Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Mengatasi Polusi Plastik Lewat Pendidikan Lingkungan di SDN 003 Bontang Utara

 Gana Buana
16/6/2025 15:53
Mengatasi Polusi Plastik Lewat Pendidikan Lingkungan di SDN 003 Bontang Utara
Ubah sampah jadi ecobricks(Dok. Tanoto Fondation)

DI tengah meningkatnya polusi plastik, seorang guru di SDN 003 Bontang Utara, Bontang, menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari ruang kelas. Siti Mahmudah, guru yang mengabdi sejak 2005 dan beralih ke pendidikan dasar pada 2009, menjadi pelopor pendidikan lingkungan hidup di sekolah dasar.

Inovasi Mengelola Sampah Plastik Menjadi Ecobrick

Melalui pendekatan kreatif dan semangat tinggi, Bu Siti membuka wawasan siswa tentang polusi plastik dan mengajarkan mereka cara mengelolanya menjadi sesuatu yang bermanfaat, yaitu ecobrick. Proses ini dimulai dengan diskusi di kelas mengenai dampak sampah plastik terhadap lingkungan. Siswa kemudian mengumpulkan plastik bekas makanan, bungkus jajanan, dan sedotan untuk diolah menjadi ecobrick.

Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah plastik bersih, yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan alternatif. Dari botol-botol ini, siswa menciptakan berbagai karya, seperti kursi kecil, meja, hingga bangku panjang. "Anak-anak lebih bangga ketika tahu mereka bisa menciptakan sesuatu yang berguna dari sampah yang sebelumnya hanya dibuang," ujar Bu Siti.

Penerapan Prinsip 3R dalam Kehidupan Sehari-hari

Berkat proyek ini, siswa SDN 003 Bontang Utara tidak hanya memahami prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), tetapi juga mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membawa pouch sampah kecil yang digantung di tas untuk menampung sampah pribadi sebelum dibuang pada tempatnya. Kebiasaan kecil ini memberi dampak besar pada kebersihan dan kesadaran lingkungan.

Ecobrick: Karya Bermakna dan Gaya Hidup Berkelanjutan

Proyek ini tidak hanya menjadi bagian dari kurikulum sekolah, tetapi juga mengarah pada gaya hidup berkelanjutan di kalangan siswa. Inisiatif Bu Siti melibatkan kader Adiwiyata dan alumni sekolah untuk memberikan pelatihan mengenai pengolahan sampah dan pembuatan ecobrick. Ini menciptakan keterampilan praktis serta mempererat kerjasama antara siswa dan komunitas sekolah.

Metode pengajaran Bu Siti tentang keberlanjutan terintegrasi dalam mata pelajaran IPA. Siswa tidak hanya belajar tentang daur ulang secara teori, tetapi langsung mempraktikkannya. Proyek ini juga mendukung Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Gaya Hidup Berkelanjutan. "Saat praktik langsung, anak-anak lebih antusias. Mereka belajar bukan hanya dengan kepala, tetapi juga dengan hati dan tangan," kata Bu Siti. Hasilnya, bukan hanya kesadaran yang tumbuh, tetapi juga kreativitas siswa.

Mendorong Perubahan Melalui Pendidikan Lingkungan

Meskipun mengubah kebiasaan membutuhkan waktu, kemajuan terlihat di SDN 003 Bontang Utara. Siswa kini lebih tertib dalam membuang sampah, aktif mengumpulkan limbah plastik, dan bangga memamerkan karya ecobrick mereka. Inisiatif Bu Siti menjadi angin segar di tengah tantangan lingkungan Kalimantan Timur. Pendidikan lingkungan hidup tidak harus mahal atau rumit—dimulai dengan kepedulian dan kreativitas.

Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni, kisah Bu Siti dan siswa-siswa SDN 003 Bontang Utara mengingatkan kita bahwa pendidikan bisa menjadi alat perubahan yang kuat. Dari ruang kelas sederhana di Bontang, tumbuh generasi yang mencintai dan menjaga bumi. Pendidikan lingkungan bukan hanya tugas segelintir orang, tetapi tanggung jawab bersama. Jika siswa SDN 003 Bontang Utara bisa, kita juga pasti bisa. (RO/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya