Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEBUAH studi baru yang diterbitkan oleh jurnal JAMA Network Open menemukan hampir 17.000 orang dewasa di atas usia 65 tahun yang berjalan lebih lambat kemungkinan besar terkena demensia (penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir).
"Hasil ini menyoroti pentingnya gaya berjalan dalam penilaian risiko demensia," tulis Taya Collyer, seorang peneliti di Peninsula Clinical School di Monash University di Victoria, Australia, dikutip dari CNN.
Sementara itu, studi baru mengikuti sekelompok orang Amerika di atas usia 65 dan Australia di atas usia 70 selama tujuh tahun. Setiap tahun, orang-orang dalam penelitian ini diminta untuk mengambil tes kognitif yang mengukur penurunan kognitif secara keseluruhan, memori, kecepatan pemrosesan dan kelancaran verbal (berbicara).
Dua kali setiap tahun, subjek juga diminta berjalan 3 meter, atau sekitar 10 kaki. Kedua hasil tersebut kemudian dirata-ratakan untuk menentukan gaya berjalan khas orang tersebut.
Di akhir penelitian, para peneliti menemukan bahwa risiko demensia tertinggi terjadi pada orang-orang yang tidak hanya berjalan lebih lamban tetapi juga menunjukkan beberapa tanda penurunan kognitif, kata Dr. Joe Verghese, seorang profesor geriatri dan neurologi, di Albert Einstein College of Medicine, Bronx, New York.
"Selanjutnya, orang yang mengalami penurunan ganda memiliki risiko demensia yang lebih tinggi daripada mereka yang memiliki gaya berjalan atau penurunan kognitif saja," tulis Verghese dalam editorial yang diterbitkan pada jurnal JAMA.
Hubungan ganda antara kecepatan berjalan dan penurunan memori adalah prediksi demensia di kemudian hari, sebuah meta-analisis 2020 dari hampir 9.000 orang dewasa Amerika ditemukan.
Namun terlepas dari temuan tersebut, "disfungsi gaya berjalan belum dianggap sebagai gambaran klinis awal pada pasien dengan penyakit Alzheimer," tulis Verghese. (Medcom.id/H-2)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Melalui terapi ini, dapat dibentuk jaringan baru untuk menggantikan sel-sel yang rusak yang menyebabkan kerusakan organ.
Sekitar 80% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak. Operasi menjadi satu-satunya cara untuk memulihkan penglihatan pasien.
TKT lansia dan latihan kognitif untuk lansia dilakukan melalui aktivitas senam otak (brain gym) dan bermain puzzle (puzzle therapy).
Lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi kognitif yang bisa mendadak jadi kekanakan.
Gerakan Ling Tien Kung memiliki gerakan sederhana dan efektif dan bisa dilakukan siapa saja, termasuk anak-anak dan lansia.
Suasana klasik dengan sentuhan modern langsung menyapa setiba sampai di Uma Oma Authentic Indonesian Food & Cafe.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved