Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Menristek: Vaksin Merah Putih untuk Kebutuhan Jangka Panjang

Suryani Wandari Putri
22/1/2021 16:00
Menristek: Vaksin Merah Putih untuk Kebutuhan Jangka Panjang
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020).(ANTARA/Dhemas Reviyanto)

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan keberadaan Vaksin Merah Putih bukan hanya kebutuhan jangka pendek saja melainkan menciptakan fundamental untuk kebijakan jangka panjang terutama mendorong kesehatan yang lebih berorientasi preventif dibandingkan kuratif sebagai bagian upaya untuk perlindungan atau pencegahan.

"Di sisi lain, vaksin merah putih ini mendorong kemandirian vaksin di Indonesia sebagaimana diketahui vaksin covid-19 ini tidak akan berada di dalam tubuh selamanya," kata Bambang dalam Webinar bertajuk Tantangan dan Kebijakan Vaksin Merah Putih Covid-19, Jumat (22/1).

Baca juga: Produsen Hoaks Diuntungkan Secara Ekonomi Dengan Isu Tidak Benar

Ia kemudian menjelaskan, adanya tantangan dan risiko pada vaksin ini yakni adanya risiko pada efikasi dan keamanan sehingga perlu adanya keyakinan di masyarakat. "Karena vaksin ini diberikan kepada orang sehat, kecenderungannya merasa sehat dia enggak mau dikasih obat, sehingga penyadaran pentingnya perlindungan menjadi penting dan kualitas vaksin sendiri harus menjamin," kata Bambang.

Tantangan selanjutnya, efektivitas dan kemananan vaksin belum tentu terlihat dalam jangka waktu pendek atau setidaknya dalam jangka minggu atau bulan. Karena hal itulah dikhawatirkan masyarakat tidak merasa baikbaik saja padahal efektivitas vaksin belum terlihat.

Kemudian, vaksin ini tergantung pada efikasi dan penularan penyakit penyerta serta proteksi terhadap infeksi dan timbulnya gejala penyakit sedang. "Banyak kekawairan bahwa vaksin ini belum tentu baik bagi semua orang, termasuk lanjut usia dan komorbid. Komorbid perlu menjadi perhatian lebih, sampai derajat berapa seeorang berapa punya komorbid yang membuat dia tidak mungkin atau tdak bisa menerima vaksin," ungkap Bambang.

Tak hanya itu, dalam pengembangannya, Bambang mengatakan adanya tantangan lain seperti evolusi pada strain baru, kemngkinan adanya mutasi, pemiliha platform pengembangan vaksin dan pengaturan operasional manufaktur termasuk kapasitas produksi butuh waktu.

Ia mengatakan jika memang ingin fokus, platform yang digunakan dilihat dari hulu sampai ke hilir sehingga riset yang dilakukan bisa pula diproduksi di pabriknya. "Namun saat ini kita masih eksploratif yang memang keamanan, efikasi dan pengembangan vaksin itu akan menjadi pertimbangan. Jadi masih membuka jalan bagi platform lain," katanya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya