Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
INDUSTRI 4.0 memberikan dampak besar terhadap pelbagai sektor industri, tidak terkecuali sektor industri tekstil. Muncul sejak 2016, istilah industri 4.0 menggambarkan terjadinya pertemuan teknologi benda fisik dengan digital melalui analitik, robotika, artificial intelligence, digitalisasi, dan internet of things (IoT).
Dalam industri pertekstilan, kehadiran teknologi canggih dapat dicermati pada, antara lain pemanfaatan elemen cahaya dengan penggunaan polimer elektroaktif atau LED, nanoteknologi, bioteknologi, teknologi plasma, elektronika, dan robotika. Semua itu menjadi beberapa teknologi yang dapat diaplikasikan pada tekstil untuk aplikasi-aplikasi yang lebih spesifik.
Ranah fesyen haute couture (adibusana) bahkan tidak mau ketinggalan dalam penggunaan teknologi tekstil dengan, misalnya, mengintegrasikan elektronik, benang konduktif, tinta termokromik, dan lain sebagainya, yang memberikan fungsi khusus pada kain dan menjanjikan masa depan mode yang menarik dan sensasional. Langkah tersebut sudah diaplikasikan beberapa desainer, seperti Iris Van Herpen, Hussein Chalayan, dan perusahaan seperti CuteCircuit, Levi’s, dan lain-lain.
Serat sendiri, sebagai dasar dari pembentuk kain tekstil, turut mendapat sentuhan teknologi sehingga dapat menghasilkan tekstil dengan kemampuan multifungsi atau smart textile. Smart textile ialah kain yang berasal dari smart material yang dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi itu disebabkan adanya rangsangan yang bersifat mekanik, termal, kimia, listrik, atau sumber magnet yang diterimanya. Material itu dapat merasakan, menginterpretasikan, dan merespons rangsangan tersebut sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan atau kondisi penggunanya.
Dok. ITB
Kegiatan perkuliahan mata kuliah elektronik tekstil.
SMARTEX Project, kriya FSRD ITB, dan Erasmus+
Pada awal 2020, program studi kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB bekerja sama terlibat dalam proyek berjudul Smart Textiles - Modernisation of curriculum of Textile Engineering and Textile Technology in Indonesia, Malaysia and Pakistan (SMARTEX Project).
Proyek tersebut merupakan pengembangan kurikulum CBHE Erasmus+--program pendidikan dan pelatihan yang diinisiasi Uni Eropa yang Berfokus pada teknologi tekstil dan smart textile. Keikutsertaan Malaysia, Pakistan, dan Indonesia dalam proyek itu lantaran tiga negara tersebut merupakan mitra-mitra sentra produksi bagi jenama tekstil dan mode asal Eropa.
Proyek SMARTEX melibatkan perusahaan dan universitas di Eropa dan Asia yang memiliki jurusan di bidang teknik tekstil dan fesyen. Tujuan umum proyek tersebut ialah untuk mendukung modernisasi dan internasionalisasi institusi perguruan tinggi di Malaysia, Indonesia, dan Pakistan sesuai Konsensus Uni Eropa dalam Pembangunan teranyar dan standar kualitas pendidikan Uni Eropa (EU higher education in the world). Hal itu juga untuk meningkatkan tingkat kompetensi dan keterampilan mahasiswa di perguruan tinggi Asia dan meningkatkan daya saing lulusannya di pasar tenaga kerja.
Peluang tersebut memberikan suatu inovasi dan pengalaman baru untuk program studi kriya FSRD ITB. Kriya ialah karya yang dibuat dengan keterampilan tangan dengan memperhatikan nilai fungsi karya tersebut. Namun, pembuatan kriya tidak hanya berdasarkan pada nilai fungsinya, tapi juga dapat sebagai pemenuhan untuk sisi emosional perancang dan penggunanya yang dilihat dari sisi keindahan karya tersebut. Kriya tidak selamanya hanya berdasarkan dari karya-karya peninggalan nenek moyang, tapi juga harus mampu berkembang mengikuti tuntutan kebutuhan manusia.
SMARTEX Project membuat bidang kriya yang khas dengan karya bernilai fungsi dan berdasar pada karya-karya dari nenek moyang untuk kebutuhan sehari-hari, melangkah keluar dari ranah bidang tersebut. Hal tersebut tidak hanya sebagai bentuk respons atas teknologi yang terus-menerus berkembang di masyarakat, tetapi juga memperlihatkan peran perguruan tinggi, khususnya untuk program studi kriya FSRD ITB, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kurikulum berbasis teknologi smart dalam teknologi, seni, dan desain
Sebagai sebuah proyek yang berfokus pada, antara lain kurikulum perkuliahan, tiga mata kuliah pilihan berhasil disusun dari proyek tersebut. Pengetahuan tekstil lanjutan, tekstil elektronik, eksplorasi tekstil olahan hayat. Ketiganya telah diimplementasikan sebagai pilot project dalam perkuliahan di program studi kriya FSRD ITB.
Proyek tersebut terbukti menarik minat para mahasiswa. Pengolahan material tekstil yang dapat terurai, rekayasa bahan tekstil, pengaplikasian microunit ARDUINO, serta coding tidak membuat mahasiswa merasa bingung kendati menjadi suatu tantangan dan hal baru untuk mereka.
Proyek itu juga membuat peluang penelitian di bidang smart textile dan wearable clothing di Indonesia tidak hanya sebatas pada wawasan teknologi atau penelitian dalam skala studi atau laboratorium. SMARTEX Project membuka potensi untuk dilakukannya kolaborasi lintas keilmuan di ITB. Bersamaan dengan adanya proyek tersebut, untuk memperkaya dan mengawali riset berdasar dari kolaborasi juga dilakukan kemitraan dengan beberapa program studi dari fakultas selain FSRD, seperti teknik material dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB ataupun teknologi pascapanen di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
Sebelumnya, dalam program studi kriya FSRD ITB, ada beberapa mahasiswa dari tingkat sarjana mulai mencoba melakukan penelitian untuk tugas akhir dengan topik utamanya, yaitu smart textile. Amelinda Alysia, Renita Nima, Melisa Yuliana, Fauzan Ar-raziq Anfa, serta Ferrarizkia Svetlana R merupakan mahasiswa-mahasiswa program studi kriya FSRD ITB yang lulus menggunakan smart textile dan wearable technology sebagai topik penelitian. Dengan adanya SMARTEX Project, penelitian dengan topik serupa tentunya akan semakin banyak dan dapat lebih baik karena adanya kolaborasi dengan program studi lain. (M-2)
Selama ini, industri tekstil dalam negeri telah menyepakati skema nontarif dengan memprioritaskan penyerapan produksi lokal, dan hanya mengimpor sesuai kebutuhan.
PT Eratex Djaja Tbk, produsen tekstil yang memasok untuk merek global seperti Uniqlo dan H&M, membantah kabar yang menyebut perusahaan tengah menghadapi permohonan PKPU
Dalam surat tersebut, Mendag mengarahkan agar rencana pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk produk benang filamen asal Tiongkok tidak dilanjutkan.
PT Merak Chemicals Indonesia (MCCI), produsen Purified Terephthalic Acid (PTA) yang bergerak di sektor hulu industri tekstil, menerima penghargaan Best Liaison Contact dari
Industri TPT saat ini menyerap lebih dari 3 juta tenaga kerja langsung, berkontribusi signifikan terhadap ekspor non-migas, serta memiliki peran penting dalam pembangunan.
POY dan DTY merupakan bahan baku penting bagi industri tekstil berbasis poliester dan diwacanakan akan dikenakan tarif tertinggi bea masuk antidumping sebesar 42,30%.
800 jenis produk elektronik diproduksi di pabrik di Kawasan Candi, Semarang, Jawa Tengah, dengan karyawan 1.500 orang.
Glodok sendiri dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik dan merupakan bagian dari kawasan pecinan atau Chinatown terbesar di Indonesia.
Lampung dipilih sebagai lokasi pertama pembukaan Shop InShop karena market di daerah tersebut saat ini bergerak lebih agresif.
Target pemenuhan TKDN 25% ini untuk mendukung program pemerintah yakni Bangga Buatan Indonesia sesuai Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2022.
Melalui karyanya, Voxeaa berhasil menghadirkan warna baru yang segar dalam genre musik yang terus berevolusi ini.
Perusahaan produsen perangkat elektronik terkemuka dunia, TCL, berkomitmen terus menghadirkan solusi teknologi kepada masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved