Timur pada April 2023.
Lalu disusul akan terjadi di wilayah Nusa Tenggara, sebagian Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, sebagian Sumatra Selatan, sebagian Sumatra Utara dan Papua bagian selatan pada Mei 2023.. Lalu pada Juli 2023 kemarau akan terjadi di sebagian besar Sumatra, sebagian kecil Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku dan sebagian Papua.
Baca juga : Waspada Bencana, Hujan Lebat Masih Bayangi Jawa Tengah
Sementara itu, Dwikorita menyatakan, mengingat La Nina yang meliputi Indonesia dalam tiga tahun terakhir akan mulai meghilang tahun ini, maka musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan 2020, 2021 dan 2022.
"Padahal selama tiga tahun berturut-turun kita sudah terbiasa dengan musim kemarau yang basah, di atas normal. Sekarang kita mengalami normal lagi. Artinya tahun ini jadi lebih kering dibanding tiga tahun terakhir bahkan ada potensi El Nino 50% sampai 60%," ucap dia.
Adapun, beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari biasanya ialah Aceh bagian utara, sebagian Sumatra Utara, Riau bagian utara, Sumatra bagian selatan, sebagian besar Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, Papua barat bagian selatan dan Papua bagian selatan.
Sementara itu wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal atau lebih basah ialah Aceh bagian selatan, Sumatra Utara bagian tengah, Sumatra Barat bagian selatan, sebagian kecil Jawa, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat bagian utara.
Baca juga : Sudah Lama Rusak, BMKG Sebut Tak Pernah Pasang Alat Pendeteksi Tsunami
(Z-5)
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Dwikorita juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
Fenomena kemarau basah saat ini terjadi di beberapa daerah Indonesia. Berbeda dengan kemarau biasa yang kering dengan sedikit hujan, kemarau basah justru ditandai dengan hujan yang turun
PENCEMARAN laut dan cuaca ekstrem El Nino menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Kota Padang, Sumatra Barat, turun drastis hingga 40 persen.
Di tengah terjadinya fenomena El Nino yang memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya anomali yang menarik pada komoditas beras
BPS memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan 2023. Kementan meresponsnya dengan mengklaim sudah mengambil langkah mitigasi
Pada periode ini, fenomena El Nino memang menimpa Indonesia. Namun, itu sebenarnya sudah diprediksi sejak akhir 2023.
PETANI melon di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, merasa gembira dan bersyukur atas keberhasilan menanam melon.
Upaya pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan terus digencarkan. Salah satu langkah konkrit yang dilakukan adalah melalui program irigasi perpompaan (Irpom).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved