Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon menilai kehadiran prangko dapat menjadi identitas suatu negara, seperti halnya uang.
Sebab, di saat suatu negara baru berdiri, maka membutuhkan alat tukar untuk pembayaran dan alat komunikasi tertulis berbentuk surat-menyurat konvensional.
Sehingga, kehadiran prangko di suatu negara akan menunjukkan kapan negara tersebut berdiri dan dalam situasi seperti apa dinamika sosial-politik yang mengiringinya.
Selain sebagai identitas negara, menurut politisi Partai Gerindra tersebut, prangko juga dapat menjadi sarana second-track diplomacy.
Second-track diplomacy adalah bentuk praktis dari aktivitas informal atau nonresmi pemerintah yang menghubungkan antarkelompok masyarakat (aktor nonnegara).
“Jadi perangko bukan hanya sebagai alat bayar untuk surat menyurat. Tetapi, juga bagian dari identitas, bagian dari second track diplomacy. Hubungan antar warga yang tidak hanya ada di masa teknologi informasi masih belum maju, tetapi juga sekarang pun tetap relevan karena bagian dari budaya material,” ujar Fadli Zon di sela-sela acara Kompetisi dan Pameran Filateli Dunia (World Stamp Championship and Exhibition Indonesia), di Hall C JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (4/8).
Fadli menerangkan saat belum menjadi Anggota PBB, Indonesia mencetak prangko di negara Philadelphia, Amerika Serikat. Sehingga, prangko dapat merekam beberapa peristiwa sejarah penting.
Tidak hanya yang bersifat politik, seperti Pemilu, atau olahraga seperti Asean Games, namun hingga peristiwa pandemi Covid-19 juga terekam dengan baik di prangko.
Baca juga: Besok, 5000 Prangko Seri Khusus ASEAN Para Games 2022 dan Prajurit Keraton Diluncurkan
Sehingga, Fadli berharap hobi filateli juga kian digandrungi anak muda saat ini. Hal itu ditunjukkan di beberapa sekolah di kota-kota besar di Indonesia yang mulai menghidupkan kembali hobi tersebut.
Oleh karena, menurutnya, hal itu dapat ini melatih ketekunan, ketelitian, dan juga mengedukasi karena orang dari suatu perangko tentang banyak peristiwa.
“Di sekolah Al-Izhar ada klub filateli. Mereka dari SD mulai dilatih. Dari mana mendapatkan perangkonya? dari sejumlah platform online dia beli dari situ, dari kantor pos, dibeli kemudian dirangkai. Jadi kita berharap hobi ini terus berkembang dan bisa menjadi bagian dari edukasi dan pembinaan karakter terutama bagi anak-anak muda,” tutup Anggota Komisi I DPR RI itu.
Baca juga: Indonesia-Iran akan Terbitkan Prangko Peringatan Hubungan Bilateral
Diketahui, filateli adalah studi atau penelitian tentang prangko dan sejarah pos. Filateli juga mengacu pada kegiatan koleksi, apresiasi dan penelitian pada prangko serta produk filateli lainnya.
Filateli melibatkan lebih dari sekadar pengumpulan prangko atau studi tentang prangko. Sehingga, seseorang bisa saja menjadi filatelis tanpa mengoleksi prangko. Misalnya, jika prangko yang dipelajari sangat langka atau hanya ada di museum. (RO/OL-09)
KETUA DPR RI Puan Maharani meminta Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk menjelaskan penetapan Hari Kebudayaan pada 17 Oktober.
MENTERI Kebudayaan, Fadli Zon, mengharapkan agar melalui buku sejarah dapat menemukan kembali jati diri bangsa.
MENTERI Kebudayaan Fadli Zon memastikan penulisan ulang sejarah Indonesia akan terus dilanjutkan, meski sejumlah pihak meminta agar program tersebut dihentikan.
Betapa menyakitkannya menyaksikan negara seolah kesulitan mengakui sejarah kelam, padahal data dan testimoni korban sudah dikumpulkan sejak awal Reformasi.
Anggota Komisi X DPR, Mercy Chriesty Barends, meluapkan emosinya kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Mercy menyerahkan sebuah dokumen kepada Fadli berjudul Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta
Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas menggeruduk rapat kerja (raker) Komisi X DPR yang dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Alasannya, mereka menolak proyek penulisan ulang sejarah
PT Pos Indonesia bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meluncurkan prangko seri 150 Tahun Perhimpunan Pos Sedunia (Universal Postal Union/UPU).
Selain barang mewah, prangko juga bisa memiliki nilai yang mencengangkan. Di tengah kemajuan teknologi, prangko tetap memiliki tempat istimewa bagi kolektor.
Filateli memiliki sejarah panjang sejak prangko pertama kali diperkenalkan di Inggris pada 1840 dan di Indonesia pada 1868.
perangko NFT ini merupakan terobosan yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia dalam rangka beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital.
Selain kampanye kesehatan, peringatan Hari Jantung Sedunia juga didukung oleh penerbitan prangko dengan tema jantung
Kesepakatan ini adalah langkah nyata PosIND dan TMII mendorong pengetahuan masyarakat Indonesia akan perjalanan panjang Pos Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved