Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Early Detection Penyakit di Indonesia Masih Rendah

M. Iqbal Al Machmudi
03/5/2022 14:55
Early Detection Penyakit di Indonesia Masih Rendah
Petugas melakukan pemeriksaan terhadap pasien di IGD rumah sakit.(Antara)

KEMATIAN tiga pasien anak akibat hepatitis akut menandakan masih rendahnya early detection (deteksi dini) di Indonesia. 

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia. Penyakit tersebut belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022 lalu.

"Yang kita sayangkan, terjadi tiga kasus meninggal, sementara di negara lain bisa selamat. Itu menunjukkan early detection kita agak terlambat," ujar Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane saat dihubungi, Selasa (3/5).

Baca juga: 3 Pasien Hepatitis Akut Anak Meninggal, Kemenkes: Tingkatkan Kewaspadaan

WHO menerima pertama laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya terkait 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology). Kasus tersebut menyerang anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari-Maret 2022.

Sebanyak 17 anak di antaranya, yakni sekitar 10%, memerlukan transplantasi hati. Lalu, 1 kasus dilaporkan meninggal. Padahal, gejala klinis dari penyakit hepatitis akut sudah jelas, namun masih ada yang terpapar hingga meninggal.

"Klinisnya jelas sebenarnya, tubuh menguning. Dimulai dari mata, kuku, selanjutnya air kemih lebih pekat ke arah kecokelatan," jelas Masdalina.

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). 

Baca juga: Hepatitis Jenis Baru Ditemukan di 9 Anak AS

Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. "Dengan gejala klinis tersebut, apalagi dalam waktu singkat, mestinya segera dirawat intensif untuk memastikan diagnosisnya," tuturnya.

Kementerian Kesehatan diketahui berupaya untuk melakukan investigasi terhadap kejadian hepatitis akut melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

Masdalina menilai penyakit hepatitis akut kali ini sebagian besar karena Adenovirus. Itu terlihat dari 74 kasus di luar negeri, yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya