Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kelola Sampah Plastik dengan Bijak: Saatnya Bertindak Nyata untuk Bumi yang Lebih Baik

Basuki Eka Purnama
03/6/2025 09:22
Kelola Sampah Plastik dengan Bijak: Saatnya Bertindak Nyata untuk Bumi yang Lebih Baik
Ilustrasi(MI/HO)

HARI Lingkungan Hidup Sedunia, yang diperingati setiap 5 Juni, menyoroti pentingnya mengatasi polusi plastik yang semakin meningkat. Sampah plastik menjadi krisis lingkungan yang kian mendesak. 

Plastik digunakan di berbagai aspek kehidupan, tapi sebagian besar berakhir sebagai sampah yang sulit terurai hingga ratusan tahun. Dampaknya mencemari tanah, air, dan mengganggu kesehatan manusia serta ekosistem. 

Indonesia termasuk penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Sayangnya, pengelolaannya belum optimal. 

Selama lima tahun terakhir (2019-2023), capaian kinerja pengelolaan sampah nasional masih jauh dari target. 

Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017, ditargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan pengelolaan sampah sebesar 70% pada 2025. Namun, hingga 2023, pengurangan sampah baru mencapai 15,36% dan pengelolaan sampah hanya 51,76%. 

Pendekatan Reduce, Reuse, Recycle (3R) telah dijalankan, namun belum cukup. Banyak plastik sekali pakai tidak bisa didaur ulang karena desain dan keterbatasan infrastruktur. Sistem pengelolaan nasional juga terkendala kurangnya fasilitas, teknologi, dan edukasi publik. 

Untuk menjawab celah ini, berbagai inovasi mulai dikembangkan. Salah satunya adalah plastik biodegradable—plastik yang dapat diurai mikroorganisme. Ada juga bioplastik yang dibuat dari bahan alami seperti pati singkong atau rumput laut. Namun tidak semua bioplastik bersifat biodegradable, begitu pula sebaliknya. 

Presiden Prabowo Subianto telah menaruh perhatian pada isu ini. Dalam program prioritasnya yang tertulis pada buku Strategi Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045, ia mendorong pengembangan dan pemanfaatan bioplastik berbasis sumber daya lokal sebagai solusi jangka panjang dan pencipta nilai tambah ekonomi. 

Teknologi bioplastik juga terus berkembang sebagai solusi untuk mengurangi dampak plastik konvensional terhadap lingkungan. Contohnya adalah Ingeo dari NatureWorks (AS), sebuah bioplastik berbasis asam polilaktat (PLA) yang dibuat dari pati tanaman dan dapat terurai dalam fasilitas kompos industri. 

Contoh lainnya adalah Nodax dari Danimer Scientific (AS), yang termasuk dalam keluarga polihidroksialkanoat (PHA) dan mampu terurai secara alami bahkan di lingkungan laut, tanah, dan kompos rumah. 

Di Indonesia, inovasi lokal seperti Oxium hadir sebagai solusi. Dengan menambahkan 3%–5% aditif ini, plastik konvensional bisa terurai dalam 2–5 tahun, jauh lebih cepat dari biasanya. Penelitian juga menunjukkan bahwa Oxium tidak meninggalkan mikroplastik berbahaya. 

Namun, teknologi saja tidak cukup. Diperlukan kebijakan yang progresif, insentif bagi industri, serta edukasi publik yang kuat. 

Karena itu, Presiden Prabowo telah menginstruksikan pembentukan Satuan Tugas Percepatan Pengelolaan Sampah, melibatkan berbagai kementerian strategis: Kementerian PUPR untuk pembangunan infrastruktur, Kementerian Keuangan untuk dukungan anggaran, dan Kementerian Dalam Negeri untuk koordinasi dengan daerah. 

“Pak Presiden memerintahkan saya untuk menyusun satuan tugas percepatan, terkait dengan infrastruktur dan berbagai elemen pengolahan dan penanganan sampah secara nasional,” ujar Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono. 

Sampah plastik bukan sekadar masalah lingkungan. Ini adalah masalah sistemik yang butuh solusi lintas sektor. Kita tak bisa lagi mengandalkan satu pendekatan atau menunda tindakan. 

Saatnya semua pihak baik pemerintah, industri, dan masyarakat bergerak bersama. Mulai dari pola konsumsi yang lebih bijak, mendukung inovasi lokal, hingga mendorong regulasi progresif, semua langkah harus berpihak pada masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya