Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

BMKG: Bencana Banjir di Alor dan Kota Batu akibat Cuaca Ekstrem

Ferdian Ananda Majni
06/11/2021 16:00
BMKG: Bencana Banjir di Alor dan Kota Batu akibat Cuaca Ekstrem
Tim SAR Dog Jawa Timur melakukan pencarian korban banjir bandang di Sungai Anak Kali Brantas, Kota Batu, Jawa Timur, Sabtu (6/11/2021)(ANTARA/ZABUR KARURU)

SEBAGAIMANA yang telah diprediksi oleh BMKG bulan Oktober lalu, curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia akan semakin meningkat di bulan November ini, sejalan dengan menguatnya La Nina dan Monsun Asia, yang dapat disertai dengan terjadinya berbagai fenomena labilitas atmosfer yang bersifat lebih lokal dan dalam durasi yang lebih singkat.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut kondisi itu berpotensi makin meningkatnya risiko terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang dan angin kencang. Maka BMKG terus mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem yang menuntut kesiapsiagaan berbagai pihak dan masyarakat untuk menghadapi, mengurangi risiko, bahkan sedapat mungkin mencegah terjadinya bencana hidrometeorologi tersebut.

"Fakta menunjukkan, tiga hari terakhir terjadi bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah Indonesia," kata Guswanto dalam keterangannya Sabtu (6/11).

Baca juga: Kemendikbud-Ristek Dukung Peran Swasta Akselerasi Talenta Digital

Kawasan tersebut meliputi di antaranya banjir di wilayah Kecamatan Alor Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Rabu (3/11) yang menyebabkan lahan persawahan dan pemukiman penduduk terendam, dan kejadian banjir bandang di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu-Malang, Provinsi Jawa Timur yang terjadi pada Kamis (4/11) serta beberapa wilayah lainnya yang mengalami curah hujan tinggi.

"Bencana hidrometeorologi di wilayah Alor dan Kota Batu tersebut secara umum turut dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem," sebutnya.

Analisis kondisi cuaca di wilayah Alor menunjukkan bahwa kejadian bencana banjir di wilayah tersebut secara umum turut dipicu oleh adanya curah hujan intensitas lebat-sangat lebat disertai kilat/petir, dimana curah hujan terukur di sekitar Pailelang mencapai intensitas 103 mm dalam periode 24 jam.

"Kondisi cuaca ekstrem di wilayah Alor dipicu oleh pertumbuhan awan hujan jenis Cb (Cumulonimbus) yang cukup intens dan merata sehingga menimbulkan curah hujan sedang-lebat yang terjadi dalam durasi yang cukup lama," terangnya.

Sementara itu berdasarkan hasil analisis cuaca BMKG, curah hujan yang terjadi di wilayah Kota Batu-Malang pada tanggal 04 Nopember 2021 termasuk kategori SANGAT LEBAT dengan intensitas curah hujan mencapai 80,3 mm yang terjadi dalam periode sekitar 2 jam (pengukuran jam 13.55 - 16.05 WIB). Analisis citra satelit dan radar cuaca menunjukkan adanya pertumbuhan awan hujan dengan jenis Cb (Cumulonimbus) yang cukup intens dengan sebaran hujan potensi lebat hingga sangat lebat di wilayah Kota Batu-Malang.

UPT BMKG di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur telah memberikan informasi peringatan dini terkait dengan adanya potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi di kedua wilayah propinsi tersebut. Diseminasi potensi cuaca ekstrem untuk wilayah propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur telah didiseminasikan sejak sejak 2 hari sebelumnya yang kemudian diperkuat dengan informasi peringatan dini sejak 1-2 jam sebelum kejadian dikedua wilayah tersebut.

"Koordinasi dan diseminasi kepada pihak stakeholder terkait kebencanaan juga telah dilakukan oleh BMKG setempat," lanjutnya.

Kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan intensitas, hal tersebut secara umum dipicu oleh aktifnya dinamika atmosfer skala global La Nina yang menyebabkan kondisi atmosfer di wilayah Indonesia relatif menjadi lebih basah. Keadaan tersebut diperkuat dengan adanya aktivitas fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Jullian Oscillation), Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby yang saat ini aktif di wilayah Indonesia hingga sepekan kedepan.

Selain itu, kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan potensi konvektifitas yang cukup tinggi turut berkontribusi signifikan pada pembentukan awan hujan yang menjadi faktor pemicu cuaca ekstrem.

Baca jugaDirjen PPI Laksmi Dewanthi: Negosiasi Agenda Krusial COP26 Raih Kemajuan

MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya. Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian.

Sebaliknya, Fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode sepekan kedepan (5  - 11 November 2021) secara umum dapat berpotensi terjadi di 34 provinsi di Indonesia, sehingga kewaspadaan secara umum potensi cuaca ekstrem perlu di tingkatkan.

Untuk periode 3 hari ke depan (5 - 7 November 2021), berdasarkan Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak, wilayah propinsi yang berpotensi dampak banjir dan banjir bandang dengan Kategori Siaga adalah sebagai berikut:

1. Jambi

2. Sumatera Selatan

3. Kep. Bangka Belitung

4. Lampung

5. Banten

6. DKI Jakarta

7. Jawa Barat

8. Jawa Tengah

9. Jawa timur

10. Kalimantan Barat

11. Kalimantan Selatan

12. Kalimantan Timur

13. Kalimantan Tengah

(informasi lebih rinci hingga level kecamatan untuk potensi dampak banjir/bandang dapat diakses di laman web signature.bmkg.go.id)

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode sepekan ke depan (hujan intensitas lebat-sangat lebat dan dapat disertai petir dan angin kencang) yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.

Pada saat musim hujan, diharapkan pihak-pihak terkait melakukan persiapan antara lain :

1. Memastikan kapasitas dan tata kelola air siap untuk menampung peningkatan curah hujan dan memastikan saluran air/drainase tidak tersumbat/lancar

2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol.

3. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, dan menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang, serta melakukan penghijauan secara lebih masif.

4. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.

5. Menggencarkan secara lebih masif sosialisasi, edukasi dan literasi untuk meningkatkan pemahaman, kepedulian kapasitas Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak terkait dalam pencegahan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombanh tinggi).

6. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia, melalui :

a.Website BMKG https://www.bmkg.go.id, untuk prakiraan cuaca hingga level Kecamatan;

b.Akun media sosial @infobmkg;

c.Aplikasi iOS dan Android "Info BMKG";

d.Call center 196 BMKG;

e.atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya