Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Problem intoleransi di Bumi Pertiwi memang masih kerap menghantui. Mulai dari pendirian negara Islam, kesulitan pembangunan gereja, diskriminasi terhadap kelompok Syiah dan Ahmadiyah, serta kasus lainnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengakui memang terjadi hal-hal serupa dalam perkembangan zamannya. Namun, hal tersebut tidak berarti harus menghentikan upaya mengampanyekan perdamaian di tingkat global.
Justru, katanya, Indonesia harus bergulat juga secara internasional. Langkah ini tentu saja tanpa menafikan upaya mengharmonisasi hubungan persaudaraan antaragama sesama bangsa dalam negeri.
“Di samping tentu melakukan upaya dalam negeri, kita juga harus bergulat secara internasional,” kata kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu dalam Editorial Meeting di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Sejumlah pemimpin redaksi media nasional hadir di acara ini. Berada satu meja dengan Gus Yahya, antara lain, jurnalis senior Arif Afandi, Ketua PBNU H Amin Said Husni, Wakil Ketua Panitia R20 Safira Machrusah, Jubir R20 Dr Najib Azca. Ada pula Waketum PBNU KH Zulfa Mustafa, Ketua PBNU Prof Moh Mukri, H Chairul Saleh Rasyid, wartawan Mohammad Bakir.
Sebab, terangnya, masalah-masalah serupa memang akan terjadi lagi di kemudian hari sehingga energinya akan terbuang percuma jika hanya fokus pada ranah domestik saja. Karenanya, persoalan domestik ini juga perlu dibawa ke tingkat internasional. Hal ini mengingat masalah serupa tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di India, di Eropa, dan di banyak negara lainnya.
“Memang ada masalah di mana-mana. Makanya ada tema truth telling. Kita ingin mengajak ke masa depan bersama. Kita tidak bisa terus-terusan begini. Mereka sekarang bersikap diskriminatif terhadap minoritas. Mereka mencari pembenaran dari grievances masa lalu,” katanya.
Oleh karena itu, PBNU menggelar forum agama G20 yang disebut Religion Twenty atau R20. Forum ini dibuat dalam rangka menciptakan perdamaian dan kehidupan yang harmoni di tingkat global. Gus Yahya mengajak tokoh-tokoh agama dunia untuk bersama-sama mengatasi problem yang sama dan saling mengungkap kebenaran dan berbicara secara jujur mengenai masalah yang dialami masing-masing dalam forum tersebut.
“Sebab kalau tidak (berbicara bersama), tidak ada penyelesaian,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Yahya menyampaikan bahwa masalah-masalah tersebut terkadang memang ada yang sengaja dikirim dari luar atau dinamika global, di samping juga karena hubungan yang semakin dekat antarkawasan dunia. Selain itu, sebagian lagi juga karena dampak dari politisasi dan polarisasi di wilayah domestik. Karenanya, ia juga menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi.
Gus Yahya menegaskan sudah saatnya tidak berpikir alasan untuk marah atau benci terhadap kelompok lain. Sebaliknya, justru antarumat beragama dan berbangsa harus bisa saling menjaga perdamaian satu sama lain. (X-15)
FORUM Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) merekomendasikan perlunya langkah tegas negara melalui revisi regulasi hingga pembentukan UU Anti-Intoleransi.
Menag Nasaruddin Umar menegaskan upaya mencegah intoleransi memerlukan sesuatu yang lebih kuat daripada peraturan pemerintah atau undang-undang. Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia
MENTERI Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa Kementerian Agama akan bergerak cepat dalam menangani berbagai kasus intoleransi yang masih terjadi di sejumlah daerah.
MENTERI Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan menyiapkan dua pendekatan agar insiden perusakan rumah doa di Padang, Sumatra Barat tak terulang
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak jajaran Kementerian Agama untuk mengedepankan Kurikulum Cinta sebagai strategi utama dalam menyelesaikan kasus intoleransi yang terjadi.
GEMPAR Indonesia meminta Presiden Prabowo Subianto untuk mengevaluasi Menteri dan Wakil Menteri Agama terkait insiden intoleransi di Padang
Pertemuan tersebut merupakan bentuk keseriusan dari para pemuka agama dari berbagai negara untuk mengatasi beragam konflik yang terjadi di dunia, termasuk di Gaza.
Isu minoritas masih menjadi salah satu problem dalam hubungan antaragama di dunia.
Lebih lanjut, Presiden mengatakan, tokoh-tokoh agama yang berbeda menjadi bagian utama dalam mempersatukan Indonesia.
Lebih lanjut Silvina juga merasa tergerak ketika mengetahui penyelenggaraan R20 menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Sekretaris Eksekutif KWI, Romo Paulus Christian Siswantoko, mengatakan diadakannya R20 juga bisa meningkatkan solidaritas dan kepedulian global.
Ini Harapan JK untuk Forum R20 Buat Perdamaian Dunia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved