Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PANDEMI Covid-19 membawa berbagai perubahan dan dampak di seluruh aspek kehidupan, salah satunya pada kelompok usia remaja (10-19 tahun). Banyak permasalahan yang dialami remaja, sehingga remaja perlu dibekali tentang bagaimana mereka mampu menjalani dan beradaptasi dengan kebiasaan baru di masa pandemi, serta mendapat pengetahuan dasar tentang keterampilan dan kecakapan hidup agar menjadi remaja yang tangguh.
Oleh karenanya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) meluncurkan Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi.
“Selama pandemi, keluarga menjadi pusat dari seluruh kegiatan kita. Orangtua menjadi garda terdepan yang memastikan terpenuhinya pengasuhan yang baik bagi anak, menjaga kesehatan keluarga, sekaligus memastikan ekonomi keluarga tetap terjaga. Remaja juga perlu dibekali tentang bagaimana mereka mampu menjalani dan beradaptasi dengan kebiasaan baru di masa pandemi agar mereka menjadi tangguh dan tanggap merespon kondisi ini secara positif. Oleh karenanya, modul ini disusun untuk memastikan pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak, agar anak memiliki keterampilan hidup dan dapat berpartisipasi dengan optimal di masyarakat,” jelas Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kemen PPPA, Agustina Erni pada Peluncuran Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi yang juga merupakan rangkaian kegiatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2021.
Erni menambahkan bahwa modul ini juga dapat dimanfaatkan oleh pendamping dan fasilitator remaja, Forum Anak, penggiat anak/remaja, psikolog atau konselor PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga), tokoh masyarakat, dan untuk selanjutnya dapat diteruskan kepada orangtua dan remaja.
Berdasarkan hasil survei Ada Apa Dengan Covid-19 (AADC) Jilid 2 yang dilakukan oleh Kemen PPPA bersama dengan Forum Anak Nasional (FAN) pada 2020, sebanyak 13 persen responden mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan depresi ringan hingga berat.
Perwakilan FAN, Marisya Putri Nur Luthfia mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri bagi ia dan teman-temannya. Hal ini terutama bagaimana agar mereka bisa mengelola kesehatan mental agar tidak stres dan jenuh karena interaksi bersama teman berkurang, dan kehilangan orang tersayang karena Covid-19.
Sementara itu, Psikolog Keluarga, Alissa Wahid mengumpamakan pandemi Covid-19 seperti gempa kecil yang dapat memengaruhi ketahanan keluarga. "Bila bangunan keluarga cukup kuat, maka pandemi Covid-19 tidak menghancurkan. Tetapi bila bangunan keluarga rapuh, maka bisa hancur, demikian juga dengan ketangguhan remaja dan orangtuanya. Permasalahan yang dialami selama pandemi diantaranya persoalan kesehatan dan gesekan antar anggota keluarga yang terjadi ketika melakukan aktivitas di rumah," kata Alissa.
CEO dan Direktur WVI, Angelina Theodora menyampaikan kemampuan keluarga dalam hal pengasuhan untuk pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak menjadi salah satu kunci pencapaian Indonesia Layak Anak 2030. Bahkan, dalam situasi pandemi Covid-19, pengasuhan menjadi hal utama untuk memastikan anak-anak tetap terlindungi.
Di masa pandemi tidak jarang remaja akan mengalami kebosanan karena tidak banyaknya aktivitas yang dapat dilakukan. Modul ini mengajak remaja untuk melihat peluang dalam melakukan hobi atau mempelajari keterampilan baru agar tetap produktif, meskipun tetap berada di rumah. Berbagai kegiatan positif yang dapat dilakukan para remaja seperti menulis, mengenal dunia fotografi dan videografi.
"Modul ini secara khusus berusaha menjawab kebutuhan orangtua dan pengasuh dalam hal pengasuhan. Demikian juga akan membantu remaja untuk tetap aktif dan kreatif dalam situasi pandemi. Modul ini diharapkan menjadi solusi di tingkat hulu dan menjadi pegangan keluarga dan remaja dalam situasi pandemi Covid-19. Tentu saja modul ini juga aplikatif dalam situasi wabah penyakit lain," tutur Angelina.
Publik Figur, Yosi Mokalu yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi peluncuran Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi karena memberikan banyak contoh bagi orangtua untuk memberikan pengasuhan bagi anak di masa pandemi.
Yosi juga mengaku selama di rumah anaknya tak jarang merasa bosan. Hal ini ditambah lagi dengan adanya keterbatasan tatap muka dengan teman-temannya. Oleh karenanya, menurut Yosi orangtua harus menjadi sahabat bagi anak-anaknya. Hal ini ia lakukan dengan mengajak anak-anak berdialog atau olah raga bersama.
Senada dengan Yosi, Psikolog PUSPAGA Kota Tangerang Selatan, Dewi Bintari mengimbau agar orangtua terus belajar dalam melakukan pengasuhan dan memahami anak. Di satu sisi, masa pandemi juga merupakan kesempatan bagi orangtua untuk membangun dialog dan komunikasi yang hangat dengan anak. Oleh karenanya, Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi sangat membantu PUSPAGA dalam melakukan sosialisasi dan edukasi bagi para orangtua dan remaja, termasuk detail dan teknis dalam membangun komunikasi hangat antara orangtua dan anak.
Masyarakat dapat mengunduh Modul Pengasuhan dengan Cinta dan Modul Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi pada link berikut https://bit.ly/3xmEI4j. (RO/OL-10)
Angka prevalensi jerawat 85% pada orang dewasa muda berusia 12–25 tahun. Karenanya, orangtua harus bisa memberikan solusi terbaik untuk menuntaskan masalah jerawat pada para remaja.
Skoliosis merupakan kelainan pada bentuk tulang belakang yang tumbuh ke samping menyerupai huruf C atau S.
Ada 5 gejala skoliosis yang wajib diketahui para orang tua agar dapat ditangani sedini mungkin.
Sejak diperkenalkannya vaksin HPV di Amerika Serikat pada 2006, terjadi penurunan signifikan infeksi HPV dan pra-kanker serviks pada remaja dan perempuan dewasa muda.
Remaja perempuan yang potensial perlu mempersiapkan diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa kini.
Perfeksionisme pada remaja perempuan sering kali mengakibatkan stres, tekanan berlebihan, dan keterbatasan dalam kreativitas.
Memberikan makanan sehat kepada anak adalah salah satu hal terpenting ya
Imunisasi merupakan salah satu langkah paling efektif untuk melindungi anak dari berbagai penyakit menular yang berbahaya.
Setiap anak berhak tumbuh dengan kebahagiaan dan mencapai perkembangan yang optimal. Dalam proses ini, peran utama orang tua sangat penting untuk memenuhi kebutuhan anak dengan tepat.
Ruam popok membuat bayi tidak nyaman bergerak. Padahal, gerakan aktif seperti merangkak, berguling, dan berjalan sangat penting untuk perkembangan otot dan koordinasi bayi.
Aksi fashion show Papua Youth Creative Hub di Hari Anak Nasional buat Jokowi kagum
Puspaga berfokus pada prevensi kesehatan mental masyarakat Kota Bandung mulai dari anak sampai dewasa, termasuk masyarakat yang berkebutuhan khusus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved