Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

200 Warga Siberut Utara Mengungsi Akibat Gempa Magnitudo 6,1

Atalya Puspa
11/9/2022 15:30
200 Warga Siberut Utara Mengungsi Akibat Gempa Magnitudo 6,1
Ilustrasi dampak gempa bumi(medcom.id)

SEBANYAK 200 warga Desa Sikabaluan di Kecamatan Siberut Utara yang diguncang gempa bumi magnitudo 6,1 mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

"Kondisi dan jumlah warga yang mengungsi sama seperti kejadian gempa bumi 6,4 magnitudo pada 28 Agustus 2022," kata Kepala Pelaksanan BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai Novriadi dalam keterangan resmi, Minggu (11/9).

Lebih lanjut, terkait korban dan kerusakan, Novriadi mengatakan ada seorang warga Desa Betaet yang mengalami luka di bagian kepala setelah tertimpa kayu yang berada di rumahnya. Beruntung keduanya segera mendapatkan pertolongan dari pihak Puskesmas setempat.

“Seorang warga Betaet terluka di kepala terkena kayu di rumahnya saat hendak lari keluar rumah. Mereka sudah ditangani pihak Puskesmas setempat,” jelas Novriadi.

Selain korban luka, Novriadi juga merinci keruskaan ringan di gedung SMP Negeri Sagulubbek dan Puskesmas Betaet di Kecamatan Siberut Barat Daya. Kerusakan itu berupa dinding yang retak dan keramik dinding tekelupas.

“Kerusakan di bagian dinding gedung sekolah SMP Negeri Sagulubbek dan keramik dinding Puskesmas Betaet terkelupas,” ucap Novriadi.

Baca juga: Rentetan Gempa Terjadi di Mentawai, BMKG Minta Masyarakat Waspada

BPBD Provinsi Sumatra Barat dan BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai terus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk asesmen lanjutan dan memonitor dampak yang ditimbulkan setelah terjadi gempa bumi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada masyarakat khususnya di wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya tidak panik namun tetap meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi gempa bumi susulan.

"Peringatan dini gempa bumi dapat diperoleh dengan memanfaatkan barang-barang yang mudah dijumpai di rumah seperti menyusun kaleng secara bertingkat. Hal itu dapat menjadi alarm apabila terjadi gempa bumi," ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.

Di samping itu, pastikan jalur evakuasi keluar dari rumah tidak terhalang oleh benda dengan ukuran besar seperti lemari, meja, kulkas dan sebagainya.

Khusus bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, apabila terjadi gempa bumi yang berlangsung lebih dari 30 detik diharapkan segera menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terajadinya tsunami.

"Apabila mendapati rumah dengan rusak struktur yang ditandai kondisi patah tiang penyangga, kerusakan masif pada dinding dan kerusakan pada penyangga atau penyusun atap, maka diimbau agar pemilik rumah segera melaporkan kepada BPBD setempat," pungkas dia.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya