Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cegah Klaster Covid-19, Ini Manajemen Bencana saat Pandemi

Zubaedah Hanum
21/1/2021 12:45
Cegah Klaster Covid-19, Ini Manajemen Bencana saat Pandemi
Lokasi pengungsian erupsi Gunung Merapi di barak Balai Desa Balerante, Jawa Tengah, menerapkan jaga jarak untuk mencegah penularan covid-19.(MI/Djoko Sardjono)

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pada rentang 1-18 Januari 2021 telah terjadi 154 bencana alam berupa banjir, angin ribut dan longsor. Korban jiwa tercatat sebanyak 140 orang dan 776 orang korban luka-luka dan puluhan ribu orang mengungsi.

Satgas Penanganan Covid-19 kembali mengingatkan pentingnya rencana kesiapsiagaan ancaman bencana dalam masa pandemi Covid-19. Upaya pencegahan penularan Covid-19 saat proses evakuasi dan pascaevakuasi di lokasi-lokasi pengungsian menjadi penting.

Keadaan yang berdesakan di lokasi pengungsian bisa menyebabkan tempat tesebut menjadi pusat infeksi virus korona. Ancaman ini menjadi beban ganda, dimana umumnya di pengungsian akan meningkat kemunculan penyakit-penyakit umum yang lain, seperti gangguan pencernaan, diare maupun stres.

Untuk mencegah penularan covid-19, Satgas merekomendasikan sejumlah hal untuk diterapkan dalam manajemen bencana saat pandemi.

1. Lakukan pengelompokan
Evakuasi warga berdasarkan penggolongan orang terdampak Covid-19. Sebaiknya, pasien Covid-19 tidak dirawat di daerah dengan risiko bencana tinggi agar tidak perlu dilakukan mobilisasi pasien saat bencana terjadi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah daerah disarankan perlu menyiapkan protokol evakuasi khusus untuk melakukan evakuasi pasien dan pekerja medisnya. BPBD perlu berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat, agar memiliki data dan mengetahui lokasi-lokasi penderita Covid-19 yang tinggal di area terdampak bencana.

2. Tanda khusus
Berikan tanda khusus bagi penderita saat evakuasi. Seperti memberikan pita dengan warna khusus di tangan, serta masker dengan tanda khusus atau tanda lainnya. Perlu ditetapkan TES dan TEA khusus untuk kasus positif yang terpisah dari masyarakat yang sehat.

Ini juga perlu ditekankan pada pekerja sosial untuk membantu evakuasi kasus positif Covid-19 dengan dilengkapi APD dan peralatan P3K.

3. Kapasitas tempat evakuasi

Tinjau kembali kapasitas Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA), agar masyarakat bisa menerapkan jaga jarak dan perlu dilakukan disinfeksi secara rutin sebelum terjadinya bencana.

4. Sosialisasi masif
Lakukan sosilisasi yang masif sebelum pelaksanaan evakuasi.
Siapkan rencana evakuasi dan protokol kesehatan bagi masyarakat. Seperti menjaga jarak, menggunakan masker, menjaga kebersihan diri dan sekitarnya saat evakuasi dengan melakukan sosialisasi akan hal ini sejak dini.

5. Evaluasi kondisi RS
Evaluasi rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 terdampak bencana alam. Jika terdampak, pihak rumah sakit agar mempertimbangkan merujuk pasien Covid-19 ke rumah sakit rujukan lain tedekat.

6. Swab antigen massal
Melaksanakan swab antigen massal pada daerah-daerah terdampak bencana. Pengungsi yang reaktif akan dirujuk ke dinas kesehatan setempat untuk penanganan lebih lanjut.

7. Sarana prasarana di pengungsian
Di lokasi pengungsian pastikan ketersediaan sarana kebersihan. Seperti air bersih, peralatan cuci tangan, sabun dan hand sanitizer. Siapkan juga sarana dan prasarana serta protokol kesehatan dengan menyediakan cadangan alat pelindung diri (APD) dan termometer sebagai bagian dari peralatan P3K.

8. Libatkan masyarakat
Yang tak kalah penting dalam manajemen bencana saat pandemi ialah melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah untuk bergotong royong melalui rencana kesiapsiagaan di masa pandemi. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya