Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Linda Agum Pertanyakan Akses Vaksinasi Untuk Penyintas Kanker

Mediaindonesia.com
15/1/2021 10:12
Linda Agum Pertanyakan Akses Vaksinasi Untuk Penyintas Kanker
Petugas mempersiapkan vaksin Sinovac untuk vaksinasi petugas kesehatan di Depok, Jawa Barat, Kamis (14/1/2021).(MI/Andri Widiyanto)

KETUA Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Agum Gumelar menyambut baik program vaksinasi covid-19. Namun tidak semua warga Indonesia bisa mendapatkan vaksinasi covid-19 termasuk penyinytas kanker.

Linda Agum menyatakan para penyintas kanker payudara yang sedang dalam proses pengobatan maupun yang sudah selesai tahapan pengobatan, tentu memerlukan penjelasan dan informasi yang tepat dan akurat terkait akses mendapatkan vaksin.

Juga bagi para individu yang mempunyai penyakit penyerta (komorbid). Menurutnya selama ini informasi tersebut belum merata diketahui oleh masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan dan keraguan. Bahkan muncul pro dan kontra terhadap pelaksanaan vaksinasi tersebut.

"Masyarakat membutuhkan jawaban yang lebih akurat dan terpercaya. Selain itu pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri. Tentu perlu peran serta LSM, organisasi perempuan dan swasta harus trut berpartisipasi menekan dan memutus rantai penyebaran covid-19 tersebut," kata Linda, Jumat (15/1).

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengatakan vaksinasi tersebut memiliki dua sisi yaitu risiko dan manfaatnya. Risiko dari vaksinasi adalah rasa sakit saat disuntik maupun beberapa jam setelah divaksinasi lengan terasa pegal. Sementara manfaat dari vaksinasi itu untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat virus covid-19. Semakin banyak penduduk yang divaksinasi maka banyak penduduk yang terlindungi.

"Pastinya ada penduduk yang tidak bisa mendapatkan vaksinasi. Siapa yang melindungi mereka? yang melindungi mereka adalah orang mendapatkan vaksinasi," jelas Amin.
  
Meskipun sudah divaksinasi, bukan berarti bisa melepaskan masker. Tetap harus menjalankan protokol kesehatan yang ketat dan hal itu berlangsung setahun hingga dua tahun. Amin menjelaskan usai divaksinasi tidak langsung menjadi kebal dan membutuhkan waktu dua minggu hingga tiga minggu untuk membangkitkan kekebalan tubuh.
  
Bahkan ada beberapa kejadian yang mana setelah divaksinasi terinfeksi Covid-19. Vaksin tetap harus berdampingan dengan prosedur memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M) dan pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan atau 3T.

Uji klinis Sinovac
  
Anggota Tim Komnas Penilai Obat dari Universitas Gadjah Mada, dr Jarir At Thabari menambahkan ada sejumlah penyakit yang penderitanya tidak bisa mendapatkan vaksinasi. Hal itu dikarenakan belum ada hasil uji klinik pemberian vaksin pada penderita penyakit tersebut.
  
Kriteria yang tidak bisa mendapatkan vaksinasi khususnya vaksin Sinovac yakni penyakit autoimun sistemik, sindrom Hiper IgE, pasien dengan infeksi akut, penyakit ginjal, hipertensi. Beberapa uji klinis dari sejumlah vaksin covid-19 telah meneliti pasien dengan hipertensi. Sayangnya, penderita penyakit ini belum direkomendasikan mendapat vaksin Covid-19 karena belum ada rekomendasi.Rekomendasi menunggu hasil uji klinis di Bandung.

baca juga: Tiongkok Dukung Indonesia Jadi Pusat Produksi Vaksin Regional
  
Kemudian, pasien gagal jantung, penyakit jantung koroner, hipertiroid/hipotiroid, kanker, dan pasien hematologi onkologi. Studi klinis Sinovac juga tidak melibatkan pasien dengan kondisi pasien hematologi onkologi, jadi belum dapat dibuat rekomendasi terkait pemberian vaksin Sinovac pada kelompok itu.
  
Meski demikian, ada sejumlah pasien komorbid yang bisa mendapat vaksinasi, yakni reaksi anafilaksis yang bukan akibat vaksinasi Covid-19, riwayat alergi obat, riwayat aleri makanan, asma bronkial (jika pasien dalam keadaan asma akut) disarankan menunda vaksinasi sampai asma pasien terkontrol baik, rhinitis alergi.
  
Selanjutnya, urtikaria, dermatitis atopi, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penderita TBC, kanker paru, penyakit hati, diabetes, obesitas, gangguan psikosomatis, dan pendonor darah. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan melakukan pengecekan terhadap kesehatannya secara mandiri sebelum mendapatkan vaksinasi.
  
"Kondisi tubuh harus benar-benar dalam keadaan prima sebelum divaksinasi. Hal itu perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kejadian ikutan pasca-vaksinasi," terang Jarir. (Ant/OL-3)
  
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya