Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Jangan Isolasi Mandiri Tanpa Berkonsultasi Dengan Dokter

Mediaindonesia.com
11/2/2021 08:46
Jangan Isolasi Mandiri Tanpa Berkonsultasi Dengan Dokter
Penampakan Wisma Atlet Kemayoran yang menjadi RS Darurat Covid-19 dan sebagai tempat isolasi mandiri pasien covid-19.(MI/Adam Dwi)

DOKTER spesialis penyakit dalam Sayuri Suwandi tidak menganjurkan pasien covid-19 yang tak bergejala untuk melakukan isolasi mandiri di rumah tanpa berkonsultasi kepada dokter untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Meski merasa tidak mengalami gejala apapun, atau hanya muncul gejala ringan, memeriksakan diri kepada dokter merupakan hal penting.
  
"Banyak kejadian bahwa pasien isolasi mandiri sendiri, dia berasa bahwa dia OTG (orang tanpa gejala). Dia berasa tidak ada gejala sama sekali, gejalanya ringan, tahu-tahu drop," kata Sayuri dalam instagram live di akun @kawalcovid19.id, Kamis (11/2).
  
Ketika pasien baru dilarikan ke rumah sakit ketika kondisinya sudah menurun, otomatis pengobatannya pun semakin sulit. Oleh karena itu, Sayuri mengatakan pasien yang sudah terkonfirmasi positif covid-19 harus berkonsultasi ke dokter sebagai langkah pertama. Carilah dokter terdekat agar bisa ditangani secara cepat.

Bila belum sempat berkonsultasi dengan dokter spesialis paru, cari dokter yang bisa menangani secepat mungkin, termasuk dokter umum.
  
"Kalau misalnya adanya dokter paru atau penyakit dalam silahkan boleh. Yang penting dia memang update ilmu terhadap covid-19," tambahnya. 
  
Dokter akan mengevaluasi kondisi pasien, kemudian menentukan apakah yangbersangkutan bisa melakukan isolasi mandiri, diisolasi di fasilitas seperti Wisma Atlet atau harus dirawat di rumah sakit.
  
Dokter juga akan memutuskan apakan pasien harus diperiksa lebih lanjut atau diizinkan isolasi mandiri tanpa pemeriksaan lanjutan. Tetaplah memakai masker di dalam rumah, tidur terpisah. Atau pastikan jarak minimal 1,8 meter dengan orang lain bila terpaksa tidur di tempat yang berdekatan.
  
"Dan kalau memang memungkinkan tidur itu jangan kepala ketemu kepala, tapi kepala sama kaki. Jadi, mengurangi paparan. Itu adalah cara yang sebenarnya tidak dianjurkan juga, tapi kalau memang kondisinya benar-benar tidak memungkinkan, ya satu-satunya cara yang kita usahakan seperti itu," terang Sayuri.
  
Ia menambahkan pasien covid-19 hanya bisa tidur berdekatan dengan anggota keluarga di rumah yang sama-sama positif covid-19.  Di rumah jangan memasang pendingin udara. Lebih baik buka jendela agar ada sirkulasi udara. 

"Bila pendingin udara dipakai di ruangan kecil, udara yang berada di rumah berputar-putar tidak berganti dengan udara segar, berpotensi menularkan virus ke penjuru rumah.
  
Bila pasien melakukan isolasi mandiri, pastikan untuk memegang kontak tenaga kesehatan yang bisa dihubungi sewaktu-waktu ada keadaan darurat.  Bila muncul keluhan, hubungi dokter yang sudah mengetahui kondisi agar tenaga kesehatan bisa tetap mengawasi meski tidak berada di tempat isolasi. Jangan lupa untuk menyaring informasi sehingga tidak kebingungan saat
menjalani isolasi mandiri.
  
"Saya biasa menganjurkan pasien pegang satu nomor dokter yang kamu percaya. Jadi, kalau misalnya ada apa-apa, kamu kontak sama dokter itu supaya jangan sampai kamu dapat informasi yang simpang siur."
  
Pasien Covid-19 yang tidak punya komorbid harus menyediakan alat-alat mendasar seperti termometer untuk mengukur suhu minimal dua kali sehari, pada pagi dan sore atau pagi dan malam. Pengukuran suhu juga bisa dilakukan tiga kali pada pagi, siang dan malam.
  
Catat suhu tubuh secara rutin untuk melihat kurva grafik suhu tubuh. Selanjutnya adalah oksimeter, alat pengukur kadar saturasi oksigen. Alat ini bisa memantau apakah pasien memiliki kadar saturasi oksigen rendah tapi tidak merasa sesak.
  
"Kalau dia punya oksimeter, dia bisa lihat nih. Kalau misalnya saturasi oksigennya saya sudah di bawah 95, ini warning nih. Pasti sudah ada something wrong. Karena kan kalau normal harusnya di atas 95," katanya. Bila saturasi oksigen di bawah 95, segera kontak dokter atau langsung bertolak ke rumah sakit," tegasnya.

Bila tidak punya oksimeter, gejala penurunan oksigen bisa dirasakan dari kesulitan bernapas, seperti dada yang sakit dan terasa tertekan, bibir yang mulai kebiruan dan ujung jari terlihat agak ungu. Saat itu terjadi, segera cari pertolongan medis.
  
Alat kesehatan lain yang harus disiapkan tergantung dari komorbid pasien. Bila punya riwayat hipertensi, siapkan alat untuk mengukur tekanan darah. Mereka yang punya riwayat diabetes sebaiknya menyiapkan glucometer untuk mengevaluasi gula darah.

baca juga: Perjelas SOP Isolasi Mandiri
  
"Kalau misalnya gulanya tiba- tiba naik melonjak ga bisa turun-turun, hati-hati. Harus segera konsultasi dokter atau ke rumah sakit," ungkapnya.
  
 Pasien positif Covid-19 harus membatasi agar tidak kontak dengan orang lain di rumahnya. Bila tidak bisa beraktivitas secara mandiri dan butuh bantuan orang lain, pastikan mereka memakai sarung tangan untuk mengurangi kontak agar tidak tertular. (Ant/OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya