Rabu 15 Desember 2021, 11:53 WIB

Kesadaran Masyarakat untuk Jalani Hidup Sehat Masih Rendah

Atalya Puspa | Humaniora
Kesadaran Masyarakat untuk Jalani Hidup Sehat Masih Rendah

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Warga berolahraga dengan bersepeda melintas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta.

 

KESADARAN masyarakat Indonesia untuk menjalani hidup sehat masih terbilang rendah. Hal itu terlihat dari sejumlah indikasi.

Pertama, berdasarkan data Riskesdas, persentase masyarakat yang kurang menjalani aktivitas fisik meningkat, dari yang tadinya 26,1% pada 2013 menjadi 33,5% pada 2018.

"Ini menjadi tantangan dan beban kesehatan saat ini," kata Deputi Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Suprapto dalam webinar bertajuk Membangun Masyarakat Sadar Risiko bersama Masindo di Era New Normal, Rabu (15/12).

Selain itu, persentase penduduk berusia di atas 5 tahun yang kurang makan buah dan sayur juga meningkat, dari yang tadinya 93,5% pada 2013 menjadi 95,5% pada 2018.

Dari sejumlah kebiasaan hidup yang kurang sehat, persentase obesitas penduduk berusia di atas 18 tahun juga meningkat, dari yang tadinya 14,8% pada 2013 menjadi 21,8% pada 2018.

"Lingkar perut ini menjadi simptom awal dari berbagai penyakit yang sekarang banyak mengintai masyarakat Indonesia," ucap dia.

Lebih jauh, berbagai penyakit pun akhirnya menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, seperti stroke, jantung, dan TBC.

Dengan kesadaran masyarakat untuk menjalani hidup sehat yang terbilang rendah, angka harapan hidup orang Indonesia akan banyak terpotong oleh penyakit-penyakit yang dideritanya.

Dikatakan Agus bahwa masyarakat Indonesia memiliki angka harapan hidup 71,48. Namun demikian, berdasarkan penelitian, hanya 62 tahun yang bisa digunakan untuk tetap produktif.

Sementara sisanya dihabiskan dengan masa disabilitas yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) akibat gaya hidup tidak sehat.

"Kalau kita bisa, kita harus mempersempit masa disability ini. Kita harus sadar risiko bagaimana mengatur lingkar perut, bagaimana mengonsumsi garam dan gula," ucap dia.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, pemerintah telah lama mencanangkan program Germas.

"Tapi memang tantangan kita, setiap masyarakat punya literasi yang berbeda, juga perbedaan bahasa dan ekonomi. Itu tantangan kita yang luar biasa. Tapi sebenarnya dari riset yang dilakukan, semua masyarakat punya potensi untuk disadarkan besarnya risiko di bidang kesehatan," beber Agus.

Agus menyatakan, meingkatkan kesadaran, pemerintah memang tidak bisa bekerja sendirian. Butuh peran-peran aktif dari para mitra agar gerakan hidup sehat bisa dilakukan di akar rumput.

"Kementerian Kesehatan tahun depan punya anggaran yang luar biasa di bidang penyuluhan dan preventif. Untuk itu Kementerian Kesehatan pasti perlu kolaborasi dari unsur masyarakat untuk menyadarkan dan mengenali risiko di bidang kesehatan," pungkas dia. (Ata/OL-09)

Baca Juga

Taman Safari Bali

Menggemaskan! 2 Bayi Beruang Hitam Himalaya Lahir Melalui Program Konservasi di The Amazing Taman Safari Bali

👤Media Indonesia 🕔Senin 02 Oktober 2023, 07:00 WIB
Liu dan Liam merupakan dua bayi beruang hitam Himalaya yang lahir melalui program konservasi the Amazing Taman Safari...
Dok. JCI

Tokoh Muda Inspiratif Diganjar Penghargaan Ten Outstanding Young Person dari JCI

👤Ghani Nurcahyadi 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 23:23 WIB
Project Director TOYP 2023 Istia Sofyania mengatakan, penghargaan itu bukan hanya tentang pengakuan atas pencapaian, tetapi juga tentang...
Antara/Basri Marzuki

Darurat Literasi, Pemerintah Dinilai Abai Membangun Budaya Membaca

👤Dinda Shabrina 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 23:00 WIB
Hal itu dilihat dari capaian literasi masyarakat Indonesia yang hanya sebesar 0,001 persen atau dari 1000 orang hanya ada 1 orang yang...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya