Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PADA hati terdalam seseorang kepedulian dan rasa iba terhadap anak-anak yang hidup di jalanan tentu pasti sangat tinggi namun rasa tersebut hanya berhenti pada perasaan dan dikonversi dalam bentuk pemberian sumbangan.
Lain halnya dengan Adi Supriyadi yang merupakan pendiri dari Yayasan Sanggar Senja di Cibinong, Jawa Barat. Adi merupakan satu dari segelintir orang yang mendirikan rumah untuk para anak jalanan agar bisa tidur nyenyak di malam hari dan memperjuangkan hak-haknya mendapatkan pendidikan dan identitas.
Yayasan Sanggar Senja Cibinong adalah tempat berkumpulnya anak-anak jalanan yang terbuang dan kaum marjinal yang dibantu dalam bentuk pendidikan tanpa membedakan agama. Karena anak-anak tersebut sangat rentan pada pendidikan karena merak tidak seperti anak-anak pada umumnya yang memiliki keluarga normal, memiliki kartu keluarga, identitas, NIK, atau akta kelahiran.
Baca juga: Mensos Beri Perlidungan Anak Disabilitas Korban Kekerasan di Balai Kemensos
"Anak jalanan tidak seperti itu, mereka tidak memiliki identitas dalam data base sehingga bagaimana mungkin mendapatkan bantuan dari pemerintah. Meskipun pihak swasta mau kasih bantuan pasti mikir-mikir karena tidak ada identitas," kata Adi.
Krisis identitas yang dialami oleh anak-anak jalanan diperjuangkan oleh Adi dan sanggarnya. Adi mengaku sebelum pandemi terjadi sanggarnya telah menerbitkan 120 akta kelahiran dari anak jalanan dengan mengatasnamakan anak ibu dan anak negara.
"Sehingga Sanggar Senja ada wujud apresiasi kami para mantan anak jalanan yang ingin membantu anak-anak jalan yang masih ada dalam hal pendidikan. Karena anak jalanan jika dikasih pendidikan maka Inshaallah akan berubah," ujarnya.
Saat ini Sanggar Senja telah memiliki sekolah meski Paket, B, dan C khusus anak-anak yang pernah putus sekolah dan untuk yang formal 50 anak jalanan disekolahkan di sekolah swasta di sekitar Cibinong. Karena tidak memiliki identitas maka jaminan anak-anak ini adalah Yayasan Sanggar Senja dengan pemilik yayasan sekolah.
Jaminannya adalah dalam 2 tahun ke depan Adi wajib menerbitkan data base NIK, KTP, dan akta kelahiran anak-anak jalanan yang sudah diceburkan di sekolah formal. Karena syarat Data Pokok Pendidikan anak harus memiliki NIK.
Saat ini yang menetap dan tinggal di Sanggar Senja sebanyak 22 anak dan yang sekitar 130 anak sehingga ini menjadi cita-cita besar memperoleh hak pendidikan dan identitasnya. Sebanyak 22 anak itu yang ingin mengikuti agenda dari Sanggar Senja, tapi selebihnya anak yang dari luar itu yang mendapatkan akses pendidikan dari sanggar.
"Yang kita hadapi ini anak-anak bandel. Tapi saya yakin mereka pasti bisa berubah dengan memberikan pendidikan akhlakul karimah. Anak-anak yang tidak punya ibu bapak atau dibuang di pasar tapi mereka harus disayang. Saya ingin mengurangi populasi anak-anak jalanan karena saya ingin mereka memiliki pendidikan dan mengurangi tindak kriminal di jalan," ungkapnya.
Baca juga: Cegah Covid-19, Pengemudi Online Dapat Bantuan 5.000 Paket Sanitasi
Setiap anak di sanggarnya memiliki kisah memilukan. Adi menceritakan ada anak yang dari Bali hendak dijual Rp20 juta tiba-tiba tidak laku karena pandemi karena akses mobilitas masyarakat yang terhenti. Kemudian anak tersebut di buang di Air Mancur Bogor pukul 19.00 WIB. Anak tersebut mencari sang ibu semalaman sampai pagi-pagi anak itu tertidur di sebuah warung dan ditemukan oleh orang.
Setelah itu diserahkan ke dinas sosial dan kemudian mau dipindahkan ke Bandung. Namun sebelum dipindahkan Adi menyelamatkan anak tersebut dahulu. Dan setelah 1 tahun berjalan sanga bapak/ibu pun tidak ada kabar untuk mencari keberadaannya.
"Lain lagi anak dari Papua yang tidak tahu orang tuanya kemudian dipelihara oleh orang yang suka memukulinya untuk jadi pengemis. Ketemu saya (Adi) Inshaallah bisa berubah dan Alhamdulillah sudah bisa baca tulis dengan kesabaran, jadi anak di sini memiliki background berbeda-beda," pungkasnya. (H-3)
Isu ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat memegang peranan yang cukup krusial. Hal ini disebabkan karena peran strategis Jawa Barat dalam perekonomian nasional.
Produsen kopi Kolombia Wilton Benitez, pemenang kompetisi The Golden Bean 2022 memberikan kelas pengajaran coffee processing bagi para prosesor kopi di Jawa Barat
rumah adat Jawa Barat dengan karakteristik bentuk yang menjunjung unsur hewan dan tumbuhan serta menggunakan bahan alami sebagai simbol kesederhanaan
pakaian adat Jawa Barat untuk pasangan, terdiri dari setelan yang dulunya biasa digunakan kalangan pejabat hingga masyarakat biasa
Saat itu di zaman Kerajaan Tarumanegara banyak suku Sunda yang sudah mengenal tulisan.
Holiday Inn Bandung Pasteur kali ini tidak mau ketinggalan untuk memberikan kuliner-kuliner yang ciamik dengan menghadirkan all you can eat Dim Sum.
Kegiatan bakti sosial tersebut digelar dalam rangkaian HUT ke 64 Kostrad.
Warga dapat mengakses lewat aplikasi bernama Akses Langsung Pelayanan Dokumen Cepat dan Akurat atau Alpukat Betawi untuk menginput data bayi mereka.
Persentase anak yang memiliki Akta Kelahiran di Kabupaten Bogor hingga Oktober 2021 saja hanya berkisar 80-8%. Angka tersebut, masih jauh dari target nasional yang sebesar 95%.
Freddy menilai ada kejanggalan dalam pengajuan kasasi oleh tiga kakak tirinya itu. Ia menilai akta kelahiran dari ketiga kakak tirinya yang dilampirkan dalam pengajuan kasasi diduga palsu.
"Laporan daripada klien saya henti lidik berdasarkan SP2HP. Lalu SP2HP ini ada dua versi, satu dikirim ke klien saya satu lagi dikirim ke penasihat hukum terdahulu
Martin mengatakan, dugaan pemalsuan akta kelahiran dalam penetapan Freddy Widjaja sebagai anak sah dari almarhum Eka Tjipta Widjaja merupakan perbuatan melawan hukum
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved