Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Survei FGSI: 97,73% Guru Bersedia Terima Vaksin Covid-19

Faustinus Nua
17/3/2021 21:24
Survei FGSI: 97,73% Guru Bersedia Terima Vaksin Covid-19
Vaksinasi untuk guru di Kota Bogor, jawa barat(Antara/Arif Firmansyah)

FEDERASI Serikat Guru Indonesia (FSGI) telah melakukan survei singkat tentang Persepsi Guru atas Program Vaksinasi. Survei yang diikuti oleh 2.406 guru dari 23 provinsi di Indonesia meunjukkan hasil bahwa 97,73% guru bersedia divaksin dan sisanya 8,17% guru menolak divaksin dengan alasan khawatir efek samping atau ragu pada kualitas vaksin. 

"Sekitar 5 juta guru akan menjadi sasaran dari program ini (valsinasi) dan direncanakan selesai Juni 2021. Kick off vaksinasi guru sudah dilaksanakan sejak 24 Februari 2021. Namun, secara informal, di lapangan masih ada guru yang ragu-ragu bahkan menolak untuk divaksinasi," ungkap Sekjen FSGI Heru Purnomo dalam keterangan resmi, Rabu (17/3).

Dijelaskannya, ada beberapa alasan guru bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19. Guru yang mengikuti karena ingin memiliki kekebalan tubuh terhadap penularan virus sebanyak 79,43%. Berikutnya guru-guru berharap agar PTM dapat berjalan dengan aman jika dilaksanakan sebanyak 63,62%. 

Sebanyak 37,56% beralasan karena situasi penyebaran Covid-19 yang masih mengkhawatirkan. Sebanyak 28,55% menyatakan karena tidak tahu kapan pandemi akan berakhir dan sebanyak 17,58% yang menyatakan yakin dengan produk vaksinnya. 

"Sisanya sebanyak 4,89% menyatakan karena takut diberikan sanksi atau hukuman dan sebanyak 0,63% karena ada paksaan dari atasan," imbuhnya.

Sementara, alasan guru tidak bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19 dikarenakan khawatir dengan efek samping dari vaksin sebanyak 63,32% dan sebanyak 41,71% ragu dengan kualitas produk vaksin. Berikutnya beralasan memiliki penyakit bawaan (comorbid) sebanyak 25,13% dan karena pemberitaan negatif tentang vaksinasi di media sosial sebanyak 22,11%. 

Ada juga yang menyatakan karena masih ada kemungkinan tertular virus Covid-19 sebanyak 12,06% dan penyebaran virus Covid-19 yang tidak mengkhawatirkan pada wilayah guru yang bersangkutan sebanyak 10,55%. Sisanya menyatakan bahwa lebih baik ikut vaksinasi secara mandiri sebanyak 3,02% dan sebanyak 0,3% karena tidak takut terinfeksi virus Covid-19. 

Baca juga : Pemerintah Percepat Terwujudnya Herd Immunity

Diakuinya, antusiasme guru untuk mengikuti vaksinasi memang tinggi dari keseluruhan responden. Namun, perlu diperhatikan bahwa masih ada guru yang menyatakan tidak bersedia untuk divaksinasi sebanyak 8,27%. 

Angka ini tentunya tidak bisa dipandang remeh mengingat target dari pelaksanaan vaksinasi bagi guru adalah bisa terlaksananya PTM di awal semester 2021-2022. Begitu PTM dilaksanakan tentunya tidak hanya guru dan tenaga kependidikan yang berada di sekolah tetapi juga siswa yang sampai dengan saat ini belum menjadi kelompok yang akan divaksinasi. 

"Apabila masih ada guru yang belum divaksin plus siswa yang juga belum divaksin maka Herd Immunity secara komunal di lingkungan sekolah sulit untuk terbentuk," kata dia.

FSGI pun mendorong Kemdikbud, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan di daerah untuk melakukan sosialisasi lebih massif khususnya untuk Guru Jenjang SMA/SMK dan yang berusia dibawah 50 tahun agar mendukung program vaksinasi covid-19. Materi sosialisasi ditekankan pada kualitas vaksin dan efek sampingnya serta jaminan keberhasilan vaksin, karena guru-guru yang menolak vaksi meragukan kualitas vaksin dan mafaat bagi dirinya.

FSGI juga meminta pemerintah pusat dan daerah untuk membuat program yang terencana dan prioritas kepada guru. Kemudia diinformasikan dengan baik ke seluruh guru negeri maupun swasta di seluruh wilayah Indonesia.

"FSGI mendorong pemerintah pusat dan daerah tidak menjadikan program vaksinasi dasar untuk membuka sekolah, sebelum memastikan tersedianya prokes di sekolah, dan adanya jaminan bahwa ada SOP Protokol Kesehatan dapat dijalankan oleh semua warga sekolah," tegasnya.

Sebagai informasi, 2406 guru yang mengikuti survei tersebut berasal dari jenjang pendidikan PAUD/TK sampai SMA/SMK/MA. Rinciannya; 6,28% guru PAUD/ TK, 50,50% guru SD/ MI, 37,20% guru SMP/ MTs dan 5,99% guru SMA/ SMK/ MA. Para guru yang berada pada rentang 20-59 tahun dengan rincian; usia 20-29 tahun sebanyak 17,62%, guru yang berusia 30-39 tahun sebanyak 22,69%, guru yang berusia 40-49 tahun sebanyak 20,57% dan dominan diikuti oleh guru SMA/ SMK/ MA sebanyak 39,11%.(OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya