Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Protokol Kesehatan dan Vaksinasi Jadi Kunci Penanganan Pandemi

Despian Nurhidayat
09/7/2021 21:54
Protokol Kesehatan dan Vaksinasi Jadi Kunci Penanganan Pandemi
Penampilan Slank di programVaksin Untuk Indonesia(Dok. Metro TV)

MASYARAKAT kini tengah sibuk dengan kabar terkait beragam varian covid-19 di Indonesia. Padahal, dari semua varian covid-19 yang ada baik itu varian delta dan lainnya, hanya membutuhkan penanganan yang sama yakni penerapan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan bahwa gerakan mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak atau 3M harus dipatuhi oleh masyarakat dan tidak hanya digunakan sebagai slogan saja. 

Pasalnya, menurut dia protokol kesehatan yang ketat merupakan upaya pencegahan yang paling utama dan harus dilakukan oleh masyarakat. 

"3M perlu dilakukan dan jangan hanya dijadikan slogan. Karena itu merupakan upaya utama dan vaksinasi akan melengkapi upaya itu," ungkapnya dalam acara Vaksin untuk Indonesia MetroTV, Jumat (9/7) malam. 

Dirga menyebutkan, vaksin merupakan upaya pencegahan yang bersifat spesifik. Dalam artian, arang yang mendapatkan vaksinasi, otomatis tubuhnya akan memiliki antibodi. 

"Saya selalu bilang, rugi banget kalau nggak divaksinasi," tegas Dirga. 

Dia menambahkan bahwa manfaat vaksin itu besar sekali untuk melindungi masyarakat dari pandemi covid-19. Selain itu, reaksi pascavaksinasi seperti lapar, mengantuk, pegal dan reaksi lainnya dikatakan merupakan hal yang sangat biasa terjadi dan itu menandakan bahwa vaksinnya tengah bekerja di tubuh kita. 

"Tapi kita harus ingat, bahwa kalau orang itu dinyatakan lengkap tervaksinasi kalau sudah mendapatkan dosis dua kali," tuturnya. 

Baca juga : Kegundahan Orangtua soal Pembelajaran Tatap Muka

Dirga juga menegaskan bahwa vaksin tidak membuat masyarakat kebal terhadap covid-19 secara cepat. Menurutnya, butuh waktu selama dua pekan untuk membentuk kekebalan dsri vaksinasi. 

"Tapi meskipun sudah vaksin kita jangan abai dan tetap harus pakai masker, jangan berkumpul dan patuhi protokol kesehatan," ujar Dirga. 

Menurut Dirga, pandemi covid-19 saat ini bukan tentang kepantingan dari pihak tertentu saja, tapi dari seluruh umat manusia. Maka dari itu, dengan konsistensi penerapan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi, dia optimis pandemi dapat teratasi. 

"Kalau kita konsisten melakukan ini, Insya Allah pandemi segera terkandali," pungkasnya. 

Sementara itu, Dokter dan Penyitas Covid-19 Sriyanto menambahkan bahwa pengalaman saat dirinya terpapar covid-19 telah membuat dia sadar akan pentingnya donor plasma konvalesen, terlebih di daerah-daerah yang masih belum tersedia plasma tersebut. 

Hal ini membuat dia bertekad untuk membuat bangsal khusus covid-19 di rumah sakit tempat dia bekerja dan juga dia menjadi relawan covid-19 di Wonogiri untuk mengumpulkan plasma yang saat ini belum banyak beredar di daerah. 

"Karena saya sembuhnya dengan plasma dan saya yakin sekali perubahannya, sebelumnya saya hanya minum obat, minum ramuan yang pahit sekali rasanya dan banyak yang saya coba tapi nggak membaik. Dengan plasma itu, dalam kurun waktu kurang dari 24 jam hilang semua gejalanya. Jadi saya bulan Januari sampai April 2021 saya jadi relawan untuk kumpulkan plasma di Wonogiri dan di rumah sakit saya juga telah menyediakan 14 bed khusus covid-19," ujar Sriyanto. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya