Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PRESIDEN Lajnah Tanfiziah (LT) Syarikat Islam Indonesia Kiai Haji Muflich Chalif Ibrahim mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan 2022 menjadi tahun toleransi dan moderasi beragama sebagaimana yang direncanakan oleh Pemerintah.
Partisipasi itu, kata dia, dapat melalui tindakan moderasi beragama dalam kecerdasan berperilaku, seperti tidak mencampuradukkan akidah dan ibadah dengan keyakinan masing-masing ataupun agama lain.
"Sebagai bangsa yang beriman, bangsa yang merdeka, tentunya sangat wajib untuk menjaga dan memelihara persatuan. Jadi, seluruh lapisan masyarakat harus ikut menyuarakan, tahu manfaat toleransi, apa itu toleransi, dan harus terus menerus disuarakan dalam konteks berbangsa dan bernegara," ujar Muflich seperti dikutip Antara.
Hal tersebut juga merupakan tanggung jawab rakyat Indonesia pada sejarah bangsa dan negara serta pelajaran untuk generasi selanjutnya. Muflich memandang pemerintah berperan penting membuka ruang-ruang dialog antartokoh masyarakat serta agama sebagai ujung tombak moderasi beragama.
"Pemerintah punya peran penting untuk membuka ruang-ruang dialog kebinekaan. Tokoh-tokoh masyarakat, agama, ataupun pejabat-pejabat, semuanya harus membiasakan diri untuk memberikan teladan, baik dalam bertutur kata, sopan, santun, maupun perilaku dalam menyikapi berbagai hal," ujar Muflich.
Baca juga: Kemendikbudristek Dorong Pengembangan Industri Gim Lokal
Dengan demikian, dia pun merasa optimistis pada 2022 dapat menjadi tahun toleransi dan moderasi beragama. Optimisme itu, lanjut dia, juga muncul karena toleransi dan moderasi beragama telah dituangkan dalam Pancasila serta ajaran Islam.
"Dalam agama Islam, sudah banyak tuntunan soal itu (toleransi). Kalau makin baik interaksi (personal dan interpersonal), dia akan makin baik pula dalam beragama. Jadi, kalau dia baik dalam beragama, insya Allah, akan makin toleran," katanya.
Sebaliknya, kata dia, intoleransi justru dapat merusak fitrah kemuliaan dan nilai kemanusiaan yang luhur karena tidak mampu mengendalikan diri agar tidak mencampuri keyakinan atau pandangan orang lain.
Ia juga memandang masyarakat perlu diingatkan untuk kembali kepada perjanjian luhur bangsa.
"Kita memiliki konsensus bersama. Ada UUD 1945. Kita punya Pancasila. Itulah yang perlu kita dengungkan kepada seluruh elemen bangsa ini karena orang intoleran cenderung lupa bahwa kita ini bangsa yang ramah dan berbudaya luhur. Mereka tidak menyadari itu semua akan memecah belah kita sebagai bangsa yang besar dan luhur peradabannya," kata Muflich. (Ant/S-2)
BPIP dan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar diskusi bertajuk “Aktualisasi Nilai Ketuhanan dan Kebangsaan dalam Menjaga Moderasi Beragama di Indonesia”. Edukasi Pancasila
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Kementerian Agama menggagas Gerakan Ekoteologi, yaitu pendekatan keagamaan yang mendorong kepedulian lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Wasathiyah sejatinya mengantarkan manusia ke kehidupan yang sukses dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved