Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Ridwan Kamil Akui Pernah Jadi Korban Bully

Dede Susianti
23/7/2022 20:30
Ridwan Kamil Akui Pernah Jadi Korban Bully
Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersama Gubernur DKI Anies Baswedan, Menkes Budi Sadikin, dan Wali Kota Bogor Bima Arya di Bogor, Sabtu (23/7).(ANTARA/Sigid Kurniawan)

GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil tampak emosional ketika dimintai tanggapannya terkait kasus kekerasan pada anak. Kejadian tragis terbaru di Tasikmalaya yang menyebabkan seorang anak kelas 5 SD meninggal dunia setelah depresi akibat mengalami perundungan dari rekan-rekannya.

Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, bahkan mengaku sangat memahami secara batin atas peristiwa itu.

Di sela acara Jambore Kepala Desa se-Kabupaten Bogor yang diikuti 416 kepala desa di Desa Pelangi, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/7), terungkap bahwa Kang Emil merupakan seorang penyintas.

Dia menceritakan dirinya pernah mengalami masa-masa yang sulit, depresi untuk waktu cukup lama akibat perundungan yang dialaminya saat dirinya masih berada di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

"Saya ini survivor bully. Dulu SMP, saya korban bully. Jadi sangat depresi juga saya, zaman SMP, dan tidak punya supporting system dulu," ujarnya.

"Jadi, saya sangat memahami batin itu (atas peristiwa di Tasikmalaya)," ungkapnya mengawali tanggapannya soal peringatan Hari Anak Nasional dan penanganan kasus kekerasan pada anak.


Baca juga: Ketum PP Muhammadiyah: Anak-Anak Butuh Ligkungan Budaya dan Keteladanan yang Baik


Menurutnya, yang jadi kunci utamanya ada di level terdekat dan itu harus diperkuat. Di rumah, orangtua harus menjadi pengganti guru. Karena itu, dia mengimbau pada para orangtua untuk memperkuat supporting system.

"Jangan anaknya sudah sekolah tuh sudah saja. Anak itu harus dididik lagi. Karena Anda-Anda lah guru di rumah. Ngajarin lagi moral, ngajarin lagi etika, ngajarin empati. Kalau memang bisa ngajarin matematika atau apalah," ungkapnya.

Di sekolah pun sebaliknya. Guru, katanya, jangan hanya mengajari mata pelajaran semata.

"Guru adalah orang tua, pengganti orangtua (siswa) di sekolah. Maka guru, kepala sekolah, mereka yang harus membela yang ter-bully," tegasnya.

"Jangan menganggap sudah sekolah beres, istirahat dicuekin. Justru pas istirahat (jam pelajaran) lah, momen-momen pulang sekolah, momen-momen istirahat yang selalu terjadi yang tidak terduga seperti itu," tambahnya.

Sementara untuk pelaku perundungan, Emil minta harus dilakukan atau pemberian sanksi yang tegas.

"Ya ketika terjadi bully, pelaku bully tetap harus dihukum. Jangan dibiarkan, tapi dengan level kedisplinan yang menyesuaikan," tutupnya. (OL-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya