Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Di Kota Palu Sejak 2019 Sampah Plastik Diubah Menjadi BBM

Mitha Meinansi
03/10/2022 09:20
Di Kota Palu Sejak 2019 Sampah Plastik Diubah Menjadi BBM
Dirsan warga Kelurahan Taipa, Kota Palu, yang mampu mengubah sampah plastik menjadi BBM yang digunakanya sejak 2019 hingga kini.(MI/Mitha Meinansi)

SAAT masyarakat kesulitan membeli bahan bakar minyak (BBM) akibat kenaikan harga BBM subsidi saat ini, salah seorang warga di Kota Palu, Sulawesi Tengah tidak terlalu merasakan dampaknya. Sebab dia mampu memproduksi dan menggunakan BBM dari hasil pengolahan sampah plastik.

"Kami membuka bank sampah. Dari sinilah kami mengurai segala jenis sampah untuk diolah menjadi barang yang bermanfaat," ujar Dirsan, warga Kelurahan Taipa, Kota Palu, yang berhasil mengubah sampah plastik menjadi BBM, Minggu (2/10).

Berbekal ilmu pengetahuan seadanya yang sempat diperoleh dari bahan bacaan, dan melakukan uji coba dengan menggunakan barang-barang bekas sebagai alat produksi, serta berbagai sampah plastik sebagai bahan bakunya, Dirsan, sukses menyulap sampah menjadi BBM.

"Ada beberapa kali uji coba. Kurang lebih ada sepuluh kali eksperimen, dari bagaimana caranya plastik ini berubah jadi BBM. Pas ujicoba ke-11 kalinya baru saya berhasil menemukan bahwa ada jenis solar, dan jenis bensin, dan ada jenis minyak tanah dari sampah plastik," ungkap Dirsan.

Menurutnya, dari satu kilo sampah plastik dapat diolah menjadi 0,8 Liter BBM, yang kemudian bisa diurai menjadi tiga jenis bahan bakar minyak, yaitu solar, bensin, dan minyak tanah.

Dirsan mengaku sejak 2019 hingga saat ini, BBM tersebut digunakannya sebagai konsumsi pribadi, baik di kendaraan roda dua miliknya, mesin pencacah sampah yang digunakan di Bank Sampah, juga untuk memasak. Bahkan, warga sekitar ada yang bersedia membeli untuk mereka gunakan sebagai kebutuhan pribadi.

"Saya menggunakan sendiri di motor saya, kemudian di mesin cacah. Ada teman-teman pakai bahan bakar ini di mobil. Adik saya itu pakai dikenderaannya sampai ke Luwuk, tidak ada masalah," sebut Dirsan.

Selain dihasilkan sebagai BBM, di Bank Sampah yang dikelola Dirsan bersama 11 orang warga sekitar itu, juga dapat menghasilkan berbagai kerajinan tangan, bahkan kebutuhan rumah tangga dari hasil olahan sampah, seperti pajangan dinding, ubin, dan cairan pembersih lantai. Termasuk limbah dari pembuatan BBM yang masih dibisa diolah lagi menjadi bahan bakar briket.

"Ibu-ibu paling paham untuk mengurai sampah. Karena itu pengelola sampah disini hampir semuanya ibu-ibu," kata Dirsan.

Untuk membuat BBM dari sampah, Dirsan hanya mengadalkan tutorial yang pernah dibacanya, dan kemudian dipraktekkan. Berkat kegigihannya setelah sepuluh kali melakukan uji coba, dan upayanya sempat meledak beberapa kali, barulah Dirsan berhasil mendapatkan BBM berbahan baku sampah.

Untuk memasarkan produknya itu, ia berkeinginan untuk mendapatkan legitimasi, dan izin resmi dari pemerintah. Saat ini ia mengaku sedang berupaya untuk memperoleh izin yang dimaksud, meski masih harus melakukan banyak pembenahan.

"Kuat niat itu. Hari ini dengan kenaikan BBM, kemungkinan dikalangan petani dan nelayan itu sangat terbantu. Meskipun bicara soal oktan, itu belum tercover sampai pada laboratorium, tapi bisa dipakai," yakinnya.

Untuk menyakinkan bahwa BBM yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik, benar-benar dapat digunakan sesuai pemanfaatannya, BBM tersebut bahkan sudah pernah diuji coba selama dua jam non stop di mesin dompeng milik Dirsan, dan perahu nelayan sekitar. Hingga saat ini, tidak
terdapat efek samping dari penggunaan BBM berbahan baku sampah itu.

Karena itulah Dirsan sangat berkeinginan agar bisa mendapatkan legalitas, sehingga dapat memproduksi BBM berbahan baku sampah dalam jumlah banyak. "Saya harus punya legalitas. Perlu diberi legitimasi bahwa ini bisa dipakai atau tidak. Kalau ini sudah punya legalitas, mungkin kita produksi besar-besaran," harapnya.

Dirsan mengaku ada permintaan konsumen  dalam jumlah banyak. Namun ia belum berani menerima pesanan itu, karena khawatir bermasalah hukum nantinya.  "Karena juga ini ada rasa ragu-ragu ketika bicara soal legalitas. Jangan sampai kita bicara besar lalu itu dianggap kita ilegal. Sehingga hari ini saya belum berani membuat dalam jumlah banyak, meskipun ada permintaan," tandas Dirsan. (OL-13)

Baca Juga: Volume Transaksi QRIS Terus Meningkat 18,4% Dibanding 2021



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya