Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kasus Covid-19 di Indonesia Turun, Apa Kata Warganet?

Zubaedah Hanum
04/8/2021 11:05
Kasus Covid-19 di Indonesia Turun, Apa Kata Warganet?
Grafik kasus positif dan meninggal dunia akibat covid-19.(Twitter Pandemic Talks)

KASUS harian covid-19 di Indonesia pada 3 Agustus 2021 tercatat 33.900 orang, lebih tinggi daripada 2 Agustus 2021 yang sebesar 22.404 orang. Namun, angka ini jauh di bawah puncak kasus harian tertinggi sebanyak 56.757 orang pada 15 Juli 2021 lalu.

Ada satu catatan menarik yang dilontarkan oleh Pandemic Talks, platform informasi dan data resmi pandemi covid-19 bahwa penurunan kasus itu kontradiktif dengan kenaikan kasus meninggal akibat covid-19.

"Kasus menurun, namun kematian harian masih tinggi? Ada apa ini?" cuit Pandemic Talks dalam akun Instagramnya, tadi malam.

Lewat tampilan grafik kasus dan kematian, Pandemic Talks membeberkan bahwa angka kematian covid-19 masih di atas 1.000 per hari. Pada 3 Agustus 2021 misalnya, angka kematian tercatat 1.598 kasus. "Rerata kematian harian 1 Juli-2 Agustus 2021 : 1.175 kematian per hari," tulis Pandemic Talks.

Unggahan ini pun mendapat banyak respons dari warganet. Sebagian besar dari mendukung pernyataan Pandemic Talks itu.

Akun @ratihyy_ misalnya mengatakan, kasus turun karena warga enggan melakukan tes PCR karena biayanya mahal dan lebih baik digunakan untuk makan.

"Turun karena PPKM dirumah aja ya kalo bergejala ya udh di rumah ini kan.. mau pcr antigen jg sayang duit mending buat makan.. mangkanya gak kedeteksi, tau tau udah ada toa masjid pengumuman pengumuman," tulisnya.

Tanggapan senada diutarakan oleh akun @graciaa.antoinette. Kasus turun karena data yang tidak akurat dengan fakta di lapangan.

"Krn data nya tdk akurat...apa yg terjd di lapangan jauh lbh byk dr yg di laporkan...msh byk org yg + tp memilih utk isoman sendiri tanpa melapor," cuitnya.

Pemilik akun @emsthea06 menilai, masih tingginya angka kematian adalah fakta yang tidak terbantahkan. "Mau (sengaja) diturunin sampe 10rb pun angka kematian ga bs boong," cetusnya.

Akun @jengkolenin mengatakan, lemahnya testing dan tracing dan lambatnya respons puskesmas menjadi penyebab turunnya kasus dan banyaknya yang meninggal dunia.  

"Krn banyak yg denial gk mau dites krn takut atau gk punya duit. Ngandelin tes dpuskesmas hasil bisa 1minggu lebih. Birokrasi jg lama (tgt petugas rt/rw n satgas setempat), seringnya pihak puskesmas jg baru dtg 1mg stlh laporan," cicitnya.

Lambatnya gerak puskesmas di Jawa Tengah, sebagai conton, dilaporkan oleh pemilik akun @mekar.indah.magelang. Ia mengatakan, tingginya kematian covid-19 di Jawa Tengah akibat lambatnya vaksinasi pada kelompok rentan terpapar covid-19.

"Kl di jateng tingkat kematian tinggi krn paksin disni gigi 1 alias selowww bgt puskesmas msh fokes di lansia cobak pdhl dki sdh vaksin remaja 12thn," keluhnya.

Salah satu warganet mengingatkan pemerintah. Jika ingin angka kasus benar-benar turun dan bukan ilusi data, maka tes PCR harus digencarkan. Pemerintah harus turun ke rumah-rumah warga.

"Angka testingnya juga turun terus... Testing harusnya gratis, ini kalau pemerintah beneran berniat utk liat keadaan lapangan yg sebenarnya yaa.. kalo PCR gitu kan sangat mahal, mending uangnya dipake makan," tulis pemilik akun @tqeguh. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya