Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

BMKG Minta Desa Rawan Gempa dan Tsunami Miliki Peta Evakuasi

Atalya Puspa
16/3/2021 20:00
BMKG Minta Desa Rawan Gempa dan Tsunami Miliki Peta Evakuasi
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kiri) memaparkan hasil modeling kegempaan di Pendopo, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/3/2021).(ANTARA/BUDI CANDRA SETYA)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta agar setiap desa yang rawan terjadi gempa dan tsunami memiliki peta evakuasi yang dibuat oleh pemerintah setempat.

"Meskipun BMKG sudah memiliki peta evakuasi yang sudah dihitung dengan komputer dan perhiungan, perlu dibuat peta desa yang disusun dengan mengacu peta dari pusat tapi dicocokkan dengan desa. Peta skala mikro," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (16/3).

Baca juga: Susu Ini Diklaim Mendukung Imunitas dan Kurangi Risiko Penyakit

Pasalnya, kata dia, peta evakuasi yang disusun oleh pemerintah setempat diharapkan akan lebih mudah dipahami, berbeda dengan peta evakuasi BMKG yang disajikan terlalu teknis.

"Karena saat terjadi bencana, yang akan mengevakuasi bukan orang BMKG, tapi masyarkat desa sendiri. Kalau peta evakuasi membuat sendiri, itu akan lebih dipahaminya daripada peta yang dibuat BMKG," bebernya.

Selain itu, dirinya meminta agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membuat perencanaan kontijensi hingga tingkat desa, mulai dari perencanaan jalur evakuasi hingga penguatan tim siaga bencana.

"Tiap desa pasti ada tim siaga bencana, perlu dikuatkan, rutin gladi. Jangan setahun sekali. Untuk tingkat desa mungkin rutin gladi evakiasi sebulan sekali. Sering-seringlah berlatih untuk melakukan evakuasi," imbau Dwikorita.

"Terakhir, untuk kabupaten tolong kelengkapan sarana dan prasarannya dicek, kalau ada yang kurang mohon diusulkan, nanti kita dari pusat akan merekomendasikan," tambahnya.

Hal senada diungkapkan oleh Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan. Ia menyatakan, penting bagi masyarakat untuk memahami potensi bencana serta risiko yang kemungkinan akan timbul akibat bencana tersebut.

"Latihan-latihan, simulasi dan sosialisasi harus terus dilakukan sehingga masyrakat sudah memahami jika terjadi tsunami apa yang harus dilakukan, termasuk menyiapkan rencana evakuasi di level desa dan kelurahan yang rawan tsunami," ucap Lilik.

Pada kesempatan tersebut, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, wilayah selatan pulau jawa memang rawan terjadi tsunami. Ia menyatakan, pantai selatan jawa tengah dan DIY memiliki status awas dengan estimasi tsunami di atas 3 meter.

"Ada peningkatan jumlah kegempaan di sekitar Jawa Tengah dan DIY mulai Januari. Potensinya ada peningkatan. Kita perlu berjaga-jaga," ungkap Daryono.

"Kalau kita belajar dari pengalaman, gempa Yogyakarta pada 27 mei 2006, sejak 2004 BMKG sudah mencatat ada gempa-gempa kecil lemah yang meningkat. Lalu kemudian lebih sering terjadi mulai September, Desember, Januari, lalu Mei jadi gempa kuat. Kalau ada gempa kecil, itu gejala. Kita harus lebih siap dan waspada. Karena kita tidak bisa meramalkan kapan terjadinya gempa maupun tsunami," jabarnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya