Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
SEBUAH studi baru yang diterbitkan oleh jurnal JAMA Network Open menemukan hampir 17.000 orang dewasa di atas usia 65 tahun yang berjalan lebih lambat kemungkinan besar terkena demensia (penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir).
"Hasil ini menyoroti pentingnya gaya berjalan dalam penilaian risiko demensia," tulis Taya Collyer, seorang peneliti di Peninsula Clinical School di Monash University di Victoria, Australia, dikutip dari CNN.
Sementara itu, studi baru mengikuti sekelompok orang Amerika di atas usia 65 dan Australia di atas usia 70 selama tujuh tahun. Setiap tahun, orang-orang dalam penelitian ini diminta untuk mengambil tes kognitif yang mengukur penurunan kognitif secara keseluruhan, memori, kecepatan pemrosesan dan kelancaran verbal (berbicara).
Dua kali setiap tahun, subjek juga diminta berjalan 3 meter, atau sekitar 10 kaki. Kedua hasil tersebut kemudian dirata-ratakan untuk menentukan gaya berjalan khas orang tersebut.
Di akhir penelitian, para peneliti menemukan bahwa risiko demensia tertinggi terjadi pada orang-orang yang tidak hanya berjalan lebih lamban tetapi juga menunjukkan beberapa tanda penurunan kognitif, kata Dr. Joe Verghese, seorang profesor geriatri dan neurologi, di Albert Einstein College of Medicine, Bronx, New York.
"Selanjutnya, orang yang mengalami penurunan ganda memiliki risiko demensia yang lebih tinggi daripada mereka yang memiliki gaya berjalan atau penurunan kognitif saja," tulis Verghese dalam editorial yang diterbitkan pada jurnal JAMA.
Hubungan ganda antara kecepatan berjalan dan penurunan memori adalah prediksi demensia di kemudian hari, sebuah meta-analisis 2020 dari hampir 9.000 orang dewasa Amerika ditemukan.
Namun terlepas dari temuan tersebut, "disfungsi gaya berjalan belum dianggap sebagai gambaran klinis awal pada pasien dengan penyakit Alzheimer," tulis Verghese. (Medcom.id/H-2)
Di Indonesia, kanker paru menyumbang 9,5% dari seluruh kasus kanker serta menjadi penyebab 14,1% kematian akibat kanker.
Penelitian terbaru menemukan paparan gelombang panas berulang dapat mempercepat proses penuaan manusia.
Makanan yang menjadi tren dan digemari anak muda biasanya tinggi gula dan gorengan dengan tepung mengandung advanced glycation end products (AGEs) yang merusak kolagen.
Sektor kesehatan di Indonesia kini memasuki fase baru dengan hadirnya teknologi pemindai PET/CT Biograph Vision Quadra di RS EMC Grha Kedoya.
Dorongan untuk hidup lebih sehat, lebih lama, dan lebih baik kembali digaungkan melalui ajang AIA Vitality Live 2025.
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
Lembaga Demografi UI mengungkap masih banyak lansia di Indonesia yang hidup miskin dengan kesehatan buruk masih harus terus bekerja.
Kesejahteraan lansia tidak hanya ditentukan oleh panjang umur, tetapi juga oleh kualitas hidup yang mencakup kesehatan, relasi sosial, kontribusi, dan makna hidup.
Sebanyak 3,43 juta orang lanjut usia (lansia) di Indonesia, lebih dari separuh atau 55,21% lansia di Indonesia masih masuk ke dalam angkatan kerja.
Program ini memperkuat peran kader Posbindu PTM sekaligus mendukung kesehatan fisik, mental, sosial, dan reproduksi lansia .
55,21% dari total 33,43 juta orang lanjut usia (lansia) di Indonesia yang masih masuk ke dalam angkatan kerja. Sistem pensiun di Indonesia masih sangat jauh dari kata baik.
BPS mengungkapkan dari jumlah 33,43 juta orang lanjut usia (lansia) di Indonesia, lebih dari separuh atau 55,21% lansia di Indonesia masih masuk ke dalam angkatan kerja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved