Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kuatkan Mitigasi, BPPT Hadirkan 3 Teknologi Reduksi Risiko Bencana

Faustinus Nua
30/1/2021 14:00
Kuatkan Mitigasi, BPPT Hadirkan 3 Teknologi Reduksi Risiko Bencana
Kepala BPPT Hammam Riza (kanan) menjelaskan cara kerja alat deteksi tsunami Buoy generasi terbarunya kepada Menristek Bambang Brodjonegoro.(Antara)

BADAN Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berkomitmen untuk menghadirkan teknologi yang bisa mereduksi risiko bencana di Indonesia. Hal itu dapat tercapai dengan adanya kolaborasi dari berbagai stakeholders untuk menguatkan riset dan inovasi nasional.

"BPPT dengan menggandeng berbagai stakeholder berusaha menghadirkan alat-alat untuk peguatan sistem peringatan dini berupa Buoy, Cable Base Tsunameter (CBT) dan Acoustic Tomografi," ungkap BPPT Hammam Riza dalam keterangannya, Sabtu (30/1).

BPPT, kata Hammam berusaha merespon kejadian bencana baik yang diawali dengan prabencana dalam arti melaksanakan upaya riset dan inovasi untuk mitigasi bencana yang menjadi salah satu kegiatan utama BPPT sejak 2019.

Kemudian saat kejadian bencana, BPPT juga berupaya menghadirkan beberapa teknologi tanggap bencana yang sangat dibutuhkan. Dalam upaya mendorong hal ini, BNPB sebagai lembaga yang memiliki kewenangan melakukan respon cepat terhadap kejadian bencana membutuhkan inovasi dan hasil dari penguatan riset dan inovasi untuk kebutuhan tanggap bencana, jelasnya.

Pada siklus pascabencana, BPPT melakukan berbagai upaya rehabilitasi dan rekontruksi seperti membangun kembali kontruksi rumah yang tahan gempa.

"Selain itu BPPT juga menghadirkan berbagai solusi untuk melakukan prediktif modern seperti menggunakan kecerdasan artifisial dalam melaksanakan mitigasi," imbuhnya.

Apa yang BPPT lakukan dalam upaya melaksanakan mitigasi bencana, menurut Hammam sudah sesuai dengan Peraturan Presiden No 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami. Sejak 2019, misalnya, BPPT bersama dengan BMKG dan LIPI menghadirkan upaya untuk melakukan penguatan tsunami early warning system

Hammam menambahkan bahwa Indonesia adalah bagian dari pada cincin api Pasifik yang terbentuk dengan lempengan dari Eurasia, Indo Australia dan Pasifik. Secara umum  bisa dilihat bahwa segala jenis bencana dapat ditemui di Indonesia. Dari sisi potensi, hal itu yang menyebabkan bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard).

Oleh sebab itu, kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana dalam arti geofisikal dan bencana hidrometeorologi seperti gunung meletus, gempa bumi, longsor, tsunami, kebakaran hutan dan banjir.

"BPPT mengupayakan agar reduksi resiko bencana dapat diatasi dengan penguatan riset dan inovasi teknologi untuk menghasilkan berbagai upaya dalam memberikan jawaban terhadap siklus kejadian bencana," tandasnya.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya