Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menguatkan Persatuan Bangsa dengan Pendidikan dan Moderasi Beragama

Mediaindonesia.com
05/1/2022 22:05
Menguatkan Persatuan Bangsa dengan Pendidikan dan Moderasi Beragama
KetuaPengurus Besar (PB Al-Washliyah) Mahmudi Affan Rangkuti(Ant)

KETUA Pengurus Besar (PB Al-Washliyah) Mahmudi Affan Rangkuti memandang perlu ada penguatan nilai-nilai agama dan kebangsaan yang fundamental, khususnya dalam hal keberagaman, sejak dini melalui aspek pendidikan dan moderasi beragama.

"Pendidikan dan melalui moderasi beragama inilah yang saya kira adalah cara jitu untuk dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan untuk disampaikan kepada masyarakat agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi itu sendiri," ujar Mahmudi Affan Rangkuti dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (4/1).

Hal itu, menurut dia, perlu sebagai upaya untuk mengembalikan karakter luhur bangsa terkait dengan hidup masyarakat bangsa secara bersama-sama dan saling berdampingan dalam bingkai toleransi yang ada di negeri ini, sehingga menurutnya perlu bahwa moderasi begarama diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan.

Ia menegaskan bahwa moderasi beragama perlu untuk menjadi mata ajar di sekolah-sekolah. Moderasi beragama ini sangat memiliki banyak manfaat sebagai pengungkit sifat dan naluri kemanusiaan.

"Pada dasarnya sifat dan naluri manusia ini diciptakan untuk selalu mendambakan rasa cinta, kasih, dan sayang. Ini perlu dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi," katanya.

Menurut dia, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi itulah sangat penting untuk diajarkan tentang nilai-nilai toleransi dan moderasi beragama itu kepada masyarakat.


Baca juga: Syarikat Islam Dorong Masyarakat Wujudkan 2022 Jadi Tahun Toleransi


Setelah mereka selesai menempuh pendidikan tinggal, lanjut dia, mempertebal atau memperdalam kembali toleransi dan moderasi beragama itu. Ini agar tidak hilang begitu saja, misalnya akibat dari adanya budaya-budaya luar yang masuk yang bisa merusak budaya bangsa ini.

Pria yang juga merupakan anggota Gugus Tugas Pemuka Lintas Agama BNPT RI ini menilai maraknya kasus dan praktik intoleransi di negeri ini beberapa tahun belakangan ini tidak lepas dari kurangnya rasa memahami arti nilai keluhuran atas rasa cinta dan kasih sayang.

"Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna karena memiliki akal dan pikiran. Akal dan pikiran ini semua berbasis cinta, kasih, dan sayang. Maka, perbuatan kepada manusia lainnya juga semestinya atas nama tersebut. Ini yang mesti ditanamkan agar pemahaman itu makin kuat," ujarnya.

Dari sudut pandang ajaran Islam, menurut Mahmudi, sejatinya toleransi adalah keniscayaan, buah dari nilai-nilai bahwa Islam adalah agama yang damai. Konsep rahmatal lil alamin, memiliki arti agama yang mengayomi seluruh alam. Islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati, bukan memaksa.

Karena keragamaan umat manusia dalam beragama adalah kehendak Allah SWT. Menolak keragaman, sama halnya menolak kehendak Allah.

"Maka titik temu dalam keragaman adalah toleransi dalam bentuk moderasi atau menjadi titik tengah. Tidak ke kiri dan juga tidak ke kanan," ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI). (Ant/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya