Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
MASAKAN dengan bumbu umami yang ditambahkan penyedap rasa Monosodium Glutamate (MSG) sering dikaitkan dengan sebagai faktor penyebab obesitas.
Nyatanya, menurut ahli gizi, yang juga Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia, Prof Hardinsyah, ada banyak faktor pemicu obesitas.
"Selain pemicu dari potensi genetik, juga ada potensi gangguan metabolisme atau juga ketidakseimbangan hormonal. Sedangkan terkait MSG, sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menyebut bahwa MSG bisa membuat seseorang menjadi obesitas," kata Prof Hardinsyah dalam webinar: Benarkah Umami Menyebabkan Obesitas?, dikutip Senin (14/2).
Baca juga: Kasus Stunting dan Obesitas Pada Anak di Kalsel Masih Tinggi
"Berdasarkan sejumlah penelitian yang dimuat dalam jurnal penelitian seperti di Tiongkok dan Vietnam, tidak ada yang dapat membuktikan penggunaan MSG menyebabkan overweight atau obesitas," kata Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, pakar pangan Prof Ahmad Sulaemanmengatakan MSG sebagai penyedap rasa memiliki banyak manfaat.
MSG terdiri dari asam glutamat 78%, natrium 12%, dan air 10%, dan merupakan zat gizi. Asam glutamat banyak terkandung dalam bahan makanan sehari-hari seperti telur, ikan, daging, dan juga sayuran.
"MSG bukan unsur kimia yang berbahaya. Bahan bakunya dari tetes tebu melalui proses fermentasi," kata dia.
Menurut dia, MSG juga baik sebagai pengganti garam karena bisa membuat makanan memiliki cita rasa yang tinggi, namun rendah garam.
"Kandungan natrium pada MSG itu hanya sepertiga kandungan natrium pada garam dapur normal, dan sudah banyak juga penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa penggunaan MSG bermanfaat membantu penurunan asupan garam namun tetap menjaga palatabilitas makanannya," kata Profesor Ahmad.
"Bahkan sebenarnya, natrium dalam garam itu justru sampai 40%, atau tiga kali lebih tinggi dari MSG, yang artinya, garam lebih berisiko membuat seseorang mengalami hipertensi atau darah tinggi daripada MSG," kata dia.
Grant Senjaya, Head of Public Relation Department PT Ajinomoto Indonesia mengatakan saat ini pihaknya memiliki kampanye Bijak Garam yang bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam memasak.
"Salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar. Kampanye Bijak Garam ini bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang," kata dia. (Ant/OL-1)
Mengonsumsi beragam buah setiap hari tak hanya memanjakan lidah, tapi juga memberi banyak manfaat kesehatan, termasuk menurunkan risiko terkena kanker.
Saat ini, penjualan alat kesehatan rumah tangga di Indonesia tumbuh pesat dengan laju 13,6% per tahun, dengan glucometer menguasai lebih dari 40% pasar.
KEMENTERIAN Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menegaskan komitmennya dalam mengatasi polusi plastik pada forum internasional.
Temukan manfaat daun sendok, dari meredakan batuk hingga menjaga kesehatan tulang, lengkap dengan cara mengolah yang aman dan efektif.
Penelitian menunjukkan perempuan yang alami stalking atau mengajukan perintah perlindungan berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan stroke.
Buang air kecil hingga 7 kali sehari masih normal. Tapi jika lebih sering, bisa jadi tanda masalah kesehatan seperti infeksi saluran kemih hingga diabetes.
Ilmuwan Salk Institute menggunakan teknologi CRISPR untuk mengidentifikasi mikroprotein kunci dalam sel lemak, berpotensi jadi target terapi obesitas.
Jumlah penderita kanker hati di seluruh dunia diperkiakan hampir dua kali lipat pada 2050, jika pencegahannya tidak segara ditingkatkan.
Pola makan lebih dominan sebagai pemicu obesitas dibandingkan tingkat aktivitas fisik harian.
Hasil skrining kesehatan di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi DKI Jakarta. Pada skrining itu salah satunya ditemukan 62,09% obesitas.
Hasil pemeriksaan kesehatan ASN DKI Jakarta pada 2024 menunjukkan salah satunya, sebanyak soal ASN Jakarta yang mengalami obesitas dan masalah kejiwaan.
BANYAK mengonsumsi gula bisa berbahaya bagi tubuh untuk jangka panjang karena bisa terserang berbagai penyakit salah satunya obesitas hingga diabetes melitus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved