Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Efektivitas Vaksin Dimulai dari Tubuh yang Sehat

Faustinus Nua
02/4/2021 15:10
Efektivitas Vaksin Dimulai dari Tubuh yang Sehat
Seorang lansia mengikuti vaksinasi sistem tanpa turun (drive thru) saat peringatan HUT ke-107 tahun Kota Malang, Kamis (1/4/2021)(MI/Bagus Suryo)

Ketua Satgas Covid-19 Universitas Padjajaran (Unpad) Dwi Agustian menyampaikan bahwa syarat utama seseorang bisa dilakukan vaksinasi adalah harus dalam keadaan sehat. Hal ini disebabkan, vaksin Sinovac yang dipakai baru melewati tahap pengujian klinis pada relawan yang dikategorikan sehat.

“Sementara pada yang sakit, kita belum tahu efeknya, sehingga otomatis perlu kehati-hatian dengan seyogianya tidak memberikan dahulu vaksin sampai kondisinya sehat,” ungkapnya dikutip dari laman Unpad, Jumat (2/4).

Saat ini, sekitar 1.800 warga Unpad sudah mendapatkan vaksinasi tahap pertama. Beberapa di antaranya tidak atau belum diberikan vaksinasi. Kelompok yang tidak diberikan vaksinasi merupakan kelompok yang sebelumnya pernah terkena Covid-19 karena diasumsikan sudah memiliki imunitas.

Sementara bagi kelompok yang belum divaksinasi merupakan orang dengan kondisi tubuh yang belum memungkinkan untuk mendapatkan vaksin. Ada yang kondisi tubuhnya kurang fit hingga memiliki sejumlah penyakit kronis.

Baca juga: Lentera Anak Dorong Sekolah jadi Agent of Change Tangani Sampah

Hal yang sama dibenarkan Dosen dan Epidemiolog Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unpad Dr. Yulia Sofiatin, dr., Sp.PD. Menurutnya, vaksinasi diberikan pada orang yang dikategorikan sehat, sehingga antibodi yang dihasilkan dari vaksin akan mampu melindungi serangan infeksi dari luar.

Secara sederhana, vaksinasi merupakan upaya untuk meniru proses tubuh saat tubuh terinfeksi virus. Ketika virus masuk, tubuh merespons dalam bentuk meningkatkan kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi. Vaksin berperan dalam melakukan pembentukan antibodi tersebut.

Bak teroris, virus yang masuk akan ditangkap oleh polisi yang dalam hal ini diperankan oleh antibodi. “Nanti tubuh akan melihat profil ‘teroris’ itu seperti apa, sehingga kalau kapan-kapan ada lagi, maka sudah bisa langsung bertindak. Tubuh melalui antibodi sudah tahu bagaimana melumpuhkannya,” kata Yulia.

Untuk menciptakan perlindungan yang baik diperlukan kondisi tubuh yang sehat. Karena itu, vaksinasi sebaiknya diberikan kepada orang sehat. Jika tidak sehat, kemampuan vaksin dalam membentuk antibodi pada tubuh menjadi kurang.

“Kalau sakit, antibodi yang terbentuknya tidak cukup, pertahanannya akan gagal,” imbuh Yulia.

Karena itu, individu yang akan divaksinasi wajib dalam keadaan sehat. Yulia menjelaskan, seseorang dikategorikan sehat jika tubuh tidak memiliki penyakit sama sekali. “Tanda sakit yang mudah dikenali adalah demam. Kalau tubuh demam, tandanya sedang ada infeksi, sedang ada ‘musuh’. Sebaiknya tidak divaksinasi dulu,” terangnya.

Yulia melanjutkan, orang yang akan divaksinasi juga harus cukup tidur, minimal satu malam sebelum ia divaksinasi. Tidur merupakan aktivitas untuk memulihkan kembali kondisi tubuh setelah digunakan untuk beraktivitas. Jika waktu tidurnya terganggu, proses pemulihan tubuhnya menjadi tidak maksimal.

Yulia menambahkan, orang dengan penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, dan jantung, tidak disarankan divaksinasi. Namun, ada kondisi yang memungkinkan seseorang dengan penyakit ini masih bisa divaksinasi.

“Kalau orang punya penyakit kronis tapi saat divaksinasi kondisinya terkendali, dia masih bisa diberikan vaksin. Yang tidak boleh itu kalau (penyakitnya) sedang tidak terkendali,” jelas Yulia.

Ia mencontohkan, apabila saat divaksinasi tensi darahnya sedang naik, kadar gulanya tinggi, hingga sedang sesak napas untuk pengidap jantung, tidak disarankan untuk divaksinasi saat itu. Orang tersebut wajib dipulihkan dulu kondisi tubuhnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya