Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SEBANYAK 137 bencana alam terjadi sepanjang Juni 2021. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana hidrometeorologi, seperti angin puting beliung, banjir dan tanah longsor, masih mendominasi kejadian.
Jika sebelum-sebelumnya banjir berada di peringkat pertama bencana terbanyak, maka selama Juni 2021 posisi tersebut digantikan oleh angin puting beliung.
"Jumlah kejadian tertinggi, yaitu bencana angin puting beliung sebanyak 50 kejadian, disusul tanah longsor 39 dan banjir 33. Di samping bencana tersebut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga berlangsung sebanyak 12 kejadian dan gelombang pasang atau abrasi 1. Sedangkan bencana geologi, BNPB mencatat sebanyak 2 kali," terang Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Raditya Jati.
Sepanjang bulan lalu, BNPB mencatat sebanyak 2 warga meninggal dunia akibat bencana, yang disebabkan oleh angin puting beliung dan tanah longsor. Dari sisi korban luka, jumlah korban meninggal berjumlah 32 warga, yang disebabkan bencana hidrometeorologi.
Bencana juga mengakibatkan kerusakan material, antara lain tempat tinggal warga. Total rumah warga rusak mencapai 1.205 unit dengan rincian rusak ringan 777 unit, rusak sedang 248 dan rusak berat 163, sedangkan 17 unit masih menunggu verifikasi dari BPBD saat gempa M5,1 terjadi di wilayah Yogyakarta pada 28 Juni 2021 lalu. Pada bahaya banjir, lebih dari 15.000 rumah terendam.
Kerusakan rumah warga lebih disebabkan bencana hidrometeorologi dibandingkan geologi. BNPB mencatat gempa menyebabkan 250 unit rumah warga mengalami kerusakan, sedangkan sisanya diakibatkan bencana seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor.
Sementara itu, dilihat pada periode awal Januari hingga akhir Juni 2021 ini, BNPB mencatat lebih dari 1.000 kejadian bencana alam. Dari sejumlah kejadian tersebut, sebanyak 495 warga meninggal dunia, 12.865 luka-luka dan lebih dari 5 juta warga menderita akibat bencana.
"Dari sejumlah kejadian pada periode ini, bencana hidrometeorologi masih tetap mendominasi, seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung," tambah Raditya.
Potensi bahaya
Memasuki Juli 2021, ia menyatakan, masyarakat masih dihadapkan pada potensi bahaya hidrometeorologi, seperti angin kencang dan banjir. Pada awal bulan ini, Pusdalops BNPB mendapatkan informasi mengenai dampak angin kencang di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat.
Fenomena cuaca yang terjadi pada Kamis (1/7), pukul 14.15 telah berdampak pada beberapa keluarga. Belum lagi akibat faktor geologi, potensi bahaya gempa bumi dapat terjadi setiap saat.
"BNPB selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya bencana alam yang terjadi. Apalagi saat ini masih terjadi penyebaran covid-19, pandemi ini perlu mendapatkan perhatian serius masyarakat, khususnya mereka yang juga terdampak pada bencana alam," pungkasnya. (H-2)
MEMPERINGATI Hari Logistik Nasional 2025, Lion Parcel menyoroti peran kurir sebagai garda terdepan dalam menghubungkan Indonesia melalui pengiriman barang, termasuk di wilayah timur Indonesia dengan akses yang menantang.
BNPB mencatat 18 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia dalam kurun waktu 24 jam sejak Selasa (24/6) pukul 07.00 WIB hingga Rabu (25/6) pukul 07.00 WIB.
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Cakupan perlindungan asuransi belum mampu mengimbangi besarnya potensi kerugian. Hal itu mengakibatkan semakin banyak pihak yang kurang atau tidak terlindungi.
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Sebanyak 19 warga Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, masih dinyatakan hilang akibat banjir bandang dan tanah longsor.
Pemkab Tasikmalaya sudah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari mulai Senin (30/6) hingga Minggu (14/7) di Kecamatan Taraju dan Kecamatan Salawu.
Akibat bencana, satu warga ditemukan meninggal dan dua orang masih dalam pencarian.
Peristiwa pada Minggu (29/6) sekitar pukul 15.00 WIB itu mengakibatkan dua orang petani bernama Acu, 60, dan Amin, 50, warga Ciomas, masih tertimbun.
“Tim gabungan sudah menyingkirkan semua material yang menutup jalan di Ampelgading. Kini sudah dibuka kembali,”
Ekskavator juga diturunkan lantaran tanah yang menimbun jalan cukup dalam hingga tiang kabel roboh
Camat Salawu, Nandang Haryana mengatakan, hujan deras yang terjadi sejak malam hingga pagi menyebabkan tebing setinggi 20 meter longsor menutup jalan alternatif
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved