Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
VAKSIN AstraZeneca merupakan salah satu vaksin covid-19 yang digunakan dalam program vaksinasi pemerintah. Vaskin itu telah memperoleh Emergency Use Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari otoritas kesehatan di 70 negara di dunia, termasuk Indonesia. Pakar Imunisasi Elizabeth Jane menyatakan hal tersebut membuktikan keamanan vaksin yang diproduksi di Inggris, Italia, Korea Selatan (Korsel), dan India itu.
“Lebih dari 1 miliar dosis vaksin covid-19 AstraZeneca telah diterima masyarakat dunia. WHO juga sudah menyatakan vaksin ini aman,” ujar Elizabeth dalam keterangan resmi, Rabu (19/5).
Ia menambahkan, WHO sendiri menyatakan vaksin Astrazeneca aman dan efektif melindungi orang dari risiko covid-19 yang sangat serius, termasuk kematian, rawat inap, dan penyakit parah.
Baca juga: Stok Vaksin Gotong Royong baru Ada 420 Ribu dari Komitmen 30 Juta
Saat ini, vaksin covid-19 AstraZeneca adalah vaksin yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Adapun, lanjut Elizabeth, negara di Eropa, seperti Inggris dan Italia, melaporkan terjadinya penurunan angka kematian yang sangat signifikan pascadigencarkannya vaksinasi covid-19, termasuk menggunakan vaksin Astrazeneca.
"Di Italia sendiri, National Institute of Health (ISS) mengatakan, dalam 35 hari setelah dosis pertama, terdapat penurunan infeksi sebesar 80%, penurunan rawat inap sebesar 90%, dan penurunan kematian sebesar 95%," bebernya.
Sementara itu, hasil penelitian di inggris menunjukkan 21 hari pascapenyuntikan dosis tunggal vaksin AstraZeneca atau Pfizer-BioNTech, terjadi penurunan angka infeksi covid-19 sampai 65%.
"Ini termasuk penurunan infeksi dengan gejala sampai 74% dan penurunan infeksi tanpa gejala yang dilaporkan sampai 57%," imbuhnya.
Ia menyatakan, efek samping yang jarang terjadi setelah vaksinasi, seperti kebas dan pegal pada daerah penyuntikan, hingga demam tinggi sebaiknya dibandingkan dengan risiko kematian yang akan terjadi akibat penyakit covid-19 serta potensi yang akan dihasilkan vaksin untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian akibat penyakit.
Terkait dengan berbagai pelaporan kasus pembekuan darah pascavaksinasi Astrazeneca di beberapa negara Eropa telah dikonfirmasi bahwa berdasarkan bukti yang ada tidak menunjukkan bukti terjadinya pembekuan darah yang disebabkan oleh vaksin covid-19 Astrazeneca.
Data di Eropa menunjukkan tidak terjadi perubahan data kejadian thromboemboli yang signifikan sesudah vaksinasi, jika dibandingkan sebelum vaksinasi AstraZeneca.
“Data kesehatan di Eropa Utara sangat detail, sehingga ditemukan data bahwa kejadian pembekuan darah sebelum dan sesudah adanya vaksinasi nyatanya tidak terjadi peningkatan. Misalnya data pembekuan darah dalam setahun ada 1000, setelah ada vaksinasi dengan AstraZeneca datanya tidak meningkat,” tambah Jane.
Dalam kampanye vaksinasi, merupakan hal yang wajar bagi negara untuk melakukan identifikasi potensi efek simpang setelah imunisasi. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa kejadian tersebut terkait dengan vaksinasi itu sendiri, tetapi kejadian tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa setiap masalah keamanan ditangani dengan cepat. Tentunya pemberian vaksin didasarkan pada analisis risiko versus manfaat.
“Kita harus mengetahui riwayat penyakit seseorang sebelum memutuskan apakah KIPI terkait dengan vaksinasi. Itulah yang saat ini sedang dikaji Komnas KIPI,” ujarnya.
Tentunya, saat ini, dalam kondisi mendesak, pemerintah berikhtiar untuk sesegera mungkin mewujudkan kekebalan kelompok (herd imunity) dan mengingat keterbatasan vaksin yang ada, diharapkan masyarakat untuk tidak ragu mengikuti program vaksinasi. Manfaat dari program vaksinasi jauh lebih besar dibandingkan dengan risikonya.
“Penggunaan vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan karena vaksinasi covid-19 membawa manfaat lebih besar,” tambah Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmidzi.
“Jadi, tidak ada alasan masyarakat untuk ragu-ragu mengikuti program vaksinasi,” pungkas Nadia. (OL-1)
JUMLAH total kasus covid-19 di Jawa Barat, saat ini mencapai 427 kasus. Daerah dengan penjangkitan tertinggi ialah Kota Depok dengan 66 kasus, dan Kota Bandung sebanyak 63 kasus.
Kami berharap tidak banyak tenaga kesehatan yang terjangkit vaksin covid-19,
PEMERINTAH Kota Tasikmalaya terus berusaha melakukan antisipasi terkait lonjakan kasus Covid-19 yang kembali muncul di Jawa Barat.
Persetujuan izin edar telah dirilis BPOM pada 9 Desember 2023 lalu.
Ke-19 pasien tersebut hanya bergejala ringan dan melakukan isolasi mandiri di rumah mereka.
Upaya pemulihan ekonomi akan bergantung pada seberapa besar keberhasilan pemerintah menangani masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh virus korona.
Vaksin ini mengandung virus flu biasa yang sudah dimodifikasi sehingga tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh.
Setelah disuntikkan, vaksin membawa kode genetik protein spike ke sel tubuh dan tubuh Anda mulai memproduksi protein spike sendiri.
Tidak memiliki hipersensitivitas terhadap zat aktif & zat tambahan dari vaksin. Harus berusia 18 tahun ke atas
"Kami mengikuti apa yang menjadi kebijakan pemerintah terkait vaksin ya. Apapun vaksin yang disiapkan oleh pusat, kami akan menerimanya dan menggunakannya sebaik mungkin."
DINAS Kesehatan DKI Jakarta memastikan sejauh ini tidak menggunakan vaksin AstraZeneca untuk vaksinasi covid-19.
DINAS Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta telah mendapatkan distribusi vaksin covid-19 AstraZeneca sebanyak 1,5 juta dosis dari pemerintah pusat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved