Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Pertanian, sebagai sumber pangan utama, memiliki kontribusi besar terhadap pemanasan global. Tapi di saat bersamaan, pertanian juga sangat rentan terdampak krisis iklim. Untuk itu, diperlukan adanya transformasi sistem pangan Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan untuk memitigasi risiko krisis iklim dan memastikan terjaganya ketahanan pangan nasional.
“Pertanian memang berkontribusi pada krisis iklim, terutama karena penggunaan lahan atau pencemaran akibat penggunaan pupuk berlebihan. Sebaliknya, pertanian juga sangat terdampak dari krisis iklim, karena meningkatnya cuaca ekstrim, kemarau berkepanjangan, dan degradasi lahan juga mempengaruhi produksi,” ujar Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta, Kamis (4/11).
Ia menambahkan, perlu ada transformasi sistem pangan untuk memastikan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis iklim. Untuk menjadikan sistem pertanian Indonesia yang lebih berkelanjutan, memastikan kebijakan pangan yang terbuka merupakan salah satunya caranya.
Pertanian menyumbang delapan persen dari total emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia, belum termasuk emisi dari penggunaan lahan dan alih guna lahan. Penggunaan lahan, alih guna lahan serta kebakaran hutan dan gambut sendiri sudah menyumbang 48 persen (World Resources Institute, 2017).
“Tanpa adanya rencana yang jelas untuk mentransformasikan sistem pangan dengan strategi mitigasi dan adaptasi krisis iklim, maka Indonesia tidak akan dapat memenuhi target pengurangan emisi yang sudah ditetapkan di Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru,” tegas Felippa.
Ia menambahkan, idealnya Indonesia mengadopsi cara bercocok tanam yang lebih efisien dan berkelanjutan, seperti dengan mekanisasi pertanian, precision farming berbasis data yang kuat, pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan pengembangan input pertanian yang lebih berkelanjutan.
Praktik budidaya yang berkelanjutan juga dapat meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia. Sebagai contoh, permintaan pasar global untuk kakao atau kopi yang bersertifikasi berkelanjutan semakin meningkat.
Perdagangan pangan internasional juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Kebijakan swasembada yang proteksionis dan menutup akses pada impor dapat berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca akibat aktivitas pertanian yang tidak efisien, seperti konversi lahan untuk lumbung pangan yang masif. Untuk menekan emisi dan memastikan stabilitas ketahanan pangan pemerintah juga perlu mendorong diversifikasi sumber pangan dan sistem pertanian.
Felippa juga menambahkan, masalah sistem pangan sangat kompleks dan tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan pembatasan impor karena hal ini justru dapat menaikkan harga pangan di tingkat konsumen. Dampak ini lebih terasa di masyarakat berpenghasilan rendah, yang sebagian besar pengeluarannya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Untuk menjawab tantangan ini, perlu keberpihakan yang efektif dari pemerintah kepada produsen, serta kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta.
“Alih-alih menutup akses pada impor, pemerintah perlu mempermudah akses petani kepada faktor produksi, seperti benih yang berkualitas. Pemerintah juga dapat memberdayakan riset dan pengembangan bibit varietas unggul, serta bekerjasama dengan pihak swasta dalam proses modernisasi pertanian,” tegasnya. (OL-12)
Bagi korporasi, penerapan konsep environmental, social, and governance (ESG) menjadi hal yang semakin penting untuk bisa diimplementasikan.
Tanah tak lagi dipandang sekadar media tanam, tapi sebagai fondasi keberlangsungan hidup dan benteng terakhir ketahanan pangan.
Sebanyak 73% sekolah di Indonesia berada di area rawan banjir.
"Karena Pulau Gag masuk dalam kategori pulau kecil, kegiatan penambangan bukan kegiatan yang diprioritaskan, serta dilarang sebagaimana Pasal 1 angka 3, Pasal 23 ayat (2) dan Pasal 35 huruf K,"
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Pada 2024, Climate Hack mengangkat isu-isu iklim krusial seperti pengelolaan sumber daya alam, limbah, transportasi, hingga pertanian dan kehutanan.
Untuk kuartal III ditargetkan inovasi 1 hektar lahan jagung untuk satu desa. Maka dengan 128 Desa di Kabupaten Samosir sehingga penanaman jagung mencapai 128 hektar.
Kangkung merupakan komoditas sayuran musiman dengan permintaan pasar yang terus meningkat tiap tahunnya.
Perubahan iklim juga harus diantisipasi. Misalnya, daerah-daerah yang memiliki ketersediaan air tinggi akan lebih dioptimalkan untuk pertanian.
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyebutkan kondisi ketahanan pangan harus memenuhi empat komponen, salah satunya ketersediaan bahan pangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved