Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRIOTITY Donor Relations UNICEF Indonesia Kezia Rahmaningtyas menjelaskan bahwa sejak pandemi covid-19 melanda, angka anak putus sekolah kembali meningkat di Indonesia.
"Sebenarnya, sebelum pandemi, UNICEF tuh sudah berhasil membantu pemerintah Indonesia menurunkan angka anak tidak sekolah. Tapi ternyata ada pandemi, angkanya naik lagi jadi 4,3 juta," kata Kezia, dikutip Kamis (9/6).
Lebih lanjut, Kezia menjelaskan ada beberapa alasan mengapa angka anak putus sekolah kembali meningkat di saat pandemi. Menurutnya, alasan yang paling banyak ditemui mulai dari kondisi jarak hingga ekonomi keluarga siswa.
Baca juga: Menko PMK Tegaskan Hadirkan Pendidikan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas, Salah satunya RAN-PD
"Pertama karena kondisi geografis. Jadi lokasinya jauh jadi tidak bisa menjangkau sekolah. Kedua karena kesulitan ekonomi. Jadi orangtuanya itu ekonominya kurang. Sehingga, anak-anaknya terpaksa bantu ekonomi keluarga," jelasnya.
Tidak hanya itu, Kezia juga mengatakan alasan ketiga angka siswa putus sekolah meningkat karena kultur yang masih ada di tengah masyarakat Indonesia.
Para siswi umumnya dinikahkan oleh orangtua mereka, sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan kembali.
"Ketiga ada juga kultur kebiasaan masyarakat. Di mana anak perempuan itu, kebanyakan anak perempuan, usianya masih di bawah umur tapi sudah dinikahkan. Jadinya nggak sempat lagi melanjutkan sekolah gitu. Jadi kira-kira hal-hal ini yang membuat anak-anak itu nggak sekolah," imbuh Kezia.
Untuk kembali membantu menurunkan angka siswa putus sekolah di Indonesia, UNICEF pun bekerja sama dengan para penggemar grup K-pop BTS, yakni komunitas Senyum ARMY untuk menyelenggarakan pameran Remedy di Plaza Indonesia.
"Bisa mampir di booth UNICEF di tempat exhibition-nya. Paling depan. Kita juga punya marchandise tas sekolah yang bisa didapat kalau berdonasi dan membantu mengembalikan anak-anak ke sekolah," pungkasnya. (Ant/OL-1)
Menstrucaraka merupakan duta yang dipilih dari kalangan anak-anak muda di Bali untuk menyebarkan informasi tentang menstruasi dan manajemen kebersihannya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF memperingatkan tentang kekhawatiran terkait penurunan jumlah anak yang menerima vaksin, karena gangguan pengiriman
UNICEF sedang bekerja dengan lebih dari 350 maskapai penerbangan dan perusahaan kargo untuk mengirimkan vaksin dan 1 miliar jarum suntik ke negara-negara miskin.
UNICEF akan mengoordinasikan pembelian dan pengiriman untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah secepat dan seaman mungkin.
Kombinasi bencana konflik, pandemi virus korona, dan perubahan iklim telah melanda Yaman. Sebanyak 80% dari 30 juta penduduk sekarang bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.
Saat ini, layanan bagi anak-anak di Myanmar telah terhenti. Hampir 1 juta anak kini tidak memiliki aksen pada vaksinasi dan hampir 5 juta tidak mendapatkan suplemen vitamin A.
Raden Ajeng Kartini, seorang Pahlawan Nasional Indonesia, memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda.
Agar anak-anak lebih semangat belajar, Bunda bisa memanfaatkan konten video pembelajaran yang dikemas menarik. Dengan cara itu, proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Hingga saat ini, melalui penjualan pakaian yang diproduksi oleh One Fine Sky bersama para dreamers atau kolaborator, telah berhasil mendonasikan 22.557 seragam
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Sedang memilih sekolah untuk si kecil? Idealnya, lokasinya jangan terlalu jauh dari rumah untuk mencegah kelelahan anak maupun orang tua.
Di tengah kondisi rakyat Indonesia yang membutuhkan protein untuk mengatasi stunting, potensi kekayaan harus dimanfaatkan optimal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved