Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MEMILIH mainan pada anak zaman sekarang harus tepat dan sesuai dengan perkembangan usianya. Akan sangat berbahaya apabila orang tua melepas anak berkutat dengan mainannya tanpa adanya pengawasan dan bimbingan dari orang tua.
Ketua Umum IDAI Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan permainan anak-anak saat ini bergeser ke arah daring dan terjebak pada adiksi gawai.
Baca juga: Jejak Perjuangan dalam Lukisan Pengantin Revolusi
"Bahkan anak dapat begadang semalaman bahkan berhari-hari bermain di warnet. Sehingga ini tidak sehat lagi dan butuh edukasi untuk orang tua dan anak yang butuh stimulasi dari kognitif serta sikomotornya," kata dr Piprim dalam konferensi pers secara daring, Minggu (15/1).
"Sehingga bisa didrong permainan-permainan yang sedang tren. Tapi juga ditanamkan poin asuh dalam permainan anak," tambahnya.
Ketua Bidang 3 Pengurus Pusat IDAI Dr dr Bernie Endyani Medise, SpA(K) mengatakan terdapat unsur penting bagi perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas, dan sosial.
Manfaat bermain bagi anak dan remaja antara lain membantu perkembangan kemampuan berpikir, emosi, sosial, dan fisik anak, membantu mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Bermain bersama dengan orang tua atau teman akan mengembangkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi, dan sosial serta emosi.
Kemudian mengembangkan kemampuan problem solving dalam bermain. Belajar menunggu giliran, bernegosiasi dengan teman, dan menyelesaikan permasalahan yang ada di antara teman.
"Kegiatan fisik sehingga melatih ketrampilan fisik dan merupakan salah satu strategi pencegahan obesitas pada anak," ujar dr Bernie.
Dalam memilih mainan dan permainan untuk anak harus selalu memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kesehatan.
Direkomendasikan harus seusai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai keamanan mainan. Mainan untuk anak di bawah usia 3 tahun seharusnya tidak memiliki bagian kecil yang dapat menyebabkan risiko tertelan, tersedak, dan aspirasi pada anak.
"Untuk anak balita, berikan mainan khusus bagi anak balita yang dirancang untuk merangsang berbagai kemampuan dasarnya. Sesuai dengan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak,"
Diharapkan juga mainan bersifat multifungsi, satu mainan diharapkan dapat memberikan berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang didapat anak juga lebih beragam dan dapat melatih problem solving, seperti permainan puzzle, lego, dan lainnya .
Dapat membantu melatih konsep-konsep dasar seperti mengenal bentuk, warna besaran, juga melatih motor halus Serta melatih ketelitian dan ketekunan, dan selalu kreatif lewat berbagai variasi erbagai varias mainan yang dapat dilakukan.
Dalam memilih alat permainan hendaknya disesuaikan dengan usia anak. Jika anak usia 0-2 tahun atau pada fase awal anak memiliki kemampuan yang didominasi oleh sensor motor pada otak, sehingga akan lebih efektif jika kita memberikan mainan pada anak dengan wujud yang lebih mencolok seperti warna, bau, tekstur, dan mainan yang menggunakan eskpresi juga dapat menjadi salah satu alternatifnya.
Kemudian usia 3-6 tahun anak sudah mulai tertarik untuk bereksplorasi sehingga permainan yang memancing minat petualangan mereka akan sangat mendukung minat anak, mendorong rasa percaya diri anak sehingga mereka tidak ragu mengeksplorasi hal baru.
Usia prasekolah, pada fase ini yang dibutuhkan anak adalah jenis permainan yang dapat mengembangkan rasa kerja sama dan kemampuan sosialisasi mereka.
"Hal ini sangat diperlukan oleh anak karena mereka akan membutuhkan kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya di sekolah,"
Kemudian pada usia sekolah, permainan yang cocok untuk anak-anak adalah permainan yang memiliki kemampuan untuk merangsang kemampuan peran, ketangkasan, dan kreativitas pada anak. Memilih mainan yang tepat untuk anak berarti mendukung kesempatan mereka untuk belajar dengan lebih efektif dan efisien sesuai usia anak.
Usia remaja dimulai 10 hingga 18 tahun, terjadi peningkatan kecepatan daya pikiran, memori spasial, kemampuan perencanaan, penyelesaian masalah, kemampuan untuk mengerti pikiran orang lain, dan perbaikan regulasi emosi.
"Pentingnya pendampingan orang tua. Pemilihan mainan untuk anak secara bijak juga dapat membantu mereka untuk memiliki hidup yang lebih seimbang ke depannya," tuturnya.
"Orang tua memiliki peran yang cukup penting dalam menentukan dan memilih mainan yang tepat untuk anak baik untuk aspek keamanan dan kesesuaian permainan," pungkasnya. (OL-6)
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved