Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENYAYANGI satwa liar bisa dilakukan dengan tidak merampas hak mereka untuk hidup nyaman di habitat asli mereka, membiarkan mereka hidup di alam bebas, dan tidak mengurung mereka sebagai peliharaan. Hal itu dikatakan aktivis pembela kesejahteraan hewan Doni Herdaru.
"Setiap hewan punya fungsi masing-masing untuk menjaga keseimbangan alam," kata Doni, yang juga pendiri yayasan Animal Defenders Indonesia dalam bincang-bincang di Jakarta, Rabu (13/7).
Dengan merenggut mereka, apalagi satwa yang dilindungi, dari habitat dan memelihara mereka di rumah, maka dampak negatif tidak cuma dirasakan oleh satwa liar yang bersangkutan, tetapi juga alam semesta yang pada akhirnya bakal berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Baca juga: Serangan Babi Hutan Resahkan Warga Sindangkerta
Sebagai contoh, kata dia, siamang di habitatnya di hutan punya peran meregenerasikan hutan dengan memencarkan biji-bijian.
Ia mengajak masyarakat dari segala kalangan untuk berhenti memelihara satwa liar yang lebih cocok berada di alam bebas.
"Jangan sampai merasa hebat dan keren kalau memelihara hewan yang tidak dipunyai orang lain," ujar dia.
Memelihara satwa liar di tempat yang bukan habitat aslinya memiliki risiko berbahaya bila ada yang memicu insting ganas dan pada akhirnya membahayakan orang di sekitar.
Jika hal terburuk terjadi, pada akhirnya yang akan jadi korban adalah satwa tersebut.
"Kalau ada kejadian enggak enak, ada insiden hewan menyerang pemilik, yang ditembak pasti binatangnya," kata dia.
Aktris dan aktivis pembela hak hidup dan kesejahteraan hewan Davina Veronica menambahkan satwa liar memang seharusnya berada di alam bebas karena memiliki peran penting dalam keseimbangan bumi. Membiarkan satwa-satwa liar pada fitrahnya adalah pilihan terbaik untuk semua pihak.
"Pada akhirnya, manusia yang akan menikmati manfaat keseimbangan bumi," tegas pendiri yayasan Natha Satwa Nusantara itu. (Ant/OL-1)
Ketika merasa terancam, silky anteater dapat bertindak agresif dengan menggunakan ekor prehensilnya sebagai jangkar, berdiri di atas kaki belakangnya, lalu menyerang.
Ada banyak cara sederhana untuk merayakan hari Hari Hak Asasi Binatang, mulai dari menandatangani petisi, mengadopsi hewan, dan menghindari produk yang diuji pada hewan.
Hari Hak Asasi Binatang, diperingati setiap 15 Oktober, merupakan momen penting untuk menyoroti perjuangan melawan eksploitasi dan ketidakadilan terhadap hewan.
Perkembangan hewan ada tiga bagian yaitu perkembangan langsung, metamorfosis tidak sempurna, dan metamorphosis sempurna. Ingin tahu lebih jauh tentang perkembangan hidup hewan?
Perkembangbiakan hewan dibagi menjadi dua cara, yaitu vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Untuk lebih jelas terkait perkembangbiakan pada hewan, simak tulisan berikut.
Jemaah haji diimbau membayar dam di tempat-tempat resmi karena bisa dipastikan hewan yang akan disembelih sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan.
Musang: Kenali mamalia nokturnal eksotis ini! Pelajari perilaku unik, habitat, dan peran pentingnya dalam ekosistem. Pengetahuan menarik tentang si gesit berbulu.
Air yang menggenangi pemukiman warga tidak hanya menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga memunculkan ancaman baru: kemunculan ular liar.
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari genus Lyssavirus. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan air liur hewan yang terinfeksi.
Beruang madu (Helarctos Malayanus) muncul di kawasan permukiman warga di wilayah Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Namibia berencana untuk memusnahkan lebih dari 700 hewan liar, termasuk gajah, zebra, dan kuda nil, merespon kekeringan terburuk yang dialami negara ini dalam 100 tahun terakhir.
PENYAKIT cacar monyet merupakan salah satu penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi virus monkeypox. Cacar monyet dapat menimbulkan gejala seperti flu yang diiringi dengan demam
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved