Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Meraup Rejeki Dari Tanaman Mini

Depi Gunawan
16/11/2020 16:45
Meraup Rejeki Dari Tanaman Mini
Pangsa pasar kaktus sukulen tak terpengaruh pandemi Covid-19. Bahkan, penjualan kaktus telah diekspor ke berbagai negara.(MI/Depi Gunawan)

SAAT pandemi covid-19 melanda, berbagai sektor usaha terkena dampak yang cukup signifikan. Namun hal itu tidak berlaku bagi petani kaktus sekulen.

Permintaan pasar luar negeri akan tanaman hias yang sedang tren ini tetap stabil bahkan meningkat. Petani kaktus sekulen sendiri lebih tertarik membisik pasar luar negeri karena harga jualnya lebih tinggi sehingga bisnis ini pun tak terpengaruh pandemi yang melanda Indonesia.

Aldi, petani kaktus asal Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat mengaku sejak 2015 hingga sekarang sudah mengekspor kaktus ke sejumlah negara yang dibudidayakan di sekitar rumahnya bersama para petani lainnya.

"Untuk Asia, negara tujuan ekspor diantaranya Jepang, Filipina, Singapura, dan Thailand. Kita juga sudah ekspor ke Amerika, Kanada, Inggris. Sedangkan Afrika kita sudah kirim sampai ke Afrika Selatan," kata Aldi, Senin (16/11).

Ekspor tanaman mini ini, menurut dia, adalah sebuah berkah bagi para petani sebab bisa dijual antara US$7-US$10 per pot. Bandingkan bila dijual langsung ke konsumen dalam negeri yang hanya antara Rp15 ribu-Rp50 ribu per pot. "Penjualan kita lebih besar ke luar negeri. Untungnya sangat lumayan," bebernya.

Meski demikian, lanjut dia, keuntungan ekspor kaktus berbanding lurus dengan risiko sebab tamanan ini bisa mati ketika dalam perjalanan ke negara tujuan. "Bila pengemasannya salah, bisa layu. Padahal, pemesan di luar negeri juga kan pengen kaktus masih dalam kondisi bagus," lanjutnya.

Asep Ridwan, 45, petani lainnya menyebutkan, budidaya kaktus di Lembang sudah ada sejak tahun 1980-an. Tidak hanya Lembang, penghasil kaktus juga berasal dari Kecamatan Parongpong. Jika ditotal, setidaknya terdapat lebih dari 1.500 jenis kaktus yang sekarang telah dibudidayakan.

"Omset yang dihasilkan dari penjualan kaktus memang tak menentu. Akan tetapi, lantaran konsumennya merupakan pehobi tanaman, maka penjualan kaktus terbilang stabil dan tak terpengaruh kondisi ekonomi di Indonesia," sebutnya.

Asep menuturkan, penghasilan yang didapat dari penjualan kaktus minimal Rp5 juta per bulan. Untuk harga tergantung jenisnya, jika jenisnya langka maka harganya bisa lebih mahal.

"Kaktus itu tumbuhan yang perawatannya gampang, cukup disiram seminggu sekali. Terus enggak perlu membutuhkan air dalam jumlah banyak," jelasnya. (R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik