Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Chandra Asri Dukung Kelola Sampah dengan Ekonomi Sirkular

Mediaindonesia.com
22/2/2021 08:18
Chandra Asri Dukung Kelola Sampah dengan Ekonomi Sirkular
Pembangunan jalan aspal plastik.(Dok/Chandra asih)

PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk, terus berupaya membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah terutama sampah plastik. Beberapa programnya antara lain mengupayakan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular.

Vice President Corporate Relation and Sustainability PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk, Edi Rivai mengatakan beberapa kegiatan pengelolaan sampah yang sudah dijalani Chandra Asri selama ini seperti mengelola sampah plastik bernilai rendah, manajemen sampah perkantoran untuk menurunkan jumlah sampah yang tidak terkelola dari area Chandra Asri (zero waste office), serta kolaborasi bersama Dinas Lingkungan Hidup Jakarta untuk mendukung program Jakarta Recycle Center (JRC) di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Selain itu, Chandra Asri tengah mempersiapkan proyek percontohan untuk mengelola sampah plastik di wilayah Cilegon, Jawa Barat, dengan mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular secara utuh.

“Tujuan penerapan konsep ekonomi sirkular secara utuh yakni agar setiap sampah plastik yang terkumpul dapat dikelola secara maksimal menjadi bahan baku baru atau diolah menjadi bahan lainnya yang memiliki nilai tinggi, salah satunya menjadi bahan baku minyak (BBM Plas),” ungkap Edi secara tertulis kepada Media Indonesia, kemarin.

Ia mengatakan untuk kegiatan aspal plastik, sejak 2018 silam Chandra Asri aktif mengimplementasikan aspal plastik di beberapa wilayah. Hingga saat ini, pihaknya melakukan implementasi aspal plastik total sepanjang 37,6 km dan 27,6 juta lembar sampah kantong kresek hingga 2020 yang tersebar di beberapa lokasi.

“Kegiatan aspal plastik ini sendiri merupakan hasil penelitian dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan telah kami implementasikan di beberapa tempat termasuk di area kompleks pabrik Chandra Asri di Cilegon. Selain di area pabrik, kami juga bekerja sama dengan beberapa pemerintah kota mengimplementasikan aspal plastik, contohnya di Cileungsi (Kabupaten Bogor), Cilegon, Tegal, dan Semarang,” kata Edi.

Tidak ketinggalan, kata dia, pihaknya juga tengah bekerja sama dengan Universitas Dian Nuswatoro (Udinus) untuk implementasi aspal di Semarang. Ada pula kerjasama dengan Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan uji coba penggunaan sampah kemasan mie instan, berbahan dasar polipropilena, sebagai campuran pada aspal.

Ia menjelaskan dalam kerja sama itu, Chandra Asri selalu berkolaborasi dengan Balai Bahan Jalan, Kementerian PUPR, untuk memberikan asistensi pelaksanaan dan monitoring kualitas aspal plastik yang dihasilkan. Mitra-mitra lainnya untuk kegiatan aspal plastik yaitu Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI).

“Kegiatan aspal plastik ini merupakan bentuk perhatian Chandra Asri atas permasalahan sampah bernilai rendah (low value) di Indonesia,” kata dia.

Stabilitas aspal

Seperti diketahui, berdasarkan penelitian Kementerian PUPR, penggunaan sampah plastik sebagai campuran aspal dapat meningkatkan stabilitas aspal hingga 40%. Selain itu, terdapat pula peningkatan ketahanan terhadap air dan retakan yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya pemeliharaan.

“Kegiatan ini juga bentuk promosi skema ekonomi sirkular dalam mengelola sampah plastik ke depan oleh masyarakat,” tutur dia.

Edi menjelaskan ekonomi sirkular merupakan suatu konsep manajemen material untuk memaksimalkan kualitas material hingga umur akhirnya. Pada konsep ekonomi sirkular ini, setiap sampah yang dihasilkan dipilah terlebih dahulu, baik langsung dari sumber maupun melalui fasilitas pemilahan sampah, sebelum diproses lebih lanjut untuk daur ulang atau proses pengolahan lainnya.

Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya tidak bisa dihindari, konsep ekonomi sirkular jadi jawaban pengelolaan sampah yang tidak bergantung pada kesediaan lahan untuk digunakan sebagai Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA).

“Sebelumnya kita sangat familiar menggunakan konsep linier ekonomi dalam penanganan sampah, mulai dari kumpul-angkut-buang, sehingga sangat bergantung dengan adanya TPSA, padahal bisa kumpul-pilaholah-buang sehingga bisa menghasilkan nilai ekonomis kembali,” jelas dia.

Untuk menopang seluruh kegiatan tersebut, Chandra Asri terus melakukan inovasi pada produk yang dijual di pasaran. Produknya kini menerima sertifikasi Ekolabel Degradable (dapat terurai) untuk produk High Density Polyethylene (HDPE).

Selain itu, Chandra Asri juga terus mempromosikan produk plastik guna ulang. Salah satu contohnya adalah kemasan makanan thin-wall yang terbuat dari produk berjenis HI50TN dengan merek Trilene.

Kemasan ini dapat menjaga makanan agar tetap higienis karena bersifat kedap udara. Kemasan ini juga ringan, aman untuk digunakan di microwave, dan dapat diguna ulang serta didaur ulang.

“Produk-produk Chandra Asri sebagian besar banyak diaplikasikan untuk barang-barang durable seperti dashboard mobil, tanki air, lunchbox, dan lain-lain,” lanjut dia.

Berkolaborasi

Sementara itu, Co founder Sustainable Waste Indonesia Dini Trisyanti mengatakan masalah sampah di Indonesia bisa diatasi bila semua stakeholder berkolaborasi. Mengingat siklus dan rantai nilai sampah secara umum sangat kompleks. Mulai dari upstream atau hulunya, midstream, dan downstream.

“Jadi semua stakeholder-nya punya peran, baik industrinya, distributornya, konsumennya, itu semua punya peran. Membuang sampah dengan benar, memilah sampah dengan benar, ini kuncinya kalau kita mau membuat kolaborasi yang baik,” ungkap Dini saat dihubungi.

Menurut Dini, proses pengolahan sampah jangan sampai terhenti meskipun di tengah pandemi covid-19. Sebab, saat ini berdasarkan data riset yang dilakukan SWI dari 189.349 ton sampah plastik rata-rata per bulan yang dihasilkan di Pulau Jawa, hanya 11,83% yang dapat dikumpulkan sementara sisanya sebanyak 88,17% berakhir di TPA atau tidak terangkut sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Belum lagi, program bank sampah yang berjalan selama ini nyatanya baru mengurangi pengolahan sampah yang masuk ke TPA baru sekitar 2%.

“Jadi jangan sampai pandemi justru menyurutkan niat untuk memilah dari rumah. Untuk pemerintah jangan hanya menyediakan fasilitas harus bisa pastikan sistemnya berjalan, harus tetap berkolaborasi dengan semua elemen agar pengolahan sampah dari hulu ke hilir terlaksana dan program zero waste bisa berjalan,” pungkasnya. (Gan/S3-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik