Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SEBUAH perusahaan dengan fokus utama sebagai penyedia Employee Assistance Program, WorkMi memandang bahwa pandemi covid-19 membawa sebuah perubahan masif yang tidak pernah diprediksi sebelumnya.
Salah satu hikmah yang bisa diambil dari semua disrupsi dan perubahan ini adalah semakin biasanya diskusi tentang kesehatan mental dibicarakan di tempat kerja.
Hal ini diiringi dengan peningkatan kesadaran tentang faktor tempat kerja yang berdampak buruk kepada kesehatan mental dan irisannya dengan Diversity, Equity, and Inclusion (DEI).
“Para karyawan mengalami tantangan kesehatan mental di seluruh dunia, dan WorkMi menemukan prevalensi meningkat dari tahun 2020 hingga tahun 2021," kata Co-Founder Ibunda.id Arif Fajar Saputra dalam keterangan pers, Sabtu (9/4).
"Hal ini didukung oleh temuan Qualtrics dan Mind Share Partners yang menyatakan bahwa prevalensi meningkat 59% dari tahun 2019 ke tahun 2020 dan 56% dari tahun 2020 ke tahun 2021,” kata Co-Founder Ibunda.id Arif Fajar Saputra.
Banyak karyawan yang meninggalkan pekerjaannya untuk alasan kesehatan mental, termasuk yang disebabkan oleh faktor tempat kerja seperti beban kerja terlalu banyak.
Baca juga: Bersikaplah Optimis jika ingin Berumur Panjang
"Tantangan-tantangan kesehatan mental sekarang adalah norma baru di antara para karyawan di semua level organisasi," jelas Arif.
Melihat banyaknya stresor yang mempengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang WorkMi meneliti atau menganalisa kondisi kesehatan mental lebih dari 2.000 klien WorkMi berdasarkan Kessler Psychological Distress Scale (K10).
Psychological Distress Scale (K10) adalah sebuah asesmen yang bertujuan menghasilkan ukuran global terhadap distress berdasarkan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala kecemasan dan depresi yang telah dialami seseorang dalam periode empat minggu terakhir.
Analisa itu diungkapkan WorkMi dalam Laporan Kesehatan Mental WorkMi 2021: Tempat Kerja yang Ramah Manusia.
Hasil temuan dari 2.643 klien WorkMi yang dinilai berdasarkan The Kessler Psychological Distress Scale (K10).
Hal menariknya mayoritas karyawan mengalami Low Distress (32,65%) ke Medium Distress pada 2021 ini (27,46%).
WorkMi juga menjelaskan banyak faktor yang berperan untuk melindungi kondisi kesehatan mental karyawan seperti ikatan yang kuat antar anggota organisasi, pengaturan kerja yang fleksibel, dan masih banyak lagi.
Namun, temuan WorkMi juga menunjukkan sebanyak 16,42% mengalami Distress Sangat Tinggi (Very High Distress) dan sebanyak 23,45% mengalami Distress Tinggi (High Distress).
Setidaknya ada lima titik permasalahan terbesar yang dilaporkan karyawan yakni keseimbangan kerja-hidup (13,24%), beban kerja yang tinggi (12,97%), deadline yang padat (12,78%), kurangnya dukungan (8,70%), dan ambiguitas peran (6,31%)
Di sisi lain, produktivitas tenaga kerja telah menjadi faktor kritis pada kekuatan dan keberlanjutan dari performa bisnis perusahaan secara keseluruhan. WorkMi memahami bahwa produktivitas berkorelasi dengan sebuah 'kehadiran fisik' dari individu-individu di pekerjaan.
Namun ketika para karyawan hadir secara fisik dalam pekerjaannya, mereka mungkin mengalami penurunan produktivitas dan di bawah kualitas kerja normal sebuah konsep dikenal sebagai decreased presenteeism.
Maka itu, WorkMi menganalisa produktivitas lebih dari 2.000 klien WorkMi dengan Stanford Presenteeism Scale.
Hasil penemuan dari 2.643 Klien WorkMi dinilai berdasarkan Stanford Presenteeism Scale. Cerita positif dari temuan ini adalah mayoritas dari karyawan mampu untuk bekerja secara produktif (64%), sedangkan 46% sisanya menghadapi kesulitan untuk bekerja produktif.
WorkMi menemukan sebuah isu yang naik berdasarkan level produktivitas klien WorkMi.
Sebanyak 64.57% dari mereka mengalami distress tinggi dan sangat tinggi, tetapi mereka masih mampu untuk bekerja secara produktif. WorkMi menyebut isu itu sebagai kemunculan akan kelompok-kelompok bom waktu.
Adapun yang mau disampaikan WorkMi adalah level produktivitas telah menjadi sebuah faktor penting pada kekuatan dan keberlanjutan dari performa bisnis perusahaan secara keseluruhan, dan sejauh ini, ini adalah salah satu kunci indikator yang terlihat dalam mengukur performa karyawan.
WorkMi juga memberikan beberapa rekomendasi bagi tempat kerja yang ingin terus mendukung kesehatan mental bagi karyawannya. Pertama, gunakan empati sebagai kekuatan utama di manajemen.
Khususnya dikala pandemi yang masih berlanjut dan banyaknya orang-orang yang mengalami emosi negatif serta kehilangan.
Ditambah lagi dengan adanya lockdwon dan pembatasan interaksi sosial karena adanya pengaturan work from home dan menyebabkan fenomena kesepian yang mulai meningkat. .
Kedua dukung orang-orang untuk dapat menjadi diri sendiri, menjadi mentor untuk orang lain, posisikan orang lain pada pusat percakapan Anda, dan sediakan sumber daya atau dukungan..
Ketiga, jadikan work-life balance sebagai siklus. Kerja berlebihan sudah menjadi salah satu masalah teratas tahun ini, menyebabkan para karyawan di seluruh dunia gagal dalam mencapai work-life balance.
Untuk melihat informasi lengkap mengenai Laporan Kesehatan Mental WorkMi 2021: Tempat Kerja yang Ramah Manusia silahkan klik link berikut ini. https://www.ibunda.id/workmi/resource.
Ingin minta maaf dengan tulus? Ini panduan minta maaf dari para ahli.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Perasaan sedih dan stres saat harus kembali ke rutinitas usai liburan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah post holiday blues.
Pondok Pesantren Darunnajah menghadirkan Darunnajah Assessment and Development Center (DADC), sebuah pusat asesmen dan pengembangan psikologis bagi santri, pendidik, dan masyarakat umum.
Pentingnya peran psikologi sebagai disiplin ilmu dan praktik dalam mendukung pembangunan bangsa, terutama dalam menciptakan masyarakat yang sehat secara mental dan berdaya saing.
Saat ini, timnas U-20 sedang menjalani pemusatan latihan di Jakarta, yang dijadwalkan berlangsung sejak 5-30 Januari sebelum tampil di Piala Asia U-20 di Tiongkok.
Merasa seperti sedang diawasi meski sendirian? Pelajari penyebab ilmiah dan pentingnya intervensi dini untuk menjaga kesehatan mental.
Program Mental Ease at Workplaces menjadi komitmen jangka panjang Otsuka Group dalam bidang keberlanjutan sumber daya manusia dan kesejahteraan karyawan.
Banyak yang percaya posisi tidur mencerminkan kondisi emosional atau mental seseorang. Namun, benarkah demikian?
Kesehatan mental yang baik berawal dari kebiasaan kecil, termasuk apa yang Anda konsumsi setiap hari. Tahukah Anda bahwa makanan tertentu mampu meningkatkan mood secara alami?
Ketika anak terlalu sering melihat konten negatif yang muncul seperti kekerasan mereka bisa menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau wajar.
PENELITIAN terbaru memperingatkan diet rendah kalori dapat memicu depresi. Pria disebut lebih rentan terhadap efek negatif dari pembatasan makan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved