Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Plastik tidak Seharusnya Berakhir Menjadi Sampah

Mediaindonesia.com
30/3/2021 17:39
Plastik tidak Seharusnya Berakhir Menjadi Sampah
Ali Akbar menggunakan pelindung wajah dari galon bekas saat mengatur lalu lintas di DIY guna mengantisipasi penularan covid-19.(Antara/Hendra Nurdiyansyah.)

GERAKAN daur ulang global yang dideklarasikan sebagai Global Recyling Day tahun ini memasuki tahun keempat. Gerakan global yang jatuh setiap 18 Maret ini mengajak masyarakat dunia untuk berperan aktif dalam kegiatan daur ulang.

Tema yang diangkat pada Global Recycling Day 2021 yaitu #RecyclingHeroes. Maksud tema untuk memberikan pengakuan kepada individu, masyarakat, tempat, dan aktivitas yang menunjukkan bahwa daur ulang memberikan kontribusi kepada pelestarian lingkungan untuk masa depan bumi yang lebih baik.

Daur ulang berkaitan erat dengan keberadaan sampah terutama jenis sampah plastik yang sulit terurai secara alami. Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia juga memiliki masalah yang cukup besar dalam hal penanganan limbah sampah jenis tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengelola limbah sampah plastik, baik oleh pemerintah, perusahaan, masyarakat pengguna, amupun industri terkait.

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, masalah penanganan dan pengelolaan sampah tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak ataupun satu pendekatan. "Diperlukan komitmen dari semua pihak terkait. Tidak perlu diperdebatkan metode pendekatan yang lebih baik, asalkan hal itu efektif dan bisa membantu mengatasi masalah pengelolaan sampah plastik. KLHK sangat mengapresiasi kerja sama berbagai pihak dalam membantu mengatasi permasalahan sampah ini terlebih yang bisa menggerakan ekonomi sirkular nasional," ujarnya.

Jumlah sampah plastik yang sangat besar tak lepas dari keberadaan plastik sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di lingkungan terkecil, yaitu rumah, plastik bisa dijumpai di beragam alat rumah tangga, kemasan makanan dan minuman, hingga produk fesyen. Dengan kelebihan yang dimilikinya, plastik menjadi salah satu material andalan yang digunakan banyak perusahaan sebagai bahan baku produksinya.

Daur ulang memang menjadi solusi utama. Upaya mengelola plastik bekas pakai untuk digunakan kembali atau menjadi bahan yang bermanfaat ini makin marak digaungkan bahkan menjadi gerakan global. Banyak pihak tergerak untuk melakukan daur ulang sampah plastik termasuk individu dan rumah tangga. Pertanyaan yang muncul yakni bagaimana melakukannya?

Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu mengenali jenis plastik yang digunakan. Lihat di sekeliling rumah, jenis konsumsi plastik apa yang sering digunakan dan bagaimana sifat daur ulangnya?  Jenis plastik umumnya dicantumkan di bagian bawah kemasan berupa logo segitiga berpanah dengan kode 1 hingga 7. Selain itu, tertera kode huruf yaitu PET atau PETE, HDPE, PVC atau V, LDPE, PP, PS, dan Other.

Berpedoman pada Resin Identification Code (RIC) yang diterbitkan oleh The Society of Plastic Industry (SPI) pada tahun 1988 di Amerika Serikat, jenis plastik yang paling mudah didaur ulang yaitu polyethylene terephthalate (PET) dengan kode angka 1. PET banyak digunakan sebagai bahan baku produk plastik, seperti kemasan botol dan galon air minum.

PET memiliki keunggulan sifat, di antaranya berwarna jernih, ringan, mudah dibentuk, tidak mudah pecah, dan mudah didaur ulang. Kemasan plastik yang berbasis PET juga lebih higienis dan aman digunakan. Berkaitan dengan Global Recycling Day tahun ini, Le Minerale mengajak masyarakat untuk mulai melakukan pilah sampah dan daur ulang di rumah dan lingkungan sekitar.

Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya (produsen Le Minerale) Ronald Atmadja mengatakan sesuai dengan tema tahun ini yaitu #RecyclingHeroes, pihaknya mengajak semua individu untuk menjadi inspirasi dalam melakukan pilah sampah dan daur ulang, mulai dengan memilah sampah berdasarkan tipenya yaitu sampah organik, sampah yang bisa didaur ulang, sampai sampah residual. Sebagai salah satu produsen air minum yang menggunakan bahan baku plastik jenis PET, Le Minerale memiliki komitmen bersama Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) untuk mengelola sampah plastik melalui program Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional.

Dalam industri daur ulang plastik, PET merupakan jenis plastik berkualitas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan peran penting dalam ekonomi sirkular. Jenis plastik ini banyak disukai para pelaku daur ulang, baik dari pemulung hingga industri.

Seperti yang dijelaskan Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim bahwa industri daur ulang mencatat peningkatan permintaan sampah plastik PET rata-rata 7% setiap tahun. "Nilai jual galon plastik PET bekas pakai termasuk tinggi mengingat manfaat daur ulangnya yang juga tinggi. Plastik jenis ini banyak didaur ulang menjadi produk bermanfaat seperti polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju musim dingin, dan kancing."

Peran individu, rumah tangga, dan masyarakat merupakan ujung tombak dalam mengurangi sampah plastik yang membebani lingkungan. Selain mengurangi pemakaian plastik, pemilihan jenis plastik yang tepat sangat penting agar setelah digunakan plastik tersebut masih dapat bermanfaat dan tidak menjadi sekadar timbunan sampah yang membebani bumi. Mari menjadi #RecyclingHeroes! (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya