Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Minat Peneliti dari Kalangan Milenial Tinggi, Tapi Pembiayaan Terbatas

Atalya Puspa
14/7/2022 10:15
Minat Peneliti dari Kalangan Milenial Tinggi, Tapi Pembiayaan Terbatas
Peneliti muda Dyfany Aurariel Syahda (kiri) dan Aulia Chintya Maharani (kanan) mengoperasikan prototipe bio filter penyaring logam berat.(ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

GENERASI muda di daerah memiliki kemauan yang tinggi untuk melakukan riset dan inovasi. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kemampuan pemerintah untuk memberikan fasilitas pendanaan yang mumpuni. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Nusa Tenggara Barat (NTB), Wirawan.

"Proposal yang masuk ke kami, itu namanya untuk joint venture, itu besar, ya. Datang dari perguruan tinggi, lembaga penelitian. Tapi jauh di atas kemampuan kami untuk membiayainya," kata Wirawan saat ditemui di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia NTB, Rabu (14/7).

Dengan demikian, kata dia, tidak semua proposal penelitian yang masuk ke BRIDA bisa dibiayai.

Wirawan menyatakan, pihaknya melakukan penyortiran untuk melihat proposal penelitian mana yang kiranya sesuai dengan peta jalan rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menegah daerah.

Hal itu dilakukan agar penelitian dapat diimplemetasikan secara tepat guna dan tepat sasaran.

Baca juga: Bakrie Group Gelar Panen Raya Perdana Padi Gogo di Lahan 84 Hektare

"Kira-kira ada enggak hasil riset yang selaras dengan program strategis kita. Misalnya masalah stunting, atau kurangnya fasilitas pertanian terutama di hilir, itu semua kita pilih," ucap dia.

Di NTB sendiri, kata dia, proposal penelitian yang masuk ke BRIDA didominasi oleh penelitian sosial, seperti permasalahan stunting hingga pernikahan dini.

Terkait dengan keterbatasan pendanaan, Wirawan menyatakan bahwa pihaknya juga terus mencari inovasi pembiayaan agar tidak hanya mengandalkan dana dari pemerintah provinsi.

"Untuk itu kita cari channel untuk memback up-nya. Salah satu pendanaan paling potensial adalah dari BRIN, ada juga pendanaan internasional. Seperti yang lagi tren sekarang ada dua yang sedang dalam proses hilirisasi," katanya.

"Pertama pengembangan mesin pirolisis dan juga kerja sama NTB dengan PT Block Solution dan Finlandia untuk memproduksi batako plastik," ucap Wirawan.

Wirawan menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya agar penelitian yang dilakukan tidak hanya tertuang di atas kertas.

Tapi, diharapkan penelitian tersebut bisa menjadi produk yang memiliki nilai komersil ataupun bisa menjadi rekomendasi dalam pembuatan kebijakan daerah.

"Contoh konretnya ialah, kita punya 153 prototipe penelitian yang sudah masuk produk katalog pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah. Jadi provinsi NTB ini tidak memberikan bantuan langsung tunai berupa uang, tapi yang diberikan adalah produk UMKM itu," beber Wirawan.

"Misalnya minyak kelapa, handsanitizer, atau rapid antigen itu sudah kita produksi sendiri. Prototipenya sudah kita kembangkan kita jual untuk memenuhi kebutuhan kita," pungkas dia. (Ata/Ol-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya